Info Kita
Selasa, 15 Januari 2013
Pantangan Buat Orang yang Punya Kolesterol Tinggi
http://health.detik.com/read/2012/07/19/122313/1969425/763/pantangan-buat-orang-yang-punya-kolesterol-tinggi
Penyakit klesterol tinggi tidak selalu harus disembuhkan dengan obat. Hingga tingkat keparahan tertentu, gangguan ini masih bisa diatasi dengan mengubah pola makan yakni membatasi jenis makanan yang kandungan kolesterolnya tinggi.
Pembatasan menu makan perlu dilakukan karena jenis makanan tertentu memiliki kandungan kolesterol jahat yang sangat tinggi. Sayangnya lagi, sebagian besar dari makanan yang harus dihindari atau dibatasi justru berasal dari kelompok makanan enak.
Berikut ini contoh makanan enak yang harus jadi pantangan bagi penderita kolesterol tinggi seperti dirangkum detikHealth, Kamis (19/7/2012).
1. Cumi-cumi
Bagi penderita kolesterol tinggi, cumi-cumi sebaiknya dihindari karena kadar kolesterol yang terkandung di dalamnya lumayan tinggi, mencapai 260 mg/100 g bahan. Referensi lain menyebutkan kandungan kolesterol cumi-cumi sekitar 1170 mg.
Normalnya manusia butuh 1100 miligram kolesterol/hari untuk memelihara dinding sel dan fungsi fisiologis lainnya. Dari jumlah tersebut, 25-40 persen (200-300 mg) berasal dari makanan dan selebihnya disintesis oleh tubuh.
2. Kuning telur
Satu butir telur ayam rata-rata mengandung sekitar 212-213 mg kolesterol, terutama di bagian kuning telurnya. Kadar ini cukup tinggi sehingga harus dibatasi jika seseorang memiliki riwayat kolesterol tinggi. Bukan dihindari sama sekali, sebab putih telur merupakan sumber protein yang sangat baik.
3. Otak sapi
Dalam setiap 10 gram otak sapi, rata-rata terkandung 2.100 mg kolesterol. Karena kandungan kolesteroolnya sangat tinggi, otak sapi tidak boleh terlalu banyak dikonsumsi kalau tidak ingin penyakit hiperkolesterolemianya kambuh.
4. Telur puyuh
Beberapa sumber menyebutkan, tiap butir telur puyuh mengandung 3.640 mg kolesterol. Kadar ini bahkan lebih tinggi dibanding telur ayam. Meski sumber lain mengatakan kadar kolesterolnya sama saja dengan telur ayam, tidak ada salahnya membatasi diri untuk tidak mengonsumsinya berlebihan.
5. Gorengan
Kadar kolesterol yang terkadung dalam gorengan bervariasi tergantung bahan baku yang digunakan. Namun yang penting untuk diperhatikan adalah, gorengan sering dimasak dengan minyak yang dipakai berulang-ulang. Padahal kalau sudah lebih dari 2 kali pakai ulang, strukturnya berubah jadi trans minyak yang berbahaya.
6. Gajih sapi dan kambing
Dibandingkan daging sapi atau kambing, bagian lemak atau gajihnya memiliki kadar kolesterol yang lebih tinggi. Jika dalam daging hanya ada sekitar 10 mg kolesterol, maka di dalam gajih kambing maupun sapi kadarnya bisa mencapai 13 mg.
7. Udang, kepiting, kerang
Seperti halnya cumi-cumi, berbagai makanan yang masuk kategori seafood juga mengandung kolesterol meski kadarnya lebih rendah. Jika dalam cumi-cumi terkandung rata-rata 260 mg kolesterol, maka dalam udang, kerang dan kepiting rata-rata hanya sekitar 165 mg meski tetap harus dibatasi kalau sudah punya riwayat kolesterol tinggi.
Sabtu, 01 Mei 2010
Grow with Character! By Hermawan Kartajaya Terakhir
[ Sabtu, 01 Mei 2010 ]
Grow with Character! By Hermawan Kartajaya
Perjalanan Seribu Langkah Dimulai dari Langkah Pertama: On Becoming Marketer 3.0
PAGI ini, ketika Anda menerima Jawa Pos dan membaca artikel ini, betul-betul ini yang terakhir dari serial Grow with Character! Hari ini, 1 Mei 1990, di Indonesia, sensus nasional yang dilakukan sepuluh tahun sekali dimulai. Presiden dan semua kepala daerah, termasuk Gubernur Pakde Karwo, akan disensus pertama pagi ini.
Dari semua data yang dikumpulkan secara populasi di seluruh Indonesia, akan didapatkan gambaran manusia Indonesia pada awal Dekade Baru, yaitu 2010 sampai 2019!
Sementara itu, di Shanghai, hari ini juga akan berlangsung pembukaan Shanghai Expo selama enam bulan. Slogannya adalah Better City, Better Life. Shanghai seolah menobatkan diri sebagai ibu kota dunia baru dalam dekade 2010-2019 ini.
Dulu, pada zaman Revolusi Industri, London dianggap sebagai ibu kota dunia. Lantas, waktu ekonomi lebih bersifat moneter, ibu kota dunia pindah ke New York . Sekarang, justru dengan makin menghebatnya Revolusi ICT, malah Shanghai yang jadi ibu kota baru. Aneh kan?
Silicon Valley hanya merangsang kreativitas dan pengembangan teknologi baru. Tapi, pasar terbesar justru ada di Asia, khususnya di Tiongkok! Padahal, dulu London (baca Eropa) ya memang jadi penemuan teknologi industri yang baru sekaligus jadi pasar terbesar teknologi itu.
Teknologi tersebut akhirnya menciptakan over-supply di pihak produsen, sehingga mereka harus mencari pasar di luar Eropa. Value-creation yang terjadi karena teknologi industri akhirnya bisa dinikmati seluruh dunia. Artinya, memang ada value-created di sisi demand.
Begitu juga dengan New York yang menciptakan pasar uang lewat financial engineering technology yang paling canggih. Sekarang, pasar terbesar produk dan servis ICT justru ada di Asia! Artinya, ada decoupling antara value-creation center dan value-created market.
Saya melihatnya, hal itu terjadi antara lain karena ''kegagalan'' pasar keuangan dalam hal transparansi nilai. Karena itu, value creation yang dijanjikan tidak menjadi value created di pasar.
Krisis Asia 1998 disebabkan adanya ketidakjujuran para pengusaha Asia dalam melakukan financial engineering. Banyak proyek di-mark up supaya terlihat cantik dalam rangka mendapat pinjaman USD dengan bunga rendah.
Akhirnya, aliran pinjaman dalam valuta asing itu malah banyak yang tidak dipakai sama sekali dalam proyek, tapi didepositokan dalam mata uang lokal. Selisih bunga itulah yang memberikan other income secara mudah bagi sebuah perusahaan.
Nah, waktu itu, Barat menghujat Asia sebagai manusia yang seolah tidak bermoral! Asia lantas sadar dan melakukan berbagai perbaikan. Mereka bangkit melawan KKN dan justru berusaha kembali pada Asian values sesungguhnya yang penuh kejujuran.
Pada Krisis Global 2008, yang terjadi sebaliknya. Sekarang giliran Barat-lah (baca Amerika) yang tidak jujur. Kalau di Asia, penyakit itu masih banyak diderita para birokrat. Di Barat, malah banyak terjadi di perusahaan swasta, bahkan perusahaan publik!
Mereka melakukan berbagai cara untuk ''menggelembungkan'' aset supaya terlihat cantik, sehingga bisa diperdagangkan di pasar modal dengan harga tinggi. Berbagai produk keuangan derivatif pun ikut diciptakan tanpa melihat risiko untuk pasar.
Mereka hanya berusaha melakukan value creation di sisi supply dan tidak peduli pada value created pada sisi demand. Apa yang terjadi pada era ICT ini? Justru terjadi transparansi! Hal tersebut tidak bisa dibendung lagi. Karena itu, orang tidak hanya bisa menciptakan persepsi, tapi memang harus ada kenyataannya. Karena itulah, persepsi indah yang diciptakan di Wall Street akhirnya terkuak ''kebodongan''-nya. Dunia jadi sadar bahwa sudah banyak kebohongan di sana.
Bahkan, Presiden Obama pun yang begitu populer masih ''diganjal'' Senat untuk melakukan reformasi total. Itu menunjukkan bahwa sistem demokrasi akhirnya dipakai untuk mempertahankan hal yang salah.
Karena itulah, uang sekarang banyak meninggalkan Barat menuju ke Asia. Orang mulai mencari kejujuran itu di Asia karena ada value created yang sesungguhnya.
Orang yang mau memakai kemajuan ICT untuk menciptakan persepsi bahwa perusahaannya cantik juga sudah hancur ketika peristiwa Dotcom Bubble beberapa tahun lalu. Jadi, kalau direnungi, ketika Revolusi Industri dimulai di Eropa dan London jadi ibu kota dunia, kita berada pada Era Kapitalis 1.0. Semua nilai tambah didapatkan dari rational power.
Teknologi industri bisa membuat sebuah produk jadi masal, sehingga cost bisa turun, sehingga bisa dijual lebih murah. Dengan demikian, ada value creation bagi produsen dan value created bagi konsumen.
Tapi, para pengusaha tidak puas. Karena itu, mulai masuk teknologi baru yang namanya ya financial engineering itu. Era Kapitalis 2.0!
Kekuatannya ada pada emotional power. Segala macam rekayasa akuntansi dilakukan dicampur dengan penciptaan persepsi pada produk-produk keuangan. Banyak orang, sampai sekarang pun, yang jadi sangat kaya dengan cara begitu. Krisis Asia 1998 dan Krisis Global 2008 menjadi peringatan bahwa yang begitu tidak bisa berlanjut terus.
Banyak yang kebablasan dan sekarang semua arsitekturnya hendak ditata kembali. Karena itu, New York yang sebelumnya bersinar jadi redup kembali. Nah, sekarang memang Era Kapitalis 3.0, di mana ICT berjaya. Dotcom boom yang akhirnya ''pecah'' beberapa tahun lalu juga menjadi peringatan bahwa janganlah cara Kapitalis 2.0 dipakai pada era 3.0.
Mengapa? Sebab, kekuatan Era 3.0 justru ada di spiritual power. Teknologi ICT yang akhirnya menghebohkan dengan kehadiran social media itu menghasilkan transparansi. ''Sing becik ketitik, sing elek ketoro!''
Amat sulit menyembunyikan kebenaran. Sudah tidak bisa hanya ada value creation pada produsen, tapi tidak value created pada konsumen. It does not work! Dan pasar yang siap dengan sifat seperti itu ya Asia.
Semua nabi dan guru spiritual lahir di Asia. Karena itu, seharusnya perbuatan baik sesama manusia juga ada di Asia. Hablum minallah, hablum minannas! Percuma saja rajin berdoa, bersembahyang, atau salat kalau semua ajaran dari Tuhan, Langit, Dewa, atau apa pun namanya tidak dimaknai dengan kejujuran pada orang lain. Dunia lagi kembali mencari maknanya! The world is searching its meaning!
Nah, di situlah Asia menjadi pusatnya, bukan Barat lagi. Mereka di sana sudah terlalu ''jauh dari pusat''. Tidak ada yang salah jadi kapitalis! Tanpa kapitalisme, dunia tidak bisa menghasilkan value creation. Tapi, masalahnya, juga harus ada value created yang baik dan benar pula untuk dunia. Kan dunia tidak cuma punya produsen atau pengusaha, tapi juga punya konsumen dan masyarakat secara keseluruhan. Dunia bukan cuma punya generasi sekarang, tapi juga punya generasi yang akan datang.
Karena itu pula, pengambilan keuntungan jangka pendek yang akan ''menghancurkan'' dunia pada jangka panjang termasuk tidak jujur. Kapitalis 3.0 tidak akan mengambil dividen sekarang, kalau memang diperlukan investasi untuk pelestarian masa depan. Sekarang, para kapitalis memang harus meng-up grade diri dari 2.0 ke 3.0
Sadarlah, kalau itu tidak dilakukan, Anda tidak akan survive. Bahkan, recall besar-besaran yang dilakukan Toyota di seluruh dunia saat ini membuktikan bahwa teknologi industri berbasis 1.0 juga harus jujur. Kalau ada cacat kualitas, berarti tidak ada value created seperti yang dijanjikan, produsen harus bertanggung jawab juga. Walaupun, tidak ada rekayasa keuangan.
Pokoknya, semua jenis rekayasa kualitas (1.0), keuangan (2.0), dan manusia serta alam (3.0) tidak boleh ada lagi. Era ICT yang dulu diperkirakan hanya memperkuat rational power di level 1.0 terbukti malah ''memaksa'' para kapitalis untuk masuk ke spiritual power. Nah, itulah sebenarnya rahasia kesuksesan buku Marketing 3.0: From Product to Customer to Human Spirit. Buku kelima saya terbitan Wiley and Sons yang hak penerjemahannya sudah dibeli 27 bahasa non-Inggris!
Kalau seorang marketer cuma berusaha membuat good product yang dijual dengan good price, dia baru Marketer 3.0. Kalau dia juga berusaha memuaskan customer dengan customer service yang baik, tingkatannya Marketer 2.0. Tapi, kalau sudah sampai ke human spirit, dalam arti tidak mbujuki, bahkan tidak hanya ngambil profit jangka pendek, dia sudah mencapai Marketer 3.0!
Kata kuncinya sudah CARE, bukan SERVICE! Dua kata itu sangat berbeda! Karena itu, jangan hanya bisa mengubah nama departemen dari customer service jadi customer care tanpa ngerti maksudnya. Service masih 2.0 karena gak peduli pada sustainability. Customer loyalty yang diciptakan hanya bersifat semu. Begitu sadar, customer malah akan tambah marah dan berbalik!
Saat ini, hanya CARE yang bisa karena sudah menyentuh human spirit customer. CARE pada customer, sesama manusia dan alam semesta! CARE pada masa kini dan masa depan! Itu juga inti ajaran Confucius yang ingin orang Tiongkok pada zaman itu eling jangan hanya bisa menjilat pada kaisar-kaisar yang zalim.
Karena itulah, Shanghai lantas seolah-olah menjadi simbol ''perlawanan'' dari Asia terhadap kezaliman New York! Mudah-mudahan Shanghai nantinya ya memang jadi simbol kapitalisme baru yang 3.0!
Bagi Indonesia, hasil sensus nasional yang dimulai hari ini dan dijalankan selama sebulan lamanya itu sangat penting karena merupakan titik awal wajah Indonesia dalam menghadapi dekade baru yang dimulai pada 2010. Apa pun hasilnya nanti, Indonesia memerlukan Kapitalis 3.0 dan Marketer 3.0 dalam membawa bangsa yang kita cintai ini ke tingkat yang lebih tinggi.
Pada sesi pembukaan pagi ini, akan saya tunjukkan bahwa akibat kemajuan ICT, kita semua merasakan uncertainties di bidang political/legal dan social/culture. Tapi, di bidang economy dan market, Indonesia punya brighter future!
Targetnya, pada pertengahan dekade baru ini, GDP total kita bisa lebih dari satu triliun USD, sehingga bisa benar-benar masuk kelompok BRIC (Brazil, Rusia, India, China), sehingga singkatannya jadi BRICI atau BRIIC.
MarkPlus Inc mulai hari ini juga memasuki dekade ketiganya. Sesudah dua puluh tahun bekerja, berjuang, dan berkompetisi pakai rational dan emotional power, inilah saatnya untuk memantapkan spiritual power.
Tidak mudah memang untuk meng-up grade diri dari 1.0 dan 2.0 ke 3.0. Tapi, harus! Ketika buku Marketing 3.0 sudah menyebar ke seluruh dunia dan diterjemahkan ke berbagai bahasa, saya pun punya internal pressure untuk mempraktikkannya di MarkPlus Inc sendiri.
Saya ingin menutup artikel serial yang benar-benar terakhir ini dengan mengutip lagi kata-kata Sonni, salah seorang ''pendiri'' MarkPlus Professional Service pada 1990. Kemarin, dia mengirimkan SMS khusus buat saya. ''Perjalanan Seribu Langkah Dimulai dari Langkah Pertama.''
Dia melanjutkan dengan kalimat lain. ''Banyak orang yang sudah melakukan langkah pertama, tapi langka sekali orang yang tak pernah kehabisan bahan bakar untuk terus melangkah!''
Saya membagikan kata-kata bijak itu kepada Anda semua untuk tidak pernah kehabisan bahan bakar. Indonesia 3.0 pada 2020 memerlukan Kapitalis 3.0 dan Marketer 3.0 seperti Anda! Selamat menikmati MarkPlus Festival hari ini! Dan sampai bertemu di serial berikutnya kapan-kapan... (*)
Grow with Character! By Hermawan Kartajaya
Perjalanan Seribu Langkah Dimulai dari Langkah Pertama: On Becoming Marketer 3.0
PAGI ini, ketika Anda menerima Jawa Pos dan membaca artikel ini, betul-betul ini yang terakhir dari serial Grow with Character! Hari ini, 1 Mei 1990, di Indonesia, sensus nasional yang dilakukan sepuluh tahun sekali dimulai. Presiden dan semua kepala daerah, termasuk Gubernur Pakde Karwo, akan disensus pertama pagi ini.
Dari semua data yang dikumpulkan secara populasi di seluruh Indonesia, akan didapatkan gambaran manusia Indonesia pada awal Dekade Baru, yaitu 2010 sampai 2019!
Sementara itu, di Shanghai, hari ini juga akan berlangsung pembukaan Shanghai Expo selama enam bulan. Slogannya adalah Better City, Better Life. Shanghai seolah menobatkan diri sebagai ibu kota dunia baru dalam dekade 2010-2019 ini.
Dulu, pada zaman Revolusi Industri, London dianggap sebagai ibu kota dunia. Lantas, waktu ekonomi lebih bersifat moneter, ibu kota dunia pindah ke New York . Sekarang, justru dengan makin menghebatnya Revolusi ICT, malah Shanghai yang jadi ibu kota baru. Aneh kan?
Silicon Valley hanya merangsang kreativitas dan pengembangan teknologi baru. Tapi, pasar terbesar justru ada di Asia, khususnya di Tiongkok! Padahal, dulu London (baca Eropa) ya memang jadi penemuan teknologi industri yang baru sekaligus jadi pasar terbesar teknologi itu.
Teknologi tersebut akhirnya menciptakan over-supply di pihak produsen, sehingga mereka harus mencari pasar di luar Eropa. Value-creation yang terjadi karena teknologi industri akhirnya bisa dinikmati seluruh dunia. Artinya, memang ada value-created di sisi demand.
Begitu juga dengan New York yang menciptakan pasar uang lewat financial engineering technology yang paling canggih. Sekarang, pasar terbesar produk dan servis ICT justru ada di Asia! Artinya, ada decoupling antara value-creation center dan value-created market.
Saya melihatnya, hal itu terjadi antara lain karena ''kegagalan'' pasar keuangan dalam hal transparansi nilai. Karena itu, value creation yang dijanjikan tidak menjadi value created di pasar.
Krisis Asia 1998 disebabkan adanya ketidakjujuran para pengusaha Asia dalam melakukan financial engineering. Banyak proyek di-mark up supaya terlihat cantik dalam rangka mendapat pinjaman USD dengan bunga rendah.
Akhirnya, aliran pinjaman dalam valuta asing itu malah banyak yang tidak dipakai sama sekali dalam proyek, tapi didepositokan dalam mata uang lokal. Selisih bunga itulah yang memberikan other income secara mudah bagi sebuah perusahaan.
Nah, waktu itu, Barat menghujat Asia sebagai manusia yang seolah tidak bermoral! Asia lantas sadar dan melakukan berbagai perbaikan. Mereka bangkit melawan KKN dan justru berusaha kembali pada Asian values sesungguhnya yang penuh kejujuran.
Pada Krisis Global 2008, yang terjadi sebaliknya. Sekarang giliran Barat-lah (baca Amerika) yang tidak jujur. Kalau di Asia, penyakit itu masih banyak diderita para birokrat. Di Barat, malah banyak terjadi di perusahaan swasta, bahkan perusahaan publik!
Mereka melakukan berbagai cara untuk ''menggelembungkan'' aset supaya terlihat cantik, sehingga bisa diperdagangkan di pasar modal dengan harga tinggi. Berbagai produk keuangan derivatif pun ikut diciptakan tanpa melihat risiko untuk pasar.
Mereka hanya berusaha melakukan value creation di sisi supply dan tidak peduli pada value created pada sisi demand. Apa yang terjadi pada era ICT ini? Justru terjadi transparansi! Hal tersebut tidak bisa dibendung lagi. Karena itu, orang tidak hanya bisa menciptakan persepsi, tapi memang harus ada kenyataannya. Karena itulah, persepsi indah yang diciptakan di Wall Street akhirnya terkuak ''kebodongan''-nya. Dunia jadi sadar bahwa sudah banyak kebohongan di sana.
Bahkan, Presiden Obama pun yang begitu populer masih ''diganjal'' Senat untuk melakukan reformasi total. Itu menunjukkan bahwa sistem demokrasi akhirnya dipakai untuk mempertahankan hal yang salah.
Karena itulah, uang sekarang banyak meninggalkan Barat menuju ke Asia. Orang mulai mencari kejujuran itu di Asia karena ada value created yang sesungguhnya.
Orang yang mau memakai kemajuan ICT untuk menciptakan persepsi bahwa perusahaannya cantik juga sudah hancur ketika peristiwa Dotcom Bubble beberapa tahun lalu. Jadi, kalau direnungi, ketika Revolusi Industri dimulai di Eropa dan London jadi ibu kota dunia, kita berada pada Era Kapitalis 1.0. Semua nilai tambah didapatkan dari rational power.
Teknologi industri bisa membuat sebuah produk jadi masal, sehingga cost bisa turun, sehingga bisa dijual lebih murah. Dengan demikian, ada value creation bagi produsen dan value created bagi konsumen.
Tapi, para pengusaha tidak puas. Karena itu, mulai masuk teknologi baru yang namanya ya financial engineering itu. Era Kapitalis 2.0!
Kekuatannya ada pada emotional power. Segala macam rekayasa akuntansi dilakukan dicampur dengan penciptaan persepsi pada produk-produk keuangan. Banyak orang, sampai sekarang pun, yang jadi sangat kaya dengan cara begitu. Krisis Asia 1998 dan Krisis Global 2008 menjadi peringatan bahwa yang begitu tidak bisa berlanjut terus.
Banyak yang kebablasan dan sekarang semua arsitekturnya hendak ditata kembali. Karena itu, New York yang sebelumnya bersinar jadi redup kembali. Nah, sekarang memang Era Kapitalis 3.0, di mana ICT berjaya. Dotcom boom yang akhirnya ''pecah'' beberapa tahun lalu juga menjadi peringatan bahwa janganlah cara Kapitalis 2.0 dipakai pada era 3.0.
Mengapa? Sebab, kekuatan Era 3.0 justru ada di spiritual power. Teknologi ICT yang akhirnya menghebohkan dengan kehadiran social media itu menghasilkan transparansi. ''Sing becik ketitik, sing elek ketoro!''
Amat sulit menyembunyikan kebenaran. Sudah tidak bisa hanya ada value creation pada produsen, tapi tidak value created pada konsumen. It does not work! Dan pasar yang siap dengan sifat seperti itu ya Asia.
Semua nabi dan guru spiritual lahir di Asia. Karena itu, seharusnya perbuatan baik sesama manusia juga ada di Asia. Hablum minallah, hablum minannas! Percuma saja rajin berdoa, bersembahyang, atau salat kalau semua ajaran dari Tuhan, Langit, Dewa, atau apa pun namanya tidak dimaknai dengan kejujuran pada orang lain. Dunia lagi kembali mencari maknanya! The world is searching its meaning!
Nah, di situlah Asia menjadi pusatnya, bukan Barat lagi. Mereka di sana sudah terlalu ''jauh dari pusat''. Tidak ada yang salah jadi kapitalis! Tanpa kapitalisme, dunia tidak bisa menghasilkan value creation. Tapi, masalahnya, juga harus ada value created yang baik dan benar pula untuk dunia. Kan dunia tidak cuma punya produsen atau pengusaha, tapi juga punya konsumen dan masyarakat secara keseluruhan. Dunia bukan cuma punya generasi sekarang, tapi juga punya generasi yang akan datang.
Karena itu pula, pengambilan keuntungan jangka pendek yang akan ''menghancurkan'' dunia pada jangka panjang termasuk tidak jujur. Kapitalis 3.0 tidak akan mengambil dividen sekarang, kalau memang diperlukan investasi untuk pelestarian masa depan. Sekarang, para kapitalis memang harus meng-up grade diri dari 2.0 ke 3.0
Sadarlah, kalau itu tidak dilakukan, Anda tidak akan survive. Bahkan, recall besar-besaran yang dilakukan Toyota di seluruh dunia saat ini membuktikan bahwa teknologi industri berbasis 1.0 juga harus jujur. Kalau ada cacat kualitas, berarti tidak ada value created seperti yang dijanjikan, produsen harus bertanggung jawab juga. Walaupun, tidak ada rekayasa keuangan.
Pokoknya, semua jenis rekayasa kualitas (1.0), keuangan (2.0), dan manusia serta alam (3.0) tidak boleh ada lagi. Era ICT yang dulu diperkirakan hanya memperkuat rational power di level 1.0 terbukti malah ''memaksa'' para kapitalis untuk masuk ke spiritual power. Nah, itulah sebenarnya rahasia kesuksesan buku Marketing 3.0: From Product to Customer to Human Spirit. Buku kelima saya terbitan Wiley and Sons yang hak penerjemahannya sudah dibeli 27 bahasa non-Inggris!
Kalau seorang marketer cuma berusaha membuat good product yang dijual dengan good price, dia baru Marketer 3.0. Kalau dia juga berusaha memuaskan customer dengan customer service yang baik, tingkatannya Marketer 2.0. Tapi, kalau sudah sampai ke human spirit, dalam arti tidak mbujuki, bahkan tidak hanya ngambil profit jangka pendek, dia sudah mencapai Marketer 3.0!
Kata kuncinya sudah CARE, bukan SERVICE! Dua kata itu sangat berbeda! Karena itu, jangan hanya bisa mengubah nama departemen dari customer service jadi customer care tanpa ngerti maksudnya. Service masih 2.0 karena gak peduli pada sustainability. Customer loyalty yang diciptakan hanya bersifat semu. Begitu sadar, customer malah akan tambah marah dan berbalik!
Saat ini, hanya CARE yang bisa karena sudah menyentuh human spirit customer. CARE pada customer, sesama manusia dan alam semesta! CARE pada masa kini dan masa depan! Itu juga inti ajaran Confucius yang ingin orang Tiongkok pada zaman itu eling jangan hanya bisa menjilat pada kaisar-kaisar yang zalim.
Karena itulah, Shanghai lantas seolah-olah menjadi simbol ''perlawanan'' dari Asia terhadap kezaliman New York! Mudah-mudahan Shanghai nantinya ya memang jadi simbol kapitalisme baru yang 3.0!
Bagi Indonesia, hasil sensus nasional yang dimulai hari ini dan dijalankan selama sebulan lamanya itu sangat penting karena merupakan titik awal wajah Indonesia dalam menghadapi dekade baru yang dimulai pada 2010. Apa pun hasilnya nanti, Indonesia memerlukan Kapitalis 3.0 dan Marketer 3.0 dalam membawa bangsa yang kita cintai ini ke tingkat yang lebih tinggi.
Pada sesi pembukaan pagi ini, akan saya tunjukkan bahwa akibat kemajuan ICT, kita semua merasakan uncertainties di bidang political/legal dan social/culture. Tapi, di bidang economy dan market, Indonesia punya brighter future!
Targetnya, pada pertengahan dekade baru ini, GDP total kita bisa lebih dari satu triliun USD, sehingga bisa benar-benar masuk kelompok BRIC (Brazil, Rusia, India, China), sehingga singkatannya jadi BRICI atau BRIIC.
MarkPlus Inc mulai hari ini juga memasuki dekade ketiganya. Sesudah dua puluh tahun bekerja, berjuang, dan berkompetisi pakai rational dan emotional power, inilah saatnya untuk memantapkan spiritual power.
Tidak mudah memang untuk meng-up grade diri dari 1.0 dan 2.0 ke 3.0. Tapi, harus! Ketika buku Marketing 3.0 sudah menyebar ke seluruh dunia dan diterjemahkan ke berbagai bahasa, saya pun punya internal pressure untuk mempraktikkannya di MarkPlus Inc sendiri.
Saya ingin menutup artikel serial yang benar-benar terakhir ini dengan mengutip lagi kata-kata Sonni, salah seorang ''pendiri'' MarkPlus Professional Service pada 1990. Kemarin, dia mengirimkan SMS khusus buat saya. ''Perjalanan Seribu Langkah Dimulai dari Langkah Pertama.''
Dia melanjutkan dengan kalimat lain. ''Banyak orang yang sudah melakukan langkah pertama, tapi langka sekali orang yang tak pernah kehabisan bahan bakar untuk terus melangkah!''
Saya membagikan kata-kata bijak itu kepada Anda semua untuk tidak pernah kehabisan bahan bakar. Indonesia 3.0 pada 2020 memerlukan Kapitalis 3.0 dan Marketer 3.0 seperti Anda! Selamat menikmati MarkPlus Festival hari ini! Dan sampai bertemu di serial berikutnya kapan-kapan... (*)
Jumat, 30 April 2010
Grow with Character! By Hermawan Kartajaya
[ Jum'at, 30 April 2010 ]
Grow with Character! By Hermawan Kartajaya
Redefining Marketing to The World: Suroboyo Iso, Rek!
SEJAK minggu lalu saya menerima banyak pesan lewat SMS, e-mail, maupun BBM yang khawatir kangen akan artikel serial Grow with Character setelah habis di tulisan keseratus. Beberapa orang juga menanyakan apakah akan ada buku berisi kumpulan tulisan-tulisan itu.
Teman saya, Mas Hariono, misalnya, tiap pagi rebutan dengan istrinya karena harus mengamankan kliping serial ini. Prof Imam Robandi, bos Dikdasmen Muhamadiyah se-Jawa Timur, sering memberikan semangat kepada saya lewat SMS. Sedangkan Lesly Shila Ussily, sekretaris pribadi konsul jenderal Jepang di Surabaya, menyatakan sering terharu kalau tulisan saya kebetulan menyangkut almarhum orang tua saya.
Di Ubud, Bali, saya bahkan dikejutkan oleh seorang penjaga parkir Bebek Bengil. Ketika saya mau masuk ke restoran keluarga yang terkenal itu, mendadak dia nyeletuk, "Grow with character!" Otomatis, saya menoleh dan dia minta berfoto bareng saya. Edan, kan? Itulah tukang parkir intelek dari Bali. Maka, nggak heran kalau Bali punya rasio lulusan tertinggi se-Indonesia untuk ujian nasional!
Masih di Bali, Heru Legowo yang juga kepala Bandara Internasional Ngurah Rai suka pada Ilmu Tiga yang saya tulis. Dia bilang suka akan tulisan-tulisan serial ini karena bisa digunakan untuk diskusi dengan stafnya.
Di Jakarta, walaupun sering dipotong artikelnya ketika diterbitkan Indopos, saya bertemu beberapa orang eks Surabaya yang suka juga dengan serial ini. Katanya, kangen dengan bahasa Suroboyoan saya di sini. Di Bandung, di mana serial ini tidak dikutip Radar Bandung, ternyata tulisan itu dibaca secara fanatik oleh beberapa orang lewat internet.
Beberapa hari lalu, Gubernur Gorontalo Ir Gusnar Ismail MM mampir dan makan malam di Kantor MarkPlus Inc Jakarta. Beliau bilang, banyak stafnya yang menggunting serial ini karena diterbitkan Gorontalo Post. Bahkan dari luar negeri, saya mendapatkan banyak e-mail dari orang Indonesia yang rajin membuka internet.
Setelah melihat itu semua dan ternyata memang terjadi salah hitung karena seri nomor 100 belum jatuh pada 1 Mei 2010, pas MarkPlus Festival, saya segera kirim SMS kepada Mas Leak Kustiya yang Pemred Jawa Pos dan Radar Surabaya.
"Boleh nggak imbuh dua hari?"
"Monggo kirim extravaganza...." Itu jawabannya, pakai gaya bahasa Jawa Pos.
Karena itu, saya nulis ekstra hari ini dan besok, yang benar-benar akan jadi terakhir.
Inilah kali pertama saya menulis di Jawa Pos, seratus hari nonstop (Minggu pun ditabrak), bahkan plus dua extravaganza. Nulisnya dari mana-mana lewat BlackBerry Onyx! Ketika hal tersebut saya beri tahukan kepada orang BlackBerry dari kantor Singapura, dia kaget. Saya akan bertemu dengan bos-bos BlackBerry di Waterloo, satu jam dari Toronto, pada minggu ketiga Juni.
Ketika saya bertemu Mas Leak untuk bicara tentang serial ini, saya katakan ada tiga hal yang ingin saya capai.
Pertama, pembelajaran secara praktis lewat tulisan bergaya story telling tentang perkembangan konsep marketing dari waktu ke waktu. Karena itu, kalau Anda rajin mengikuti serial ini, saya selalu menyelipkan konsep-konsep itu secara gampang. Walaupun begitu, saya diprotes beberapa orang yang merasa terlalu ilmiah. Tetapi, ketika diringankan, beberapa orang malah menganggap serial ini tidak bermutu.
Karena itu, saya bermain ayunan saja. Sehari berat, sehari ringan. Sehari bicara pengalaman pribadi, sehari bicara konsep yang saya tulis. Yang penting, harus ada pembelajaran. Di Harvard Business School, saya diajarin untuk tidak mengajar, tapi membuat orang lain belajar! Jadi kesimpulannya? Lebih sulit simplifying the complex thing daripada complicating the simple thing!
Kedua, serial ini akan memaksa saya untuk nulis terus. Jadwal saya ketat dan saya harus pindah kota setiap saat. Tapi, saya pengin bisa menerbitkan suatu buku tepat pada HUT ke-20 MarkPlus Inc, 1 Mei 2010! Ya, satu-satunya cara harus memaksa diri seperti itu.
Seluruh tulisan tersebut saya buat sendiri, tanpa ghost writer. Karena itu, bahasanya ya begitu. Bonek! Suroboyoan! Menulis di sebuah media massa seperti Jawa Pos membuat saya berutang kepada pembaca saya. They are my ultimate customers yang harus diketahui serta dikenali anxiety dan desire-nya. Badan bisa capek, pikiran bisa suntuk, jadwal bisa padat, tapi dasar orang marketing, selalu ingat pada customers!
Walaupun ditulis dengan cara memaksa diri, saya sudah punya kisi-kisi urutan penulisan sehingga bisa berupa cerita panjang yang asyik. Kalau Anda cermati, cerita saya memang kadang maju-mundur dalam time frame. Nggak jadi soal! Kan Hollywood juga sering pakai flashback untuk menjadikan sebuah film lebih asyik!
Ketiga, ya terus terang untuk menghangatkan MarkPlus Festival pada 1 Mei 2010 di Shangri-La Surabaya. Karena itu, lantas dihitung countdown seratus hari ke depan, yang akhirnya ternyata keliru hitung, kepagian dua hari.
Ternyata, serial ini memang ampuh! Saat ini peserta MarkPlus Festival sudah mencapai 2.000 tiket, melebihi target 1.500 tiket keluar. Panitia sudah tutup loket dan sibuk dengan segala macam persiapan.
Itu juga bukti bahwa Jawa Pos sangat ampuh, khususnya di Surabaya, Jawa Timur, dan Indonesia Timur. Anda akan bertemu dengan banyak peserta dari luar Jawa, khususnya Indonesia Timur, terutama yang koran Radar-nya memuat serial ini.
Dahsyat!
MarkPlus Festival kali ini bakal seru. Mendiknas Mohammad Nuh menelepon saya untuk memberitahukan bahwa beliau akan meresmikan pembukaan acara itu. Begitu juga Pakde Karwo, gubernur Jawa Timur yang bilang pasti datang lewat SMS.
Jajaran Polda Jatim juga akan ikut meramaikannya. Selain datang, Kapolda Irjen Pol Drs Pratiknyo akan menginspeksi konter lantas untuk perpanjangan SIM dan STNK. Karena itu, jangan lupa mampir kalau mau melakukannya sambil berseminar!
Dirlantas Jatim Kombespol Sam Budigusdian, bahkan mantan Dirlantas Jatim yang sekarang Dirlantas Metro Jaya Kombespol Condro Kirono, juga akan hadir!
Kalau Ditlantas Jatim fokus ke youth dan women, Ditlantas Metro Jaya fokus pada netizen. They are really new wave marketers focus on youth, women and netizen.
Ada tiga orang yang akan menerima Life Mentor Appreciation. Sebab, merekalah yang menginspirasi saya untuk berani buka MarkPlus Professional Service di Surabaya pada 1 Mei 1990. Putera Sampoerna, Ciputra, dan Dahlan Iskan!
Khusus Pak Dahlan, akan ada peristiwa yang historical. Apa itu? Akan ada penyerahan buku Grow with Character dari CEO Kompas Gramedia Agung Adiprasetyo selaku penerbit kepada Jawa Pos sebagai koran yang memuat serial tulisan ini. Saya berani pastikan bahwa itu baru kali pertama.
Itu bisa terjadi karena Dwi Helly Purnomo dari Gramedia Pustaka Utama yang kini nungguin mamanya di rumah sakit di Surabaya tiap pagi juga baca serial ini di Jawa Pos. Dia yang punya ide untuk kerja sama yang unik tersebut.
Saya lantas menghubungi Mas Leak, yang akhirnya mendapatkan lampu hijau dari Mas Azrul Ananda, maka terjadilah proyek kebersamaan oleh dua grup media cetak terbesar di Indonesia itu.
Jadi, pada 1 Mei 2010 akan ada buku Grow with Character, tapi tentu saja jumlahnya nggak sampai 2.000 eksemplar. Yang pasti, 500 kopi pertama akan saya tanda tangani. Mudah-mudahan Andalah yang mendapatkannya.
Buku tersebut tidak hanya berisi serial tulisan saya yang diedit Bayu Asmara, tapi juga memuat model Grow with Character yang diedit Alex Mulya. Mereka berdua adalah konsultan senior MarkPlus Inc, yang juga akan memandu parallel class di festival tersebut.
Kan bakal ada tiga kelas paralel dengan berbagai topik dan pembicara sehingga Anda bisa memilih, bahkan pindah dari satu kelas ke kelas lain. Bahkan waktu makan siang, akan ada tiga kelas paralel yang bisa Anda pilih untuk diikuti.
Pokoknya, new FBIs! You might get new friends, new businesses and new ideas at our festival!
Rektor ITS Prof Priyo Suprobo juga sudah pasti hadir. Sebab, saya akan menyerahkan University of Life Appreciation. Walaupun tidak lulus dari ITS, saya tidak mungkin bisa punya otak modeling sehingga bisa menulis model-model marketing kalau tidak pernah berkuliah di sana selama lima tahun.
ITS memberi saya kekuatan logika yang akhirnya merupakan diferensiasi saya di wahana marketing dunia.
Prof Philip Kotler yang mbahnya marketing dunia mau bekerja sama dengan saya untuk menulis lima buku selama 12 tahun ya karena keunikan saya yang satu itu. Saya bisa melakukan simplifying the complexities dengan menggunakan model.
Sementara itu, hampir semua buku teks marketing cuma bisa menjlentrehkan poin-poin tanpa model yang jelas. Kalau sudah pakai model, malah membingungkan karena merupakan suatu scientific model yang ketat asumsinya dan cepat usang ketika asumsi berubah! Jadi, sama sekali tidak berguna untuk para praktisi.
Sementara itu, model-model yang saya gunakan mudah dimengerti dan bersifat fleksibel sehingga bisa mengikuti perubahan lanskap. Bahkan, saya sering bilang bahwa seorang dropout ITS bisa jadi 50 guru dunia marketing dengan cuma modal kekuatan logika. Sebaliknya, sangat susah bagi seorang profesor marketing bisa jadi 50 guru dunia di bidang engineering!
Saya sangat bersyukur karena rektor ITS juga akan didampingi beberapa profesor rekan-rekan saya dari ITS.
Tentu saja saya mengundang semua rekan-rekan saya, konsul jenderal, dan konsul kehormatan di Surabaya. Kan saya juga konsul kehormatan Republik Ceko di Surabaya. Konsul Jenderal Amerika Caryn R. McClelland dan beberapa konsul lain sudah mengonfirmasi untuk hadir.
Selain acara pembukaan pleno yang pasti seru dan diikuti tiga sesi paralel, jangan lewatkan acara puncak pada sesi akhir, yaitu pukul 16.00-18.00 WIB. Selama dua jam penuh, saya akan memberikan Lecture of the Decade!
Di situ saya bakal menjelaskan perkembangan konsep marketing mulai 1950 sampai 2020. Anda akan melihat bagaimana evolusi konsep marketing sesuai dengan situasi makronya!
Bentuknya operette karena saya akan berada di tengah 2.000 peserta serta Jacky Mussry dan Waizly Darwin di atas panggung. Jacky yang dulu juara disc jockey nomor satu se-Indonesia dan sekarang doktor manajemen strategis dari Universitas Indonesia akan menyanyi dengan keyboard solo. Sedangkan Waizly yang baru pulang dari MIT Boston enam bulan lalu bakal memainkan berbagai iklan di berbagai era lewat iPad-nya!
Pokoknya seru. Sebab, acara akan ditutup dengan kejutan yang mudah-mudahan jadi kenangan seumur hidup untuk Anda!
Saya juga membawa buku kelima saya bersama Philip Kotler yang di-endorse Bapak SBY dan di-launch di Kellogg pada 15 Juni nanti. Tapi, hanya ada 50 kopi.
Hak penerjemahannya sudah dibeli 17 negara! Bukti bahwa MarkPlus Inc di usia ke-20 benar-benar sudah pas dengan slogan yang dipakai. Redefining Marketing to the World!
Jangan minder jadi orang Indonesia! Bahkan, jangan minder jadi arek Suroboyo!
Indonesia bisa!
Suroboyo iso, Rek!
See you tommorow at Shangri-la Hotel!
Grow with Character! By Hermawan Kartajaya
Redefining Marketing to The World: Suroboyo Iso, Rek!
SEJAK minggu lalu saya menerima banyak pesan lewat SMS, e-mail, maupun BBM yang khawatir kangen akan artikel serial Grow with Character setelah habis di tulisan keseratus. Beberapa orang juga menanyakan apakah akan ada buku berisi kumpulan tulisan-tulisan itu.
Teman saya, Mas Hariono, misalnya, tiap pagi rebutan dengan istrinya karena harus mengamankan kliping serial ini. Prof Imam Robandi, bos Dikdasmen Muhamadiyah se-Jawa Timur, sering memberikan semangat kepada saya lewat SMS. Sedangkan Lesly Shila Ussily, sekretaris pribadi konsul jenderal Jepang di Surabaya, menyatakan sering terharu kalau tulisan saya kebetulan menyangkut almarhum orang tua saya.
Di Ubud, Bali, saya bahkan dikejutkan oleh seorang penjaga parkir Bebek Bengil. Ketika saya mau masuk ke restoran keluarga yang terkenal itu, mendadak dia nyeletuk, "Grow with character!" Otomatis, saya menoleh dan dia minta berfoto bareng saya. Edan, kan? Itulah tukang parkir intelek dari Bali. Maka, nggak heran kalau Bali punya rasio lulusan tertinggi se-Indonesia untuk ujian nasional!
Masih di Bali, Heru Legowo yang juga kepala Bandara Internasional Ngurah Rai suka pada Ilmu Tiga yang saya tulis. Dia bilang suka akan tulisan-tulisan serial ini karena bisa digunakan untuk diskusi dengan stafnya.
Di Jakarta, walaupun sering dipotong artikelnya ketika diterbitkan Indopos, saya bertemu beberapa orang eks Surabaya yang suka juga dengan serial ini. Katanya, kangen dengan bahasa Suroboyoan saya di sini. Di Bandung, di mana serial ini tidak dikutip Radar Bandung, ternyata tulisan itu dibaca secara fanatik oleh beberapa orang lewat internet.
Beberapa hari lalu, Gubernur Gorontalo Ir Gusnar Ismail MM mampir dan makan malam di Kantor MarkPlus Inc Jakarta. Beliau bilang, banyak stafnya yang menggunting serial ini karena diterbitkan Gorontalo Post. Bahkan dari luar negeri, saya mendapatkan banyak e-mail dari orang Indonesia yang rajin membuka internet.
Setelah melihat itu semua dan ternyata memang terjadi salah hitung karena seri nomor 100 belum jatuh pada 1 Mei 2010, pas MarkPlus Festival, saya segera kirim SMS kepada Mas Leak Kustiya yang Pemred Jawa Pos dan Radar Surabaya.
"Boleh nggak imbuh dua hari?"
"Monggo kirim extravaganza...." Itu jawabannya, pakai gaya bahasa Jawa Pos.
Karena itu, saya nulis ekstra hari ini dan besok, yang benar-benar akan jadi terakhir.
Inilah kali pertama saya menulis di Jawa Pos, seratus hari nonstop (Minggu pun ditabrak), bahkan plus dua extravaganza. Nulisnya dari mana-mana lewat BlackBerry Onyx! Ketika hal tersebut saya beri tahukan kepada orang BlackBerry dari kantor Singapura, dia kaget. Saya akan bertemu dengan bos-bos BlackBerry di Waterloo, satu jam dari Toronto, pada minggu ketiga Juni.
Ketika saya bertemu Mas Leak untuk bicara tentang serial ini, saya katakan ada tiga hal yang ingin saya capai.
Pertama, pembelajaran secara praktis lewat tulisan bergaya story telling tentang perkembangan konsep marketing dari waktu ke waktu. Karena itu, kalau Anda rajin mengikuti serial ini, saya selalu menyelipkan konsep-konsep itu secara gampang. Walaupun begitu, saya diprotes beberapa orang yang merasa terlalu ilmiah. Tetapi, ketika diringankan, beberapa orang malah menganggap serial ini tidak bermutu.
Karena itu, saya bermain ayunan saja. Sehari berat, sehari ringan. Sehari bicara pengalaman pribadi, sehari bicara konsep yang saya tulis. Yang penting, harus ada pembelajaran. Di Harvard Business School, saya diajarin untuk tidak mengajar, tapi membuat orang lain belajar! Jadi kesimpulannya? Lebih sulit simplifying the complex thing daripada complicating the simple thing!
Kedua, serial ini akan memaksa saya untuk nulis terus. Jadwal saya ketat dan saya harus pindah kota setiap saat. Tapi, saya pengin bisa menerbitkan suatu buku tepat pada HUT ke-20 MarkPlus Inc, 1 Mei 2010! Ya, satu-satunya cara harus memaksa diri seperti itu.
Seluruh tulisan tersebut saya buat sendiri, tanpa ghost writer. Karena itu, bahasanya ya begitu. Bonek! Suroboyoan! Menulis di sebuah media massa seperti Jawa Pos membuat saya berutang kepada pembaca saya. They are my ultimate customers yang harus diketahui serta dikenali anxiety dan desire-nya. Badan bisa capek, pikiran bisa suntuk, jadwal bisa padat, tapi dasar orang marketing, selalu ingat pada customers!
Walaupun ditulis dengan cara memaksa diri, saya sudah punya kisi-kisi urutan penulisan sehingga bisa berupa cerita panjang yang asyik. Kalau Anda cermati, cerita saya memang kadang maju-mundur dalam time frame. Nggak jadi soal! Kan Hollywood juga sering pakai flashback untuk menjadikan sebuah film lebih asyik!
Ketiga, ya terus terang untuk menghangatkan MarkPlus Festival pada 1 Mei 2010 di Shangri-La Surabaya. Karena itu, lantas dihitung countdown seratus hari ke depan, yang akhirnya ternyata keliru hitung, kepagian dua hari.
Ternyata, serial ini memang ampuh! Saat ini peserta MarkPlus Festival sudah mencapai 2.000 tiket, melebihi target 1.500 tiket keluar. Panitia sudah tutup loket dan sibuk dengan segala macam persiapan.
Itu juga bukti bahwa Jawa Pos sangat ampuh, khususnya di Surabaya, Jawa Timur, dan Indonesia Timur. Anda akan bertemu dengan banyak peserta dari luar Jawa, khususnya Indonesia Timur, terutama yang koran Radar-nya memuat serial ini.
Dahsyat!
MarkPlus Festival kali ini bakal seru. Mendiknas Mohammad Nuh menelepon saya untuk memberitahukan bahwa beliau akan meresmikan pembukaan acara itu. Begitu juga Pakde Karwo, gubernur Jawa Timur yang bilang pasti datang lewat SMS.
Jajaran Polda Jatim juga akan ikut meramaikannya. Selain datang, Kapolda Irjen Pol Drs Pratiknyo akan menginspeksi konter lantas untuk perpanjangan SIM dan STNK. Karena itu, jangan lupa mampir kalau mau melakukannya sambil berseminar!
Dirlantas Jatim Kombespol Sam Budigusdian, bahkan mantan Dirlantas Jatim yang sekarang Dirlantas Metro Jaya Kombespol Condro Kirono, juga akan hadir!
Kalau Ditlantas Jatim fokus ke youth dan women, Ditlantas Metro Jaya fokus pada netizen. They are really new wave marketers focus on youth, women and netizen.
Ada tiga orang yang akan menerima Life Mentor Appreciation. Sebab, merekalah yang menginspirasi saya untuk berani buka MarkPlus Professional Service di Surabaya pada 1 Mei 1990. Putera Sampoerna, Ciputra, dan Dahlan Iskan!
Khusus Pak Dahlan, akan ada peristiwa yang historical. Apa itu? Akan ada penyerahan buku Grow with Character dari CEO Kompas Gramedia Agung Adiprasetyo selaku penerbit kepada Jawa Pos sebagai koran yang memuat serial tulisan ini. Saya berani pastikan bahwa itu baru kali pertama.
Itu bisa terjadi karena Dwi Helly Purnomo dari Gramedia Pustaka Utama yang kini nungguin mamanya di rumah sakit di Surabaya tiap pagi juga baca serial ini di Jawa Pos. Dia yang punya ide untuk kerja sama yang unik tersebut.
Saya lantas menghubungi Mas Leak, yang akhirnya mendapatkan lampu hijau dari Mas Azrul Ananda, maka terjadilah proyek kebersamaan oleh dua grup media cetak terbesar di Indonesia itu.
Jadi, pada 1 Mei 2010 akan ada buku Grow with Character, tapi tentu saja jumlahnya nggak sampai 2.000 eksemplar. Yang pasti, 500 kopi pertama akan saya tanda tangani. Mudah-mudahan Andalah yang mendapatkannya.
Buku tersebut tidak hanya berisi serial tulisan saya yang diedit Bayu Asmara, tapi juga memuat model Grow with Character yang diedit Alex Mulya. Mereka berdua adalah konsultan senior MarkPlus Inc, yang juga akan memandu parallel class di festival tersebut.
Kan bakal ada tiga kelas paralel dengan berbagai topik dan pembicara sehingga Anda bisa memilih, bahkan pindah dari satu kelas ke kelas lain. Bahkan waktu makan siang, akan ada tiga kelas paralel yang bisa Anda pilih untuk diikuti.
Pokoknya, new FBIs! You might get new friends, new businesses and new ideas at our festival!
Rektor ITS Prof Priyo Suprobo juga sudah pasti hadir. Sebab, saya akan menyerahkan University of Life Appreciation. Walaupun tidak lulus dari ITS, saya tidak mungkin bisa punya otak modeling sehingga bisa menulis model-model marketing kalau tidak pernah berkuliah di sana selama lima tahun.
ITS memberi saya kekuatan logika yang akhirnya merupakan diferensiasi saya di wahana marketing dunia.
Prof Philip Kotler yang mbahnya marketing dunia mau bekerja sama dengan saya untuk menulis lima buku selama 12 tahun ya karena keunikan saya yang satu itu. Saya bisa melakukan simplifying the complexities dengan menggunakan model.
Sementara itu, hampir semua buku teks marketing cuma bisa menjlentrehkan poin-poin tanpa model yang jelas. Kalau sudah pakai model, malah membingungkan karena merupakan suatu scientific model yang ketat asumsinya dan cepat usang ketika asumsi berubah! Jadi, sama sekali tidak berguna untuk para praktisi.
Sementara itu, model-model yang saya gunakan mudah dimengerti dan bersifat fleksibel sehingga bisa mengikuti perubahan lanskap. Bahkan, saya sering bilang bahwa seorang dropout ITS bisa jadi 50 guru dunia marketing dengan cuma modal kekuatan logika. Sebaliknya, sangat susah bagi seorang profesor marketing bisa jadi 50 guru dunia di bidang engineering!
Saya sangat bersyukur karena rektor ITS juga akan didampingi beberapa profesor rekan-rekan saya dari ITS.
Tentu saja saya mengundang semua rekan-rekan saya, konsul jenderal, dan konsul kehormatan di Surabaya. Kan saya juga konsul kehormatan Republik Ceko di Surabaya. Konsul Jenderal Amerika Caryn R. McClelland dan beberapa konsul lain sudah mengonfirmasi untuk hadir.
Selain acara pembukaan pleno yang pasti seru dan diikuti tiga sesi paralel, jangan lewatkan acara puncak pada sesi akhir, yaitu pukul 16.00-18.00 WIB. Selama dua jam penuh, saya akan memberikan Lecture of the Decade!
Di situ saya bakal menjelaskan perkembangan konsep marketing mulai 1950 sampai 2020. Anda akan melihat bagaimana evolusi konsep marketing sesuai dengan situasi makronya!
Bentuknya operette karena saya akan berada di tengah 2.000 peserta serta Jacky Mussry dan Waizly Darwin di atas panggung. Jacky yang dulu juara disc jockey nomor satu se-Indonesia dan sekarang doktor manajemen strategis dari Universitas Indonesia akan menyanyi dengan keyboard solo. Sedangkan Waizly yang baru pulang dari MIT Boston enam bulan lalu bakal memainkan berbagai iklan di berbagai era lewat iPad-nya!
Pokoknya seru. Sebab, acara akan ditutup dengan kejutan yang mudah-mudahan jadi kenangan seumur hidup untuk Anda!
Saya juga membawa buku kelima saya bersama Philip Kotler yang di-endorse Bapak SBY dan di-launch di Kellogg pada 15 Juni nanti. Tapi, hanya ada 50 kopi.
Hak penerjemahannya sudah dibeli 17 negara! Bukti bahwa MarkPlus Inc di usia ke-20 benar-benar sudah pas dengan slogan yang dipakai. Redefining Marketing to the World!
Jangan minder jadi orang Indonesia! Bahkan, jangan minder jadi arek Suroboyo!
Indonesia bisa!
Suroboyo iso, Rek!
See you tommorow at Shangri-la Hotel!
Kamis, 29 April 2010
Grow with Character! (100/100) Series by Hermawan Kartajaya
[ Kamis, 29 April 2010 ]
Grow with Character! (100/100) Series by Hermawan Kartajaya
My Name Is Tan! (and I am Proud to be Indonesian)
Surabaya, 1 Mei 2010.
Pada hari itu MarkPlus Inc tepat berusia 20 tahun. Selesailah sudah tugas saya untuk menulis seratus artikel di Jawa Pos yang dimuat setiap hari berturut-turut. Kumpulan tulisan tersebut diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama dari Kompas Gramedia sebagai suatu buku. Sesuatu yang unik dan barangkali belum pernah terjadi. Hal itu bisa terjadi karena kebesaran hati kedua belah pihak.
Dalam menuliskan cerita bagaimana saya mendirikan, mempertahankan, serta mengembangkan MarkPlus, saya menggunakan bahasa bercerita. Gaya bercerita orang Surabaya yang lugas dan apa adanya.
Sering saya harus mengingat-ingat apa yang terjadi sejak 20 tahun lalu sampai sekarang. Urutan cerita pun sering tidak benar-benar sesuai dengan waktunya. Kadang maju ke depan, kemudian mundur lagi.
Tapi, itulah saya. Jelek sekali dalam mengingat masa lalu! Saya lebih mudah berimajinasi tentang masa depan ketimbang mengenang masa lalu. Kalau Anda membaca kumpulan tulisan tersebut, sering terasa muatan emosional saya. Bahkan, sering kurang rasional.
Karena itu, sering mudah dibaca tulisan saya meledak-ledak. Tapi, di bagian lain, terasa sangat lemah dan memilukan. Terus terang, di beberapa tulisan, saya menulis sambil menangis.
Saya selalu menulis dengan hati!
Ada satu lagi rahasia kecil dari kumpulan tulisan itu. Saya menulis semuanya cukup dari BlackBerry Onyx saya! Terus terang, saya adalah orang yang agak gaptek. Karena itu, senang sekali ketika ada gadget yang bisa push e-mail dan dibawa ke mana-mana. Saya menulis dari mana saja. Bisa sambil menunggu pesawat di airport, tapi yang sering di atas pesawat.
Kalau tidak bisa tidur, persis seperti pada tulisan terakhir kali ini, saya menulis di Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Medan, Makassar, Bali, Singapura, Kuala Lumpur, Bangkok, London, Dublin, dan Belfast! Saya bisa mengirimkan tulisan-tulisan itu dari mana saja dan kapan saja. Tanpa disadari, saya kayaknya memang lebih mudah berpikir tentang masa depan seperti the youth walaupun sudah senior.
Saya lebih sering terbawa emosi seperti the women ketimbang men yang cenderung rasional. Juga, berusaha keras untuk memanfaatkan wireless online seperti the netizen ketimbang seorang citizen yang sangat primitif.
Seperti sudah saya tulis, youth, women, dan netizen adalah new wave subcultures. Sedangkan senior, men, dan citizen adalah legacy subcultures. Walaupun sudah berusia 62 tahun menjelang 63 tahun, pria, dan sering bangga sebagai arek Suroboyo, saya berusaha untuk bisa berpikir seperti pemuda 26 tahun, berperilaku seperti metroseksual, dan berkomunikasi sambung rasa lewat gadget.
Andrie Djarot, Abang Jakarta 2005 yang juga host Apa Kabar Indonesia Pagi di TVOne, membuat avatar saya seperti itu! Anda bisa melihatnya di sampul buku kumpulan tulisan tersebut. Terima kasih, Andrie, Anda melihat saya seperti itu!
Nah, bagaimana MarkPlus Inc setelah 20 tahun? What next? Kebetulan, cerita MarkPlus ini sudah ditulis sebagai Business Case oleh Prof Hooi Den Huan untuk Nanyang Business School Case Center. Case A menceritakan bagaimana MarkPlus menjadi pionir dan berkembang di Indonesia. Sedangkan case B bercerita tentang pengembangan MarkPlus berikutnya ke ASEAN.
Dua case itu selalu didiskusikan di kelas-kelas MBA, EMBA, Executive Education Program NBS, baik di Singapura maupun Tiongkok. Bisa masuk kelas marketing, juga kelas entrepreneurship.
Kebetulan, Den Huan berkali-kali dipilih sebagai the best professor oleh mahasiswa NBS. Sekarang dia malah jadi direktur NTC atau Nanyang Technopreneurship Center.
Nah, untuk menyongsong HUT ke-20 MarkPlus Inc, Den Huan dibantu Waizly Darwin akan menulis case C. Tentang apa?
Tentang situasi MarkPlus Inc saat ini dan transformasi berikutnya. Saat ini kami berada di Jakarta, Surabaya, serta Bandung dengan gedung sendiri yang lengkap dengan kelas dan FGD atau focus group discussion.
Selain itu, kami punya kantor cabang di Semarang, Medan, Makassar, Denpasar, dan Palembang. Di Singapura kami punya kantor penghubung. Di Bangkok dan Ho Chi Minh City kami punya kantor perwakilan. Sementara itu, di Kuala Lumpur kami juga punya kantor yang lengkap dengan kelas dan FGD.
Ada tiga divisi, yaitu MarkPlus Consulting untuk jasa konsultasi, MarkPlus Insight untuk riset, dan MarkPlus Institute of Marketing (MIM) untuk pelatihan. Selain itu, ada marketeers yang merupakan platform dari komunitas marketer secara online dan offline.
Marketeers merupakan integrasi dari klub (the club), majalah (the mag), dan internet (the net). Anda juga bisa bergabung ke www.the-marketeers.com. Itulah transformasi pelayanan yang kini dilakukan oleh MarkPlus Inc dari sebuah organisasi legacy menjadi new wave.
Sedangkan organisasi MarkPlus Inc dari waktu ke waktu akan ditransformasikan menuju semakin youth, women, dan netizen. Akan diberikan lebih banyak kesempatan kepada MarkPlusers muda untuk berkreasi.
Saat ini MarkPlus Inc sudah mempunyai lebih banyak kepala cabang perempuan ketimbang pria. Nanti diberikan lebih banyak lagi kesempatan kepada perempuan untuk memimpin.
Selain itu, keseimbangan antara online and offline process harus terus dikonkretkan supaya makin banyak MarkPluser yang punya gaya hidup dan kerja netizen. Sementara itu, MarkPlusers senior, men, dan citizen terus didorong untuk menyesuaikan diri.
Transformasi ketiga adalah pelembagaan MarkPlus yang makin solid. Supaya bisa berkelanjutan, MarkPlus Inc tidak boleh bergantung kepada siapa pun, termasuk saya.
MarkPlus Inc bukan Hermawan Kartajaya atau HK Fan Club. MarkPlus Inc harus jadi sebuah kapal, KRI MarkPlus, yang mampu berlayar menembus badai. Siapa pun dalam kapal harus berkontribusi untuk ikut memperkukuh kapal tersebut. Kapal harus terus berlayar dengan kencang walaupun beberapa anak buahnya, bahkan nakhodanya, berganti.
Karena itu, saat ini Michael Hermawan menyiapkan semua sistem sumber daya manusia dan pemberdayaan alumni. Grow with character berdasar excellent-professionalism-ethical kini disusun menjadi suatu konsep praktis yang solid buat setiap MarkPluser.
Sedangkan Alex Mulya menyiapkan grow with character menjadi suatu paket pelatihan yang siap ditawarkan untuk membantu perusahaan lain! Ringkasannya ditambahkan pada buku kumpulan tulisan tersebut.
Saya mengikuti jejak Jack Welch ketika memimpin GE. Jangan malu untuk belajar dari orang lain dan jangan pelit untuk membagi kepada orang lain. Bukankah hidup ini baru bermakna apabila saling berbagi?
Akhir kata, saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Azrul Ananda dan Leak Kustiya dari Jawa Pos yang telah memberikan kolom Grow with Character selama seratus hari berturut-turut.
Juga kepada Priyo Oetomo dan Dwi Helly Purnomo dari Gramedia Pustaka Utama yang setuju untuk menerbitkan tulisan saya menjadi sebuah buku dengan judul yang sama.
Last but not least, saya berikan penghargaan setinggi-tingginya kepada para pembaca setia kolom ini. Besok kolom ini tidak muncul lagi, tapi semoga Anda sudah banyak terinspirasi olehnya. Kirimkan komentar Anda ke www.the-marketeers.com, pasti kami jawab.
Terakhir dari yang paling akhir...
Anda sudah nonton film yang sangat new wave dan membuat saya meneteskan air mata? Yaitu, My Name is Khan (and I am not a terrorist). Kalau belum, silakan cari DVD-nya dan tontonlah supaya Anda benar-benar bisa menangkap makna dari seratus tulisan kali ini.
Apa itu?
My name is Tan! (and I am proud to be Indonesian). Sampai jumpa di MarkPlus Festival pada 1 Mei 2010 di Hotel Shangri-La Surabaya! The marketing day of Surabaya! (*)
Grow with Character! (100/100) Series by Hermawan Kartajaya
My Name Is Tan! (and I am Proud to be Indonesian)
Surabaya, 1 Mei 2010.
Pada hari itu MarkPlus Inc tepat berusia 20 tahun. Selesailah sudah tugas saya untuk menulis seratus artikel di Jawa Pos yang dimuat setiap hari berturut-turut. Kumpulan tulisan tersebut diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama dari Kompas Gramedia sebagai suatu buku. Sesuatu yang unik dan barangkali belum pernah terjadi. Hal itu bisa terjadi karena kebesaran hati kedua belah pihak.
Dalam menuliskan cerita bagaimana saya mendirikan, mempertahankan, serta mengembangkan MarkPlus, saya menggunakan bahasa bercerita. Gaya bercerita orang Surabaya yang lugas dan apa adanya.
Sering saya harus mengingat-ingat apa yang terjadi sejak 20 tahun lalu sampai sekarang. Urutan cerita pun sering tidak benar-benar sesuai dengan waktunya. Kadang maju ke depan, kemudian mundur lagi.
Tapi, itulah saya. Jelek sekali dalam mengingat masa lalu! Saya lebih mudah berimajinasi tentang masa depan ketimbang mengenang masa lalu. Kalau Anda membaca kumpulan tulisan tersebut, sering terasa muatan emosional saya. Bahkan, sering kurang rasional.
Karena itu, sering mudah dibaca tulisan saya meledak-ledak. Tapi, di bagian lain, terasa sangat lemah dan memilukan. Terus terang, di beberapa tulisan, saya menulis sambil menangis.
Saya selalu menulis dengan hati!
Ada satu lagi rahasia kecil dari kumpulan tulisan itu. Saya menulis semuanya cukup dari BlackBerry Onyx saya! Terus terang, saya adalah orang yang agak gaptek. Karena itu, senang sekali ketika ada gadget yang bisa push e-mail dan dibawa ke mana-mana. Saya menulis dari mana saja. Bisa sambil menunggu pesawat di airport, tapi yang sering di atas pesawat.
Kalau tidak bisa tidur, persis seperti pada tulisan terakhir kali ini, saya menulis di Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Medan, Makassar, Bali, Singapura, Kuala Lumpur, Bangkok, London, Dublin, dan Belfast! Saya bisa mengirimkan tulisan-tulisan itu dari mana saja dan kapan saja. Tanpa disadari, saya kayaknya memang lebih mudah berpikir tentang masa depan seperti the youth walaupun sudah senior.
Saya lebih sering terbawa emosi seperti the women ketimbang men yang cenderung rasional. Juga, berusaha keras untuk memanfaatkan wireless online seperti the netizen ketimbang seorang citizen yang sangat primitif.
Seperti sudah saya tulis, youth, women, dan netizen adalah new wave subcultures. Sedangkan senior, men, dan citizen adalah legacy subcultures. Walaupun sudah berusia 62 tahun menjelang 63 tahun, pria, dan sering bangga sebagai arek Suroboyo, saya berusaha untuk bisa berpikir seperti pemuda 26 tahun, berperilaku seperti metroseksual, dan berkomunikasi sambung rasa lewat gadget.
Andrie Djarot, Abang Jakarta 2005 yang juga host Apa Kabar Indonesia Pagi di TVOne, membuat avatar saya seperti itu! Anda bisa melihatnya di sampul buku kumpulan tulisan tersebut. Terima kasih, Andrie, Anda melihat saya seperti itu!
Nah, bagaimana MarkPlus Inc setelah 20 tahun? What next? Kebetulan, cerita MarkPlus ini sudah ditulis sebagai Business Case oleh Prof Hooi Den Huan untuk Nanyang Business School Case Center. Case A menceritakan bagaimana MarkPlus menjadi pionir dan berkembang di Indonesia. Sedangkan case B bercerita tentang pengembangan MarkPlus berikutnya ke ASEAN.
Dua case itu selalu didiskusikan di kelas-kelas MBA, EMBA, Executive Education Program NBS, baik di Singapura maupun Tiongkok. Bisa masuk kelas marketing, juga kelas entrepreneurship.
Kebetulan, Den Huan berkali-kali dipilih sebagai the best professor oleh mahasiswa NBS. Sekarang dia malah jadi direktur NTC atau Nanyang Technopreneurship Center.
Nah, untuk menyongsong HUT ke-20 MarkPlus Inc, Den Huan dibantu Waizly Darwin akan menulis case C. Tentang apa?
Tentang situasi MarkPlus Inc saat ini dan transformasi berikutnya. Saat ini kami berada di Jakarta, Surabaya, serta Bandung dengan gedung sendiri yang lengkap dengan kelas dan FGD atau focus group discussion.
Selain itu, kami punya kantor cabang di Semarang, Medan, Makassar, Denpasar, dan Palembang. Di Singapura kami punya kantor penghubung. Di Bangkok dan Ho Chi Minh City kami punya kantor perwakilan. Sementara itu, di Kuala Lumpur kami juga punya kantor yang lengkap dengan kelas dan FGD.
Ada tiga divisi, yaitu MarkPlus Consulting untuk jasa konsultasi, MarkPlus Insight untuk riset, dan MarkPlus Institute of Marketing (MIM) untuk pelatihan. Selain itu, ada marketeers yang merupakan platform dari komunitas marketer secara online dan offline.
Marketeers merupakan integrasi dari klub (the club), majalah (the mag), dan internet (the net). Anda juga bisa bergabung ke www.the-marketeers.com. Itulah transformasi pelayanan yang kini dilakukan oleh MarkPlus Inc dari sebuah organisasi legacy menjadi new wave.
Sedangkan organisasi MarkPlus Inc dari waktu ke waktu akan ditransformasikan menuju semakin youth, women, dan netizen. Akan diberikan lebih banyak kesempatan kepada MarkPlusers muda untuk berkreasi.
Saat ini MarkPlus Inc sudah mempunyai lebih banyak kepala cabang perempuan ketimbang pria. Nanti diberikan lebih banyak lagi kesempatan kepada perempuan untuk memimpin.
Selain itu, keseimbangan antara online and offline process harus terus dikonkretkan supaya makin banyak MarkPluser yang punya gaya hidup dan kerja netizen. Sementara itu, MarkPlusers senior, men, dan citizen terus didorong untuk menyesuaikan diri.
Transformasi ketiga adalah pelembagaan MarkPlus yang makin solid. Supaya bisa berkelanjutan, MarkPlus Inc tidak boleh bergantung kepada siapa pun, termasuk saya.
MarkPlus Inc bukan Hermawan Kartajaya atau HK Fan Club. MarkPlus Inc harus jadi sebuah kapal, KRI MarkPlus, yang mampu berlayar menembus badai. Siapa pun dalam kapal harus berkontribusi untuk ikut memperkukuh kapal tersebut. Kapal harus terus berlayar dengan kencang walaupun beberapa anak buahnya, bahkan nakhodanya, berganti.
Karena itu, saat ini Michael Hermawan menyiapkan semua sistem sumber daya manusia dan pemberdayaan alumni. Grow with character berdasar excellent-professionalism-ethical kini disusun menjadi suatu konsep praktis yang solid buat setiap MarkPluser.
Sedangkan Alex Mulya menyiapkan grow with character menjadi suatu paket pelatihan yang siap ditawarkan untuk membantu perusahaan lain! Ringkasannya ditambahkan pada buku kumpulan tulisan tersebut.
Saya mengikuti jejak Jack Welch ketika memimpin GE. Jangan malu untuk belajar dari orang lain dan jangan pelit untuk membagi kepada orang lain. Bukankah hidup ini baru bermakna apabila saling berbagi?
Akhir kata, saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada Azrul Ananda dan Leak Kustiya dari Jawa Pos yang telah memberikan kolom Grow with Character selama seratus hari berturut-turut.
Juga kepada Priyo Oetomo dan Dwi Helly Purnomo dari Gramedia Pustaka Utama yang setuju untuk menerbitkan tulisan saya menjadi sebuah buku dengan judul yang sama.
Last but not least, saya berikan penghargaan setinggi-tingginya kepada para pembaca setia kolom ini. Besok kolom ini tidak muncul lagi, tapi semoga Anda sudah banyak terinspirasi olehnya. Kirimkan komentar Anda ke www.the-marketeers.com, pasti kami jawab.
Terakhir dari yang paling akhir...
Anda sudah nonton film yang sangat new wave dan membuat saya meneteskan air mata? Yaitu, My Name is Khan (and I am not a terrorist). Kalau belum, silakan cari DVD-nya dan tontonlah supaya Anda benar-benar bisa menangkap makna dari seratus tulisan kali ini.
Apa itu?
My name is Tan! (and I am proud to be Indonesian). Sampai jumpa di MarkPlus Festival pada 1 Mei 2010 di Hotel Shangri-La Surabaya! The marketing day of Surabaya! (*)
Rabu, 28 April 2010
Grow with Character! (99/100) Series by Hermawan Kartajaya
Grow with Character! (99/100) Series by Hermawan Kartajaya
Grow with (Excellence, Professionalism, and) Character!
ADA sebuah buku yang menginspirasi saya. Judulnya? Every Business is a Growth Business! Di dalam buku itu dikemukakan hasil riset si pengarang. Basically, temuannya hanya dua.
Pertama, bisnis yang tidak tumbuh akan mati! Kenapa? Sebab, pesaingnya tumbuh dan akan mempunyai better bargaining position. Pelanggan juga nggak suka pada perusahaan yang stagnan. Tidak berkembang dan tidak punya inovasi. Mereka pasti pindah ke pesaing yang lebih kreatif.
Alasan berikutnya, ada tekanan dari dalam. Karyawan merasa tidak punya masa depan. Yang bagus akan keluar, sedangkan yang "kartu mati" atau deadwood tinggal. Karena itu, kalau mau sustainable, sebuah perusahaan harus grow.
Kedua, pertumbuhan itu harus disertai kualitas. Jangan hanya mengejar top line atau market share. Bottom line atau profit bersifat penting supaya pertumbuhan jadi sehat. Karena itu, mesti ada profitable growth. Pertumbuhan ditopang dengan kekuatan untuk tumbuh terus!
Nah, di MarkPlus kami percaya akan kata grow. MarkPlus harus grow, tapi semua MarkPluser harus grow juga. Tanpa itu semua, MarkPlus tidak bisa bertahan dua puluh tahun! Buat kami, grow dengan kualitas hanya bisa terjadi kalau excellent jadi pegangan semua orang. Kalau grow with excellence, kita bisa mencapai excellent growth.
Michael Hermawan adalah role model di MarkPlus untuk itu. Mulai high school di Upland, California, lulus dengan indeks prestasi 4,0, dan mendapatkan seritifikat penghargaan dari presiden US ketika itu. Dia melanjutkan di UT Austin dan menyelesaikan pendidikan dalam waktu tujuh semester dengan GPA 3,97.
Dia bekerja di Andersen Consulting sebelum melanjutkan ke Kellog School of Management di Northwestern University, Chicago. Sesudah menamatkan program MBA prestisius dalam waktu setahun, dia bekerja di AT Kearney selama tiga tahun, baru kemudian balik ke MarkPlus.
Sekarang dia adalah COO atau chief operating officer di MarkPlus. Dialah yang menuliskan empat elemen excellence setelah mempelajari berbagai literatur.
Pertama adalah commitment atau purpose. It is not about winning itself, but about paradigm to win! We must consciously choose excellence. Itu benar! Banyak orang yang terima hidup tenang dan cukup jadi medioker saja.
Nah, orang seperti itu tidak punya purpose untuk menang. Ya nggak pernah menang dan mana bisa menang? Karena itu, supaya bisa excellent, harus ada redefinisi paradigma dulu. Kedua adalah opening your gift atau ability. Every person in the world has the ability to be excellent in at least one area. See your inner potential.
Elemen kedua itu perlu. Sebab, tidak ada gunanya Anda punya paradigma untuk menang, tapi tidak punya ability. Diingatkan, tiap-tiap orang sebenarnya diberi Tuhan kemampuan paling tidak di satu area. Carilah dan kembangkan! Karena lanskap berubah terus, ability pun harus dikembangkan terus. Kalau tidak, ya semakin tidak kompetitif dan akhirnya mana bisa excellent. Jadi, excellent bersifat dinamis.
Ketiga, being the best you can be atau motivation. It is not about talent. It is about getting the best shape possible given our God given potential. Artinya? Excellent sebenarnya bukan cuma talenta. Tuhan pasti sudah memberikan sesuatu untuk Anda. Maksimalkan yang ada itu supaya tercapai hasil yang optimal.
Keempat, continuous improvement. We must set the bar and continually raise it from time to time. Orang Jepang menyebutnya kaizen. Besok harus lebih bagus daripada hari ini. Jangan berpuas diri. Nah, excellent seperti itulah yang kami inginkan ada di MarkPluser. Kami tidak mungkin merekrut superstar semua. Tapi, orang biasa yang mau seperti itu akan membentuk suatu excellent organization!
Nah, grow with excellence itulah yang harus disambungkan dengan empat passion yang sudah dijelaskan kemarin (27/4). Tanpa passion yang kuat terhadap empat hal, yaitu knowledge, business, service, dan people, sama saja tidak ada profesionalisme dalam mencapai excellent growth tersebut.
Akhirnya, saya mengakhiri grow with excellence with professionalism tersebut dengan menggabungkannya dengan enam pilar karakter Josephson Institute of Ethics. Apa itu? Luar biasa! Saya menemukan enam pilar dari good character tersebut dan langsung jatuh cinta! Pertama, trustworthiness. Sebisanya, pilar itu dipupuk sejak anak berusia 4 sampai 6 tahun supaya tidak bohong dan berdusta. Berani membela kebenaran. Itulah karakter paling dasar.
Kedua adalah responsibility, yang sebaiknya diajarkan sejak umur 6 sampai 9 tahun. Di pilar tersebut ditanamkan sikap disiplin dan bertanggung jawab terhadap pilihan yang diambil untuk berpikir sebelum bertindak dan mempertimbangkan konsekuensi.
Ketiga adalah respect. Yakni, dibiasakan memperlakukan orang lain dengan hormat. Mengikuti the golden rule: "Perlakukanlah orang lain sebagaimana engkau ingin diperlakukan." Berlaku sopan dan jangan melukai orang lain. Sifat itu perlu ditanamkan sejak umur 9 sampai 11 tahun.
Keempat adalah fairness. Anak-anak umur 11 sampai 13 tahun perlu mulai menjiwai pillar itu agar belajar mengikuti aturan yang berlaku. Tidak berprasangka dan tidak sembarangan menyalahkan orang lain, juga berbagi dengan sesama.
Kelima adalah caring yang harus diterapkan sejak masa remaja. Inti pilar itu adalah bertindak dengan ramah dan peduli kepada orang lain. Memaafkan orang lain dan membantu mereka yang kesulitan.
Pilar keenam dan terakhir adalah citizenship yang dibangun sejak meninggalkan masa remaja dan mulai menjadi dewasa. Pilar itu berbicara mengenai berperan aktif dalam mengembangkan komunitas sekitar. Juga, bekerja sama dan bertetangga dengan baik, mematuhi hukum dan aturan, serta menghargai otoritas.
Nah, saya pengin supaya MarkPlus bisa mengadopsi enam pilar yang diakui secara internasional itu. Di US, bahkan polisi diajari enam karakter tersebut. Saya melihat, good character itu pasti didukung semua kitab suci agama apa pun. Saat ini dan seterusnya, karakter lebih penting daripada apa pun.
Kenapa Avatar laris manis? Saya membahasnya setelah nonton bareng Philip Kotler beserta keluarga, termasuk cucunya, pada 1 Januari 2010 di Long Boat Key, Florida. Itulah cara saya merayakan tahun baru yang unik. Hasil diskusi saya dengan Kotler balik kepada karakter tersebut. Penduduk Pandora yang kelihatan primitif padahal sangat high tech tersebut punya karakter terpuji.
Sedangkan orang bumi yang pengin ambil mineral di Pandora tapi akhirnya kalah dan balik ke bumi tidak punya karakter yang bagus. Sebuah film yang pas dengan spirit Marketing 3.0, di mana karakter adalah segalanya dalam bisnis.
Di MarkPlus, model untuk karakter adalah Jacky Mussry PhD. Arek Suroboyo tersebut anak orang terkenal zaman dulu, yaitu Charles Mussry, yang rumahnya sekarang jadi Plaza Surabaya di Jalan Pemuda. Pernah sekolah D-3 teknik sipil di ITS, kemudian S-1, S-2, dan S3-nya di Universitas Indonesia.
Bersama MarkPlus sejak 1997, dia memang benar-benar simbol karakter kami. Tidak pernah mau beli DVD bajakan, selalu bayar tilang di pengadilan, dan pakai software asli. Dulu dia adalah juara disc jockey se-Indonesia, mangkal di Elmi Surabaya. Sekarang dia adalah CKO atau chief knowledge officer di MarkPlus, merangkap dean of MarkPlus Institute of Marketing.
Tugasnya adalah mengoordinasikan pengembangan knowledge di MarkPlus di antara tiga divisi, yaitu consulting, research, dan education.
We are always proud of him! Jadi? Lengkaplah sudah!
Menjelang HUT ke-20 MarkPlus di acara MarkPlus Annual Gathering pada 12 Desember lalu, semua MarkPluser diminta menandatangani komitmen baru. Kami menyebutnya sebagai excellence-profesionalism-ethics atau EPE.
We must grow, but grow with excellence. Not only with excellence, but also with character. Jadi, lengkapnya grow with excellence with professionalism with character. Ringkasnya? Grow with character! (*)
Grow with (Excellence, Professionalism, and) Character!
ADA sebuah buku yang menginspirasi saya. Judulnya? Every Business is a Growth Business! Di dalam buku itu dikemukakan hasil riset si pengarang. Basically, temuannya hanya dua.
Pertama, bisnis yang tidak tumbuh akan mati! Kenapa? Sebab, pesaingnya tumbuh dan akan mempunyai better bargaining position. Pelanggan juga nggak suka pada perusahaan yang stagnan. Tidak berkembang dan tidak punya inovasi. Mereka pasti pindah ke pesaing yang lebih kreatif.
Alasan berikutnya, ada tekanan dari dalam. Karyawan merasa tidak punya masa depan. Yang bagus akan keluar, sedangkan yang "kartu mati" atau deadwood tinggal. Karena itu, kalau mau sustainable, sebuah perusahaan harus grow.
Kedua, pertumbuhan itu harus disertai kualitas. Jangan hanya mengejar top line atau market share. Bottom line atau profit bersifat penting supaya pertumbuhan jadi sehat. Karena itu, mesti ada profitable growth. Pertumbuhan ditopang dengan kekuatan untuk tumbuh terus!
Nah, di MarkPlus kami percaya akan kata grow. MarkPlus harus grow, tapi semua MarkPluser harus grow juga. Tanpa itu semua, MarkPlus tidak bisa bertahan dua puluh tahun! Buat kami, grow dengan kualitas hanya bisa terjadi kalau excellent jadi pegangan semua orang. Kalau grow with excellence, kita bisa mencapai excellent growth.
Michael Hermawan adalah role model di MarkPlus untuk itu. Mulai high school di Upland, California, lulus dengan indeks prestasi 4,0, dan mendapatkan seritifikat penghargaan dari presiden US ketika itu. Dia melanjutkan di UT Austin dan menyelesaikan pendidikan dalam waktu tujuh semester dengan GPA 3,97.
Dia bekerja di Andersen Consulting sebelum melanjutkan ke Kellog School of Management di Northwestern University, Chicago. Sesudah menamatkan program MBA prestisius dalam waktu setahun, dia bekerja di AT Kearney selama tiga tahun, baru kemudian balik ke MarkPlus.
Sekarang dia adalah COO atau chief operating officer di MarkPlus. Dialah yang menuliskan empat elemen excellence setelah mempelajari berbagai literatur.
Pertama adalah commitment atau purpose. It is not about winning itself, but about paradigm to win! We must consciously choose excellence. Itu benar! Banyak orang yang terima hidup tenang dan cukup jadi medioker saja.
Nah, orang seperti itu tidak punya purpose untuk menang. Ya nggak pernah menang dan mana bisa menang? Karena itu, supaya bisa excellent, harus ada redefinisi paradigma dulu. Kedua adalah opening your gift atau ability. Every person in the world has the ability to be excellent in at least one area. See your inner potential.
Elemen kedua itu perlu. Sebab, tidak ada gunanya Anda punya paradigma untuk menang, tapi tidak punya ability. Diingatkan, tiap-tiap orang sebenarnya diberi Tuhan kemampuan paling tidak di satu area. Carilah dan kembangkan! Karena lanskap berubah terus, ability pun harus dikembangkan terus. Kalau tidak, ya semakin tidak kompetitif dan akhirnya mana bisa excellent. Jadi, excellent bersifat dinamis.
Ketiga, being the best you can be atau motivation. It is not about talent. It is about getting the best shape possible given our God given potential. Artinya? Excellent sebenarnya bukan cuma talenta. Tuhan pasti sudah memberikan sesuatu untuk Anda. Maksimalkan yang ada itu supaya tercapai hasil yang optimal.
Keempat, continuous improvement. We must set the bar and continually raise it from time to time. Orang Jepang menyebutnya kaizen. Besok harus lebih bagus daripada hari ini. Jangan berpuas diri. Nah, excellent seperti itulah yang kami inginkan ada di MarkPluser. Kami tidak mungkin merekrut superstar semua. Tapi, orang biasa yang mau seperti itu akan membentuk suatu excellent organization!
Nah, grow with excellence itulah yang harus disambungkan dengan empat passion yang sudah dijelaskan kemarin (27/4). Tanpa passion yang kuat terhadap empat hal, yaitu knowledge, business, service, dan people, sama saja tidak ada profesionalisme dalam mencapai excellent growth tersebut.
Akhirnya, saya mengakhiri grow with excellence with professionalism tersebut dengan menggabungkannya dengan enam pilar karakter Josephson Institute of Ethics. Apa itu? Luar biasa! Saya menemukan enam pilar dari good character tersebut dan langsung jatuh cinta! Pertama, trustworthiness. Sebisanya, pilar itu dipupuk sejak anak berusia 4 sampai 6 tahun supaya tidak bohong dan berdusta. Berani membela kebenaran. Itulah karakter paling dasar.
Kedua adalah responsibility, yang sebaiknya diajarkan sejak umur 6 sampai 9 tahun. Di pilar tersebut ditanamkan sikap disiplin dan bertanggung jawab terhadap pilihan yang diambil untuk berpikir sebelum bertindak dan mempertimbangkan konsekuensi.
Ketiga adalah respect. Yakni, dibiasakan memperlakukan orang lain dengan hormat. Mengikuti the golden rule: "Perlakukanlah orang lain sebagaimana engkau ingin diperlakukan." Berlaku sopan dan jangan melukai orang lain. Sifat itu perlu ditanamkan sejak umur 9 sampai 11 tahun.
Keempat adalah fairness. Anak-anak umur 11 sampai 13 tahun perlu mulai menjiwai pillar itu agar belajar mengikuti aturan yang berlaku. Tidak berprasangka dan tidak sembarangan menyalahkan orang lain, juga berbagi dengan sesama.
Kelima adalah caring yang harus diterapkan sejak masa remaja. Inti pilar itu adalah bertindak dengan ramah dan peduli kepada orang lain. Memaafkan orang lain dan membantu mereka yang kesulitan.
Pilar keenam dan terakhir adalah citizenship yang dibangun sejak meninggalkan masa remaja dan mulai menjadi dewasa. Pilar itu berbicara mengenai berperan aktif dalam mengembangkan komunitas sekitar. Juga, bekerja sama dan bertetangga dengan baik, mematuhi hukum dan aturan, serta menghargai otoritas.
Nah, saya pengin supaya MarkPlus bisa mengadopsi enam pilar yang diakui secara internasional itu. Di US, bahkan polisi diajari enam karakter tersebut. Saya melihat, good character itu pasti didukung semua kitab suci agama apa pun. Saat ini dan seterusnya, karakter lebih penting daripada apa pun.
Kenapa Avatar laris manis? Saya membahasnya setelah nonton bareng Philip Kotler beserta keluarga, termasuk cucunya, pada 1 Januari 2010 di Long Boat Key, Florida. Itulah cara saya merayakan tahun baru yang unik. Hasil diskusi saya dengan Kotler balik kepada karakter tersebut. Penduduk Pandora yang kelihatan primitif padahal sangat high tech tersebut punya karakter terpuji.
Sedangkan orang bumi yang pengin ambil mineral di Pandora tapi akhirnya kalah dan balik ke bumi tidak punya karakter yang bagus. Sebuah film yang pas dengan spirit Marketing 3.0, di mana karakter adalah segalanya dalam bisnis.
Di MarkPlus, model untuk karakter adalah Jacky Mussry PhD. Arek Suroboyo tersebut anak orang terkenal zaman dulu, yaitu Charles Mussry, yang rumahnya sekarang jadi Plaza Surabaya di Jalan Pemuda. Pernah sekolah D-3 teknik sipil di ITS, kemudian S-1, S-2, dan S3-nya di Universitas Indonesia.
Bersama MarkPlus sejak 1997, dia memang benar-benar simbol karakter kami. Tidak pernah mau beli DVD bajakan, selalu bayar tilang di pengadilan, dan pakai software asli. Dulu dia adalah juara disc jockey se-Indonesia, mangkal di Elmi Surabaya. Sekarang dia adalah CKO atau chief knowledge officer di MarkPlus, merangkap dean of MarkPlus Institute of Marketing.
Tugasnya adalah mengoordinasikan pengembangan knowledge di MarkPlus di antara tiga divisi, yaitu consulting, research, dan education.
We are always proud of him! Jadi? Lengkaplah sudah!
Menjelang HUT ke-20 MarkPlus di acara MarkPlus Annual Gathering pada 12 Desember lalu, semua MarkPluser diminta menandatangani komitmen baru. Kami menyebutnya sebagai excellence-profesionalism-ethics atau EPE.
We must grow, but grow with excellence. Not only with excellence, but also with character. Jadi, lengkapnya grow with excellence with professionalism with character. Ringkasnya? Grow with character! (*)
Grow with Character! (98/100) Series by Hermawan Kartajaya
MarkPlus Mix: Passion for Knowledge, Business, Service, and People
Grow with Character! (98/100) Series by Hermawan Kartajaya
MarkPlus Mix: Passion for Knowledge, Business, Service, and People
KALAU Marketing Mix punya 4P, MarkPlus juga punya 4P. Tapi, isinya berbeda. Bukan product, price, place, dan promotion, tapi empat passion yang harus dipunyai oleh para MarkPlus-ers! Saya tulis sejak lima tahun lalu untuk memberikan guidance bagi setiap insan MarkPlus.
Passion pertama adalah passion for knowledge. Saya tulis ini sebagai yang pertama karena itulah "nyawa" MarkPlus. Mempunyai passion for knowledge artinya, semua orang harus mau mengembangkan diri terus-menerus.
Landscape yang berubah mengharuskan kita mengembangkan diri pula. Tanpa ini, MarkPlus hanya akan menjadi sebuah perusahaan yang "statis". Ini juga sejalan dengan apa yang saya lakukan selama ini. Pengembangan konsep marketing dari waktu ke waktu. Bahkan, bukan "reaktif", tapi "proaktif". Begitu melihat weak signal, kita selalu berani "ambil posisi".
MarkPlus selalu berusaha jadi trend-setter, bukan hanya bisa jadi follow the leader. Mengapa? Ya, karena sejak awal, MarkPlus sudah jadi pionir. Sementara belum ada yang percaya bahwa marketing diperlukan, MarkPlus sudah mulai. Bahkan, langsung meredefinisi pengertian marketing itu sendiri. Dari "fungsi" jadi "jiwa" perusahaan. MarkPlus selalu ahead of time.
Pada 1990-an, MarkPlus sudah membuat "Marketing Plus 2000". Sekarang di awal dekade ketiga milenium ketiga, MarkPlus sudah mengeluarkan New Wave Marketing yang akan benar-benar jadi marketing "baru" pada 2020!
Untuk mengonkretkan passion pertama ini, di kantor Jakarta, MarkPlus punya Philip Kotler Library dengan 3.000 plus buku marketing yang terus updated. Ditanggung merupakan perpustakaan marketing paling lengkap di Indonesia, jangan-jangan di ASEAN. Saya berani mengatakan ini karena saya tahu perpustakaan yang dipunyai Marketing Institute of Singapore dan berbagai kampus di sana.
MarkPlus juga tidak segan-segan memberikan scholarship pada yang "bisa" dan "dedikatif". Kita kirim orang ke Nanyang, MIT, sampai Kellogg sekalipun untuk mendapatkan master. Para researcher juga sudah beberapa kali mengikuti konferensi internasional di berbagai negara. Tapi, pembelajaran terbesar di MarkPlus adalah di "internal" kita sendiri.
Kita memang belajar dari jurnal, buku, majalah, konferensi, sekolah bisnis, tapi di MarkPlus semuanya diolah menjadi "Model" sendiri. Itulah yang membuat MarkPlus jadi unik dan otentik. Punya DNA tersendiri! We don't only read and teach other people's concept, but we also write and practice our own model!
I am a teacher but I am also a thinker! Saya paling gak suka disebut "motivator", karena saya adalah a composer who can sings!
Yang kedua adalah passion for business. Antara yang pertama dan kedua ini ada kaitan sangat erat. Saya merasa "MarkPlus is a Business Knowledge but also a Knowledge Business". Artinya?
Kita membuat model-model marketing yang sangat berguna untuk bisnis. Pada saat yang sama, kita juga bisnis yang bergerak di bidang knowledge, khususnya marketing. Jadi, ini untuk mempertegas bahwa MarkPlus dasarnya adalah perusahaan, bukan LSM. Semuanya harus ada perhitungan bisnisnya. Bahwa akhirnya, bisnis itu "berbaur" dengan LSM, itu sih urusan lain.
Karena itu pula, kita menganjurkan semua orang di MarkPlus supaya punya jiwa entrepreneur. Dengan ini, kita juga sekaligus menegaskan bahwa kita harus mengelola MarkPlus sebagai suatu perusahaan. Punya pesaing, punya pelanggan, juga menghadapi persaingan yang cukup ketat. Dari "atas" yang berupa MNC dan dari "bawah yang orang-orang lokal dan suka membanting harga! Sekaligus dengan passion kedua ini, MarkPlus akan fokus di bidang marketing knowledge business itu sendiri.
Passion for business saya tulis sebagai passion kedua setelah passion for knowledge karena knowledge comes first! Saya percaya, kalau kita "eat, sleep, and dream" with the "business knowledge" so the "knowledge business" akan berjalan dengan sukses. Jangan dibalik!
Ketiga adalah passion for service. Mengapa? Ya, karena MarkPlus adalah a service knowledge business. Kita tidak berada pada industri manufacturing. Karena itu, setiap orang MarkPlus harus bisa "melayani" pelanggan.
Servis di MarkPlus bukanlah after sales service, tapi harus benar-benar menjadi service with care. MarkPlus harus menjadi "garda terdepan" untuk urusan servis. Karena itulah, kita juga sudah punya dan siap mengembangkan Christopher Lovelock Center for Asian Service.
Kita juga bekerja erat dengan Prof Jochen Wirtz di NUS dan Ron Kaufman dari Up Your Service. Kita sedang mengembangkan model care yang sangat berbeda dengan service. Di MarkPlus, siapa pun orangnya, harus mau dan "berani" memberikan servis. Bukan melayani raja, tapi memberikan servis penuh kepedulian layaknya kepada seorang teman yang kita sayangi.
P keempat adalah passion for people. Kita ajari orang-orang MarkPlus untuk tidak look down ke bawah, tapi tidak "minder" ke atas. Selain itu, semuanya diharapkan supaya bisa "inklusif " ke kiri dan ke kanan.
Tidak ada gunanya memperhitungkan bangsa, suku, dan agama yang "vertikal". Semuanya dididik jadi horizontal citizen of the world. Antara passion ketiga dan keempat ini ada hubungan yang sangat erat juga. MarkPlus is a People-oriented Service and A Service-based People Organisation!
Kita adalah perusahaan jasa berbasis orang, bukan teknologi. Tapi, kita juga suatu organisasi yang terdiri atas manusia-manusia berbasis servis.
Nah, kalau keempat passion ini diintegrasikan jadi satu, itulah MarkPlus! Saya menjadi personal model untuk empat P itu di MarkPlus. Walaupun selalu "gagal sekolah", saya terus-menerus memburu dan mengembangkan pengetahuan.
Walaupun saya lahir di kampung sebagai anak pegawai negeri dan tidak punya keluarga wirausaha, saya terus mengembangkan bisnis sendiri. Walaupun sudah kelamaan jadi guru SMP dan SMA dan sampai sekarang pun punya jiwa "menggurui", saya berusaha keras untuk melayani orang sebisa-bisanya.
Walaupun A Senior Citizen Man dari sononya, saya berusaha keras untuk selalu berjiwa youth, sensitif seperti women dan tidak gaptek seperti netizen.
Taufik yang sudah bersama saya mulai 1995 menjadi model saya di MarkPlus. Dia juga berasal dari kampung Salatiga di Jawa Tengah yang dulu pernah sekolah di ITB selama setahun.
Tapi, kemudian dia lulus di FE UI Jurusan Akuntansi. Dia sekarang adalah lulusan Nanyang Fellows, suatu program master yang elite dari Nanyang Business School berkolaborasi dengan MIT.
Passion for Knowledge-nya sejak dari dulu luar biasa. Taufik adalah walking encyclopedia di MarkPlus, tempat orang lain bertanya. Sedangkan passion for business-nya berkembang pesat walaupun bukan dari keluarga pedagang.
Sekarang dia malah jadi chief business officer atau CBO di MarkPlus. Tugasnya mengembangkan bisnis MarkPlus secara keseluruhan. Passion for service-nya luar biasa. Dia selalu mengutamakan external customer ketimbang urusan internal.
Dia bisa dan mau dihubungi kapan saja. Dia selalu "rewel" pada hasil riset yang akan dipresentasikan kepada klien. Sedang passion for people-nya juga hebat. Taufik bisa berbicara dengan siapa saja. Seorang pemimpin yang dekat, tapi disegani anak buah. Taufik juga tidak pernah "minder" bertemu siapa pun. Mau menteri, CEO, atau siapa pun.
Di MarkPlus, Taufik adalah orang yang "paling" mirip dengan saya dalam hal 4P! Dan, 4P itulah yang membedakan MarkPlus dari organisasi lain yang sejenis. Karena 4P itulah, jiwa orang MarkPlus-er. Yang cocok akan stay terus di atas "kapal" MarkPlus. Yang nggak cocok, biasanya ya tidak akan lama bertahan.
Apa boleh buat, memang harus ada "pemurnian" dari waktu ke waktu. (*)
Grow with Character! (98/100) Series by Hermawan Kartajaya
MarkPlus Mix: Passion for Knowledge, Business, Service, and People
KALAU Marketing Mix punya 4P, MarkPlus juga punya 4P. Tapi, isinya berbeda. Bukan product, price, place, dan promotion, tapi empat passion yang harus dipunyai oleh para MarkPlus-ers! Saya tulis sejak lima tahun lalu untuk memberikan guidance bagi setiap insan MarkPlus.
Passion pertama adalah passion for knowledge. Saya tulis ini sebagai yang pertama karena itulah "nyawa" MarkPlus. Mempunyai passion for knowledge artinya, semua orang harus mau mengembangkan diri terus-menerus.
Landscape yang berubah mengharuskan kita mengembangkan diri pula. Tanpa ini, MarkPlus hanya akan menjadi sebuah perusahaan yang "statis". Ini juga sejalan dengan apa yang saya lakukan selama ini. Pengembangan konsep marketing dari waktu ke waktu. Bahkan, bukan "reaktif", tapi "proaktif". Begitu melihat weak signal, kita selalu berani "ambil posisi".
MarkPlus selalu berusaha jadi trend-setter, bukan hanya bisa jadi follow the leader. Mengapa? Ya, karena sejak awal, MarkPlus sudah jadi pionir. Sementara belum ada yang percaya bahwa marketing diperlukan, MarkPlus sudah mulai. Bahkan, langsung meredefinisi pengertian marketing itu sendiri. Dari "fungsi" jadi "jiwa" perusahaan. MarkPlus selalu ahead of time.
Pada 1990-an, MarkPlus sudah membuat "Marketing Plus 2000". Sekarang di awal dekade ketiga milenium ketiga, MarkPlus sudah mengeluarkan New Wave Marketing yang akan benar-benar jadi marketing "baru" pada 2020!
Untuk mengonkretkan passion pertama ini, di kantor Jakarta, MarkPlus punya Philip Kotler Library dengan 3.000 plus buku marketing yang terus updated. Ditanggung merupakan perpustakaan marketing paling lengkap di Indonesia, jangan-jangan di ASEAN. Saya berani mengatakan ini karena saya tahu perpustakaan yang dipunyai Marketing Institute of Singapore dan berbagai kampus di sana.
MarkPlus juga tidak segan-segan memberikan scholarship pada yang "bisa" dan "dedikatif". Kita kirim orang ke Nanyang, MIT, sampai Kellogg sekalipun untuk mendapatkan master. Para researcher juga sudah beberapa kali mengikuti konferensi internasional di berbagai negara. Tapi, pembelajaran terbesar di MarkPlus adalah di "internal" kita sendiri.
Kita memang belajar dari jurnal, buku, majalah, konferensi, sekolah bisnis, tapi di MarkPlus semuanya diolah menjadi "Model" sendiri. Itulah yang membuat MarkPlus jadi unik dan otentik. Punya DNA tersendiri! We don't only read and teach other people's concept, but we also write and practice our own model!
I am a teacher but I am also a thinker! Saya paling gak suka disebut "motivator", karena saya adalah a composer who can sings!
Yang kedua adalah passion for business. Antara yang pertama dan kedua ini ada kaitan sangat erat. Saya merasa "MarkPlus is a Business Knowledge but also a Knowledge Business". Artinya?
Kita membuat model-model marketing yang sangat berguna untuk bisnis. Pada saat yang sama, kita juga bisnis yang bergerak di bidang knowledge, khususnya marketing. Jadi, ini untuk mempertegas bahwa MarkPlus dasarnya adalah perusahaan, bukan LSM. Semuanya harus ada perhitungan bisnisnya. Bahwa akhirnya, bisnis itu "berbaur" dengan LSM, itu sih urusan lain.
Karena itu pula, kita menganjurkan semua orang di MarkPlus supaya punya jiwa entrepreneur. Dengan ini, kita juga sekaligus menegaskan bahwa kita harus mengelola MarkPlus sebagai suatu perusahaan. Punya pesaing, punya pelanggan, juga menghadapi persaingan yang cukup ketat. Dari "atas" yang berupa MNC dan dari "bawah yang orang-orang lokal dan suka membanting harga! Sekaligus dengan passion kedua ini, MarkPlus akan fokus di bidang marketing knowledge business itu sendiri.
Passion for business saya tulis sebagai passion kedua setelah passion for knowledge karena knowledge comes first! Saya percaya, kalau kita "eat, sleep, and dream" with the "business knowledge" so the "knowledge business" akan berjalan dengan sukses. Jangan dibalik!
Ketiga adalah passion for service. Mengapa? Ya, karena MarkPlus adalah a service knowledge business. Kita tidak berada pada industri manufacturing. Karena itu, setiap orang MarkPlus harus bisa "melayani" pelanggan.
Servis di MarkPlus bukanlah after sales service, tapi harus benar-benar menjadi service with care. MarkPlus harus menjadi "garda terdepan" untuk urusan servis. Karena itulah, kita juga sudah punya dan siap mengembangkan Christopher Lovelock Center for Asian Service.
Kita juga bekerja erat dengan Prof Jochen Wirtz di NUS dan Ron Kaufman dari Up Your Service. Kita sedang mengembangkan model care yang sangat berbeda dengan service. Di MarkPlus, siapa pun orangnya, harus mau dan "berani" memberikan servis. Bukan melayani raja, tapi memberikan servis penuh kepedulian layaknya kepada seorang teman yang kita sayangi.
P keempat adalah passion for people. Kita ajari orang-orang MarkPlus untuk tidak look down ke bawah, tapi tidak "minder" ke atas. Selain itu, semuanya diharapkan supaya bisa "inklusif " ke kiri dan ke kanan.
Tidak ada gunanya memperhitungkan bangsa, suku, dan agama yang "vertikal". Semuanya dididik jadi horizontal citizen of the world. Antara passion ketiga dan keempat ini ada hubungan yang sangat erat juga. MarkPlus is a People-oriented Service and A Service-based People Organisation!
Kita adalah perusahaan jasa berbasis orang, bukan teknologi. Tapi, kita juga suatu organisasi yang terdiri atas manusia-manusia berbasis servis.
Nah, kalau keempat passion ini diintegrasikan jadi satu, itulah MarkPlus! Saya menjadi personal model untuk empat P itu di MarkPlus. Walaupun selalu "gagal sekolah", saya terus-menerus memburu dan mengembangkan pengetahuan.
Walaupun saya lahir di kampung sebagai anak pegawai negeri dan tidak punya keluarga wirausaha, saya terus mengembangkan bisnis sendiri. Walaupun sudah kelamaan jadi guru SMP dan SMA dan sampai sekarang pun punya jiwa "menggurui", saya berusaha keras untuk melayani orang sebisa-bisanya.
Walaupun A Senior Citizen Man dari sononya, saya berusaha keras untuk selalu berjiwa youth, sensitif seperti women dan tidak gaptek seperti netizen.
Taufik yang sudah bersama saya mulai 1995 menjadi model saya di MarkPlus. Dia juga berasal dari kampung Salatiga di Jawa Tengah yang dulu pernah sekolah di ITB selama setahun.
Tapi, kemudian dia lulus di FE UI Jurusan Akuntansi. Dia sekarang adalah lulusan Nanyang Fellows, suatu program master yang elite dari Nanyang Business School berkolaborasi dengan MIT.
Passion for Knowledge-nya sejak dari dulu luar biasa. Taufik adalah walking encyclopedia di MarkPlus, tempat orang lain bertanya. Sedangkan passion for business-nya berkembang pesat walaupun bukan dari keluarga pedagang.
Sekarang dia malah jadi chief business officer atau CBO di MarkPlus. Tugasnya mengembangkan bisnis MarkPlus secara keseluruhan. Passion for service-nya luar biasa. Dia selalu mengutamakan external customer ketimbang urusan internal.
Dia bisa dan mau dihubungi kapan saja. Dia selalu "rewel" pada hasil riset yang akan dipresentasikan kepada klien. Sedang passion for people-nya juga hebat. Taufik bisa berbicara dengan siapa saja. Seorang pemimpin yang dekat, tapi disegani anak buah. Taufik juga tidak pernah "minder" bertemu siapa pun. Mau menteri, CEO, atau siapa pun.
Di MarkPlus, Taufik adalah orang yang "paling" mirip dengan saya dalam hal 4P! Dan, 4P itulah yang membedakan MarkPlus dari organisasi lain yang sejenis. Karena 4P itulah, jiwa orang MarkPlus-er. Yang cocok akan stay terus di atas "kapal" MarkPlus. Yang nggak cocok, biasanya ya tidak akan lama bertahan.
Apa boleh buat, memang harus ada "pemurnian" dari waktu ke waktu. (*)
Selasa, 27 April 2010
Grow with Character! (97/100) Series by Hermawan Kartajaya
[ Selasa, 27 April 2010 ]
Grow with Character! (97/100) Series by Hermawan Kartajaya
MarkPlus Mix: Passion for Knowledge, Business, Service, and People
KALAU Marketing Mix punya 4P, MarkPlus juga punya 4P. Tapi, isinya berbeda. Bukan product, price, place, dan promotion, tapi empat passion yang harus dipunyai oleh para MarkPlus-ers! Saya tulis sejak lima tahun lalu untuk memberikan guidance bagi setiap insan MarkPlus.
Passion pertama adalah passion for knowledge. Saya tulis ini sebagai yang pertama karena itulah "nyawa" MarkPlus. Mempunyai passion for knowledge artinya, semua orang harus mau mengembangkan diri terus-menerus.
Landscape yang berubah mengharuskan kita mengembangkan diri pula. Tanpa ini, MarkPlus hanya akan menjadi sebuah perusahaan yang "statis". Ini juga sejalan dengan apa yang saya lakukan selama ini. Pengembangan konsep marketing dari waktu ke waktu. Bahkan, bukan "reaktif", tapi "proaktif". Begitu melihat weak signal, kita selalu berani "ambil posisi".
MarkPlus selalu berusaha jadi trend-setter, bukan hanya bisa jadi follow the leader. Mengapa? Ya, karena sejak awal, MarkPlus sudah jadi pionir. Sementara belum ada yang percaya bahwa marketing diperlukan, MarkPlus sudah mulai. Bahkan, langsung meredefinisi pengertian marketing itu sendiri. Dari "fungsi" jadi "jiwa" perusahaan. MarkPlus selalu ahead of time.
Pada 1990-an, MarkPlus sudah membuat "Marketing Plus 2000". Sekarang di awal dekade ketiga milenium ketiga, MarkPlus sudah mengeluarkan New Wave Marketing yang akan benar-benar jadi marketing "baru" pada 2020!
Untuk mengonkretkan passion pertama ini, di kantor Jakarta, MarkPlus punya Philip Kotler Library dengan 3.000 plus buku marketing yang terus updated. Ditanggung merupakan perpustakaan marketing paling lengkap di Indonesia, jangan-jangan di ASEAN. Saya berani mengatakan ini karena saya tahu perpustakaan yang dipunyai Marketing Institute of Singapore dan berbagai kampus di sana.
MarkPlus juga tidak segan-segan memberikan scholarship pada yang "bisa" dan "dedikatif". Kita kirim orang ke Nanyang, MIT, sampai Kellogg sekalipun untuk mendapatkan master. Para researcher juga sudah beberapa kali mengikuti konferensi internasional di berbagai negara. Tapi, pembelajaran terbesar di MarkPlus adalah di "internal" kita sendiri.
Kita memang belajar dari jurnal, buku, majalah, konferensi, sekolah bisnis, tapi di MarkPlus semuanya diolah menjadi "Model" sendiri. Itulah yang membuat MarkPlus jadi unik dan otentik. Punya DNA tersendiri! We don't only read and teach other people's concept, but we also write and practice our own model!
I am a teacher but I am also a thinker! Saya paling gak suka disebut "motivator", karena saya adalah a composer who can sings!
Yang kedua adalah passion for business. Antara yang pertama dan kedua ini ada kaitan sangat erat. Saya merasa "MarkPlus is a Business Knowledge but also a Knowledge Business". Artinya?
Kita membuat model-model marketing yang sangat berguna untuk bisnis. Pada saat yang sama, kita juga bisnis yang bergerak di bidang knowledge, khususnya marketing. Jadi, ini untuk mempertegas bahwa MarkPlus dasarnya adalah perusahaan, bukan LSM. Semuanya harus ada perhitungan bisnisnya. Bahwa akhirnya, bisnis itu "berbaur" dengan LSM, itu sih urusan lain.
Karena itu pula, kita menganjurkan semua orang di MarkPlus supaya punya jiwa entrepreneur. Dengan ini, kita juga sekaligus menegaskan bahwa kita harus mengelola MarkPlus sebagai suatu perusahaan. Punya pesaing, punya pelanggan, juga menghadapi persaingan yang cukup ketat. Dari "atas" yang berupa MNC dan dari "bawah yang orang-orang lokal dan suka membanting harga! Sekaligus dengan passion kedua ini, MarkPlus akan fokus di bidang marketing knowledge business itu sendiri.
Passion for business saya tulis sebagai passion kedua setelah passion for knowledge karena knowledge comes first! Saya percaya, kalau kita "eat, sleep, and dream" with the "business knowledge" so the "knowledge business" akan berjalan dengan sukses. Jangan dibalik!
Ketiga adalah passion for service. Mengapa? Ya, karena MarkPlus adalah a service knowledge business. Kita tidak berada pada industri manufacturing. Karena itu, setiap orang MarkPlus harus bisa "melayani" pelanggan.
Servis di MarkPlus bukanlah after sales service, tapi harus benar-benar menjadi service with care. MarkPlus harus menjadi "garda terdepan" untuk urusan servis. Karena itulah, kita juga sudah punya dan siap mengembangkan Christopher Lovelock Center for Asian Service.
Kita juga bekerja erat dengan Prof Jochen Wirtz di NUS dan Ron Kaufman dari Up Your Service. Kita sedang mengembangkan model care yang sangat berbeda dengan service. Di MarkPlus, siapa pun orangnya, harus mau dan "berani" memberikan servis. Bukan melayani raja, tapi memberikan servis penuh kepedulian layaknya kepada seorang teman yang kita sayangi.
P keempat adalah passion for people. Kita ajari orang-orang MarkPlus untuk tidak look down ke bawah, tapi tidak "minder" ke atas. Selain itu, semuanya diharapkan supaya bisa "inklusif " ke kiri dan ke kanan.
Tidak ada gunanya memperhitungkan bangsa, suku, dan agama yang "vertikal". Semuanya dididik jadi horizontal citizen of the world. Antara passion ketiga dan keempat ini ada hubungan yang sangat erat juga. MarkPlus is a People-oriented Service and A Service-based People Organisation!
Kita adalah perusahaan jasa berbasis orang, bukan teknologi. Tapi, kita juga suatu organisasi yang terdiri atas manusia-manusia berbasis servis.
Nah, kalau keempat passion ini diintegrasikan jadi satu, itulah MarkPlus! Saya menjadi personal model untuk empat P itu di MarkPlus. Walaupun selalu "gagal sekolah", saya terus-menerus memburu dan mengembangkan pengetahuan.
Walaupun saya lahir di kampung sebagai anak pegawai negeri dan tidak punya keluarga wirausaha, saya terus mengembangkan bisnis sendiri. Walaupun sudah kelamaan jadi guru SMP dan SMA dan sampai sekarang pun punya jiwa "menggurui", saya berusaha keras untuk melayani orang sebisa-bisanya.
Walaupun A Senior Citizen Man dari sononya, saya berusaha keras untuk selalu berjiwa youth, sensitif seperti women dan tidak gaptek seperti netizen.
Taufik yang sudah bersama saya mulai 1995 menjadi model saya di MarkPlus. Dia juga berasal dari kampung Salatiga di Jawa Tengah yang dulu pernah sekolah di ITB selama setahun.
Tapi, kemudian dia lulus di FE UI Jurusan Akuntansi. Dia sekarang adalah lulusan Nanyang Fellows, suatu program master yang elite dari Nanyang Business School berkolaborasi dengan MIT.
Passion for Knowledge-nya sejak dari dulu luar biasa. Taufik adalah walking encyclopedia di MarkPlus, tempat orang lain bertanya. Sedangkan passion for business-nya berkembang pesat walaupun bukan dari keluarga pedagang.
Sekarang dia malah jadi chief business officer atau CBO di MarkPlus. Tugasnya mengembangkan bisnis MarkPlus secara keseluruhan. Passion for service-nya luar biasa. Dia selalu mengutamakan external customer ketimbang urusan internal.
Dia bisa dan mau dihubungi kapan saja. Dia selalu "rewel" pada hasil riset yang akan dipresentasikan kepada klien. Sedang passion for people-nya juga hebat. Taufik bisa berbicara dengan siapa saja. Seorang pemimpin yang dekat, tapi disegani anak buah. Taufik juga tidak pernah "minder" bertemu siapa pun. Mau menteri, CEO, atau siapa pun.
Di MarkPlus, Taufik adalah orang yang "paling" mirip dengan saya dalam hal 4P! Dan, 4P itulah yang membedakan MarkPlus dari organisasi lain yang sejenis. Karena 4P itulah, jiwa orang MarkPlus-er. Yang cocok akan stay terus di atas "kapal" MarkPlus. Yang nggak cocok, biasanya ya tidak akan lama bertahan.
Apa boleh buat, memang harus ada "pemurnian" dari waktu ke waktu. (*)
Grow with Character! (97/100) Series by Hermawan Kartajaya
MarkPlus Mix: Passion for Knowledge, Business, Service, and People
KALAU Marketing Mix punya 4P, MarkPlus juga punya 4P. Tapi, isinya berbeda. Bukan product, price, place, dan promotion, tapi empat passion yang harus dipunyai oleh para MarkPlus-ers! Saya tulis sejak lima tahun lalu untuk memberikan guidance bagi setiap insan MarkPlus.
Passion pertama adalah passion for knowledge. Saya tulis ini sebagai yang pertama karena itulah "nyawa" MarkPlus. Mempunyai passion for knowledge artinya, semua orang harus mau mengembangkan diri terus-menerus.
Landscape yang berubah mengharuskan kita mengembangkan diri pula. Tanpa ini, MarkPlus hanya akan menjadi sebuah perusahaan yang "statis". Ini juga sejalan dengan apa yang saya lakukan selama ini. Pengembangan konsep marketing dari waktu ke waktu. Bahkan, bukan "reaktif", tapi "proaktif". Begitu melihat weak signal, kita selalu berani "ambil posisi".
MarkPlus selalu berusaha jadi trend-setter, bukan hanya bisa jadi follow the leader. Mengapa? Ya, karena sejak awal, MarkPlus sudah jadi pionir. Sementara belum ada yang percaya bahwa marketing diperlukan, MarkPlus sudah mulai. Bahkan, langsung meredefinisi pengertian marketing itu sendiri. Dari "fungsi" jadi "jiwa" perusahaan. MarkPlus selalu ahead of time.
Pada 1990-an, MarkPlus sudah membuat "Marketing Plus 2000". Sekarang di awal dekade ketiga milenium ketiga, MarkPlus sudah mengeluarkan New Wave Marketing yang akan benar-benar jadi marketing "baru" pada 2020!
Untuk mengonkretkan passion pertama ini, di kantor Jakarta, MarkPlus punya Philip Kotler Library dengan 3.000 plus buku marketing yang terus updated. Ditanggung merupakan perpustakaan marketing paling lengkap di Indonesia, jangan-jangan di ASEAN. Saya berani mengatakan ini karena saya tahu perpustakaan yang dipunyai Marketing Institute of Singapore dan berbagai kampus di sana.
MarkPlus juga tidak segan-segan memberikan scholarship pada yang "bisa" dan "dedikatif". Kita kirim orang ke Nanyang, MIT, sampai Kellogg sekalipun untuk mendapatkan master. Para researcher juga sudah beberapa kali mengikuti konferensi internasional di berbagai negara. Tapi, pembelajaran terbesar di MarkPlus adalah di "internal" kita sendiri.
Kita memang belajar dari jurnal, buku, majalah, konferensi, sekolah bisnis, tapi di MarkPlus semuanya diolah menjadi "Model" sendiri. Itulah yang membuat MarkPlus jadi unik dan otentik. Punya DNA tersendiri! We don't only read and teach other people's concept, but we also write and practice our own model!
I am a teacher but I am also a thinker! Saya paling gak suka disebut "motivator", karena saya adalah a composer who can sings!
Yang kedua adalah passion for business. Antara yang pertama dan kedua ini ada kaitan sangat erat. Saya merasa "MarkPlus is a Business Knowledge but also a Knowledge Business". Artinya?
Kita membuat model-model marketing yang sangat berguna untuk bisnis. Pada saat yang sama, kita juga bisnis yang bergerak di bidang knowledge, khususnya marketing. Jadi, ini untuk mempertegas bahwa MarkPlus dasarnya adalah perusahaan, bukan LSM. Semuanya harus ada perhitungan bisnisnya. Bahwa akhirnya, bisnis itu "berbaur" dengan LSM, itu sih urusan lain.
Karena itu pula, kita menganjurkan semua orang di MarkPlus supaya punya jiwa entrepreneur. Dengan ini, kita juga sekaligus menegaskan bahwa kita harus mengelola MarkPlus sebagai suatu perusahaan. Punya pesaing, punya pelanggan, juga menghadapi persaingan yang cukup ketat. Dari "atas" yang berupa MNC dan dari "bawah yang orang-orang lokal dan suka membanting harga! Sekaligus dengan passion kedua ini, MarkPlus akan fokus di bidang marketing knowledge business itu sendiri.
Passion for business saya tulis sebagai passion kedua setelah passion for knowledge karena knowledge comes first! Saya percaya, kalau kita "eat, sleep, and dream" with the "business knowledge" so the "knowledge business" akan berjalan dengan sukses. Jangan dibalik!
Ketiga adalah passion for service. Mengapa? Ya, karena MarkPlus adalah a service knowledge business. Kita tidak berada pada industri manufacturing. Karena itu, setiap orang MarkPlus harus bisa "melayani" pelanggan.
Servis di MarkPlus bukanlah after sales service, tapi harus benar-benar menjadi service with care. MarkPlus harus menjadi "garda terdepan" untuk urusan servis. Karena itulah, kita juga sudah punya dan siap mengembangkan Christopher Lovelock Center for Asian Service.
Kita juga bekerja erat dengan Prof Jochen Wirtz di NUS dan Ron Kaufman dari Up Your Service. Kita sedang mengembangkan model care yang sangat berbeda dengan service. Di MarkPlus, siapa pun orangnya, harus mau dan "berani" memberikan servis. Bukan melayani raja, tapi memberikan servis penuh kepedulian layaknya kepada seorang teman yang kita sayangi.
P keempat adalah passion for people. Kita ajari orang-orang MarkPlus untuk tidak look down ke bawah, tapi tidak "minder" ke atas. Selain itu, semuanya diharapkan supaya bisa "inklusif " ke kiri dan ke kanan.
Tidak ada gunanya memperhitungkan bangsa, suku, dan agama yang "vertikal". Semuanya dididik jadi horizontal citizen of the world. Antara passion ketiga dan keempat ini ada hubungan yang sangat erat juga. MarkPlus is a People-oriented Service and A Service-based People Organisation!
Kita adalah perusahaan jasa berbasis orang, bukan teknologi. Tapi, kita juga suatu organisasi yang terdiri atas manusia-manusia berbasis servis.
Nah, kalau keempat passion ini diintegrasikan jadi satu, itulah MarkPlus! Saya menjadi personal model untuk empat P itu di MarkPlus. Walaupun selalu "gagal sekolah", saya terus-menerus memburu dan mengembangkan pengetahuan.
Walaupun saya lahir di kampung sebagai anak pegawai negeri dan tidak punya keluarga wirausaha, saya terus mengembangkan bisnis sendiri. Walaupun sudah kelamaan jadi guru SMP dan SMA dan sampai sekarang pun punya jiwa "menggurui", saya berusaha keras untuk melayani orang sebisa-bisanya.
Walaupun A Senior Citizen Man dari sononya, saya berusaha keras untuk selalu berjiwa youth, sensitif seperti women dan tidak gaptek seperti netizen.
Taufik yang sudah bersama saya mulai 1995 menjadi model saya di MarkPlus. Dia juga berasal dari kampung Salatiga di Jawa Tengah yang dulu pernah sekolah di ITB selama setahun.
Tapi, kemudian dia lulus di FE UI Jurusan Akuntansi. Dia sekarang adalah lulusan Nanyang Fellows, suatu program master yang elite dari Nanyang Business School berkolaborasi dengan MIT.
Passion for Knowledge-nya sejak dari dulu luar biasa. Taufik adalah walking encyclopedia di MarkPlus, tempat orang lain bertanya. Sedangkan passion for business-nya berkembang pesat walaupun bukan dari keluarga pedagang.
Sekarang dia malah jadi chief business officer atau CBO di MarkPlus. Tugasnya mengembangkan bisnis MarkPlus secara keseluruhan. Passion for service-nya luar biasa. Dia selalu mengutamakan external customer ketimbang urusan internal.
Dia bisa dan mau dihubungi kapan saja. Dia selalu "rewel" pada hasil riset yang akan dipresentasikan kepada klien. Sedang passion for people-nya juga hebat. Taufik bisa berbicara dengan siapa saja. Seorang pemimpin yang dekat, tapi disegani anak buah. Taufik juga tidak pernah "minder" bertemu siapa pun. Mau menteri, CEO, atau siapa pun.
Di MarkPlus, Taufik adalah orang yang "paling" mirip dengan saya dalam hal 4P! Dan, 4P itulah yang membedakan MarkPlus dari organisasi lain yang sejenis. Karena 4P itulah, jiwa orang MarkPlus-er. Yang cocok akan stay terus di atas "kapal" MarkPlus. Yang nggak cocok, biasanya ya tidak akan lama bertahan.
Apa boleh buat, memang harus ada "pemurnian" dari waktu ke waktu. (*)
Sabtu, 24 April 2010
FOKUS
Kita semua tahulah pastinya, kalau fokus adalah salah satu kunci keberhasilan dalam bidang apapun, termasuk forex. Dan, berpegang pada hukum vibrasi yang menyatakan bahwa apapun yang kita berikan energi, akan bertumbuh. Maka, jika kita sangat FOKUS pada sesuatu hal yang kita inginkan, akan semakin besar pula energi yang kita berikan padanya. Sangat pasti bahwa semakin cepat pula kita mendapatkan apa yang kita inginkan.
Mungkin kita bisa fokus pada satu pair.....satu MM.....satu tehnik.....dan sebagainya. Tapi pertanyaannya kadang kenapa kita sulitttt banget buat fokus, ya ngga?
Berikut tip praktis melatih FOKUS ala NLP racikan saya (bukan saya, tapi sayanya dia, ni cuma copy kok):
1. Untuk latihan ini, paling baik carilah tempat yang sangat berisik atau ciptakan suasana yang berisik, misal: putar musik rock yang keras (Bingung, kan? Maklum ini teknik ala NLP racikan saya he..he..)
2. Karena ide latihan ini adalah menghitung mundur (count down goal), maka pilihlah sebuah angka tertinggi yang Anda ingin lakukan, misal: Anda mau mulai dari 20, 30, 50 atau 100. Mulailah latihan dari angka yang mudah dicapai dulu, baru coba ke angka yang lebih tinggi.
3. Baik sekali catatlah jam, menit & detik saat Anda mulai.
4. Bayangkan impian/tujuan/goal/outcome Anda dan berikan nomor 1 ( Tujuan kita para trader adalah PIPS HIJAU).
5. Pejamkan mata (boleh tidak) dan konsentrasi pada nafas Anda, setelah tenang (baca: konsentrasi) baru lanjutkan ke langkah berikutnya.
6. Mulailah kegiatan menghitung mundur (contoh angka tertinggi adalah 30) berikut:
Tarik nafas dalam perlahan, tahaaan, saat hembuskan nafas katakan dalam hati 30.
Tarik nafas dalam perlahan, tahaaan, saat hembuskan nafas katakan dalam hati 29.
Tarik nafas dalam perlahan, tahaaan, saat hembuskan nafas katakan dalam hati 28.
Terus lanjutkan sampai Anda mencapai angka 1 yaitu impian/tujuan/goal/outcome.
Anda boleh teriak keras atau kepalkan tangan saat mencapai angka 1 ini.
Boleh juga gunakan kalimat sugesti: “Ya, akhirnya AKU BISA!”
7. Buka mata perlahan dan catat jam, menit & detik saat ini.
8. Rasakan perasaan Anda saat ini dan nikmati. Jika Anda merasa perlu men-deskripsikan perasaan Anda saat ini berupa kata-kata, silahkan. Misalnya yang saya lakukan: “Sungguh Engkau Maha Besar”
Kapan waktu paling tepat untuk melatihnya?
Kapan saja saat ada waktu lowong, misal: di mobil saat jalanan macet, tentu Anda dalam posisi sebagai penumpang. Sebelum kelas pelatihan mulai, malam hari sebelum tidur atau kapanpun Anda merasa Anda perlu untuk FOKUS pada sebuah kegiatan atau aktifitas.
Setelah latihan beberapa kali, lihatlah hasil catatan waktu Anda, maka akan ditemukan pattern (pola kegiatan) diri Anda. Mungkin, Anda sangat semangat diawal, namun gampang hilang FOKUS di akhir. Atau, pikiran Anda sering melanglang buana entah kemana, sehingga Anda lupa pada Outcome Anda. Pola yang baik tentunya konsisten. Semakin berlatih, maka Anda semakin konsisten pada proses pencapaian Outcome Anda.
Kalau begitu, berlatihlah, berlatihlah & berlatihlah!
Krishnamurti
Mungkin kita bisa fokus pada satu pair.....satu MM.....satu tehnik.....dan sebagainya. Tapi pertanyaannya kadang kenapa kita sulitttt banget buat fokus, ya ngga?
Berikut tip praktis melatih FOKUS ala NLP racikan saya (bukan saya, tapi sayanya dia, ni cuma copy kok):
1. Untuk latihan ini, paling baik carilah tempat yang sangat berisik atau ciptakan suasana yang berisik, misal: putar musik rock yang keras (Bingung, kan? Maklum ini teknik ala NLP racikan saya he..he..)
2. Karena ide latihan ini adalah menghitung mundur (count down goal), maka pilihlah sebuah angka tertinggi yang Anda ingin lakukan, misal: Anda mau mulai dari 20, 30, 50 atau 100. Mulailah latihan dari angka yang mudah dicapai dulu, baru coba ke angka yang lebih tinggi.
3. Baik sekali catatlah jam, menit & detik saat Anda mulai.
4. Bayangkan impian/tujuan/goal/outcome Anda dan berikan nomor 1 ( Tujuan kita para trader adalah PIPS HIJAU).
5. Pejamkan mata (boleh tidak) dan konsentrasi pada nafas Anda, setelah tenang (baca: konsentrasi) baru lanjutkan ke langkah berikutnya.
6. Mulailah kegiatan menghitung mundur (contoh angka tertinggi adalah 30) berikut:
Tarik nafas dalam perlahan, tahaaan, saat hembuskan nafas katakan dalam hati 30.
Tarik nafas dalam perlahan, tahaaan, saat hembuskan nafas katakan dalam hati 29.
Tarik nafas dalam perlahan, tahaaan, saat hembuskan nafas katakan dalam hati 28.
Terus lanjutkan sampai Anda mencapai angka 1 yaitu impian/tujuan/goal/outcome.
Anda boleh teriak keras atau kepalkan tangan saat mencapai angka 1 ini.
Boleh juga gunakan kalimat sugesti: “Ya, akhirnya AKU BISA!”
7. Buka mata perlahan dan catat jam, menit & detik saat ini.
8. Rasakan perasaan Anda saat ini dan nikmati. Jika Anda merasa perlu men-deskripsikan perasaan Anda saat ini berupa kata-kata, silahkan. Misalnya yang saya lakukan: “Sungguh Engkau Maha Besar”
Kapan waktu paling tepat untuk melatihnya?
Kapan saja saat ada waktu lowong, misal: di mobil saat jalanan macet, tentu Anda dalam posisi sebagai penumpang. Sebelum kelas pelatihan mulai, malam hari sebelum tidur atau kapanpun Anda merasa Anda perlu untuk FOKUS pada sebuah kegiatan atau aktifitas.
Setelah latihan beberapa kali, lihatlah hasil catatan waktu Anda, maka akan ditemukan pattern (pola kegiatan) diri Anda. Mungkin, Anda sangat semangat diawal, namun gampang hilang FOKUS di akhir. Atau, pikiran Anda sering melanglang buana entah kemana, sehingga Anda lupa pada Outcome Anda. Pola yang baik tentunya konsisten. Semakin berlatih, maka Anda semakin konsisten pada proses pencapaian Outcome Anda.
Kalau begitu, berlatihlah, berlatihlah & berlatihlah!
Krishnamurti
Pelajaran Trading Melewati Pasar Tahun 2007
Pelajaran Trading Melewati Pasar Tahun 2007
(Pertama dari Tiga Tulisan)
Melewati tahun 2007 bagaimanakah hasil trading Anda? Sejumlah pembaca setia vibiznews.com menyatakan terimakasih mereka karena indikasi pergerakan pasar yang mereka dapatkan dari secara rutin mengikuti akan perkembangan pasar di dalam mana mereka berinvestasi. Tentunya akan cukup beragam kesimpulan dari trading investasi yang Anda lakukan selama tahun ini. Sebagian mengakhiri tahun ini dengan rasa puas dan syukur oleh karena hasil trading mereka yang memuaskan.
Sebagian lain, katakanlah cukup terpuaskan karena profit yang dihasilkan, namun sedikit menyesali keterlambatan dalam memutuskan momen masuk atau keluar pasarnya. Serasa belum optimum yang dihasilkan. Namun sebagian lagi, merasakan cukup sesak karena kegagalan trading mereka. Apapun pengalaman dan hasil perdagangan investasi Anda, sebaiknya kita harus selalu menarik pelajaran dari pengalaman dan peristiwa yang terjadi selama ini.
Di ujung tahun 2007, sebuah web perdagangan forex yang cukup terkenal Dailyfx.com menerbitkan tulisan mengenai “Top 10 Trading Lessons from 2007”. Itu merupakan rangkuman pelajaran (lessons) dari sejumlah analis dari web tersebut yang juga aktif trading di pasar forex.
Menurut penulis artikel tersebut menarik dan memberi inspirasi. Bukankah pengalaman adalah guru yang terbaik, termasuk pengalaman dari para trader lain? Tetapi untuk penyampaiannya penulis mengubahnya ke dalam tulisan bebas berdasarkan kombinasi pengalaman pribadi penulis dan kolega serta sejumlah peserta yang pernah mengikuti seminar atau training yang kami selenggarakan.
Mengingat panjangnya, tulisan akan disajikan dalam tiga (3) serie. Diharapkan tulisan ini akan bermanfaat bagi para investor secara umum dalam memasuki perdagangan produk investasi tahun 2008. Kita mulai!
Pelajaran 1: Jangan Abaikan Gejala Gelombang
Negara kita pernah mengalami parahnya tsunami. Bahkan kita merupakan korban terbesar dari gelombang tsunami yang menghantam pada tiga tahun lalu. Tsunami itu tidak datang dengan tiba-tiba begitu saja. Ada gejala-gejala awalnya, seperti gempa bumi, tepi pantai yang menyusut lalu kemudian gelombang tinggi yang datang dari tengah-tengah laut serta bergerak kembali ke tepi pantai. Belajar dari itu, rakyat kita, terutama yang tinggal dekat dengan garis pantai kerap mengambil langkah segera berlari naik ke tempat yang lebih tinggi ketika terjadi gempa bumi.
Bila gejala-gejala demikian diabaikan, seseorang bisa sangat terlambat untuk menyelamatkan diri dari gelombang pasang yang datang dan menghantam apa saja yang dilaluinya. Penting, karenanya, untuk kita mempelajari gejala awal bencana dan mengambil langkah-langkah antisipasinya.
Sejumlah indikasi penting gelombang pasar sebenarnya sudah dibahas dalam web vibiznews. Masih di semester pertama tahun ini, beberapa tulisan telah memberikan signal adanya masalah KPR subprime di Amerika. Kondisi tersebut telah mendorong dollar yang berlanjut melemah, dengan euro mencapai level rekor tertinggi dalam sejarahnya. Tetapi sejumlah investor mengabaikan signal tersebut dengan pendapat bahwa pound dan euro harganya sudah “terlalu tinggi”. Mereka terlalu dini memasang posisi sell dan kemudian tersangkut floating loss.
Lalu, dengan gejala pelambatan ekonomi Amerika, telah pula dibahas di sini mengenai the Fed yang akan memangkas suku bunganya. Hal tersebut, seharusnya dapat diduga akan berpengaruh posisif bagi bursa saham Amerika dan global. Namun demikian, beberapa investor lebih antisipasi terhadap penurunan bursa karena, lagi, anggapan bahwa indeks saham terlalu tinggi. Akibatnya, sejumlah pemain telambat anitisipasi terhadap kenaikan harga-harga saham –dan ketika mereka masuk, harga-harga justru sudah mulai berjatuhan.
Pelajaran 2: Jangan Cuma Benar di Analisis, tetapi Kehilangan Kesempatan Trading
Banyak orang, dengan semakin berpengalaman dalam menganalisis pasar, memiliki kepiawaian yang bertambah dan lebih tajam dalam melakukan analisis pasar. Tebakan-tebakannya terbukti banyak yang tepat. Tapi, buat apa pandai menebak namun tidak dituangkan ke dalam praktek trading yang sebenarnya?
Kita mungkin pernah mengalami hal ini. Kadang kita menganalisis bahwa bullish pasar masih akan berlanjut, misalnya. Namun, dengan cepat kita keluar pasar karena takut salah atau rugi. Akibatnya, keuntungan yang kita peroleh jauh dari optimum, jauh dari level perkiraan kita sebelumnya. Kita pun terperangah melihat tingkat harga produk investasi kita naik terus dan hanya dapat berkata ”Ah, seandainya saja ...” Bagaimana, kedengarannya ’familiar’?
Pelajaran 3: Percaya pada Metodologi Anda
Berapa lama Anda sudah melakukan trading, apapun bentuk investasi Anda? Mungkin Anda memiliki metode sendiri yang cukup berhasil selama ini. Metode itu barangkali mengandalkan berita-berita fundamental, atau sesuai analisis teknikal, atau bisa jadi kombinasi keduanya. Penulis menggunakan pendekatan analisis yang terakhir.
Mungkin ada juga yang melakukan analisis dengan mengandalkan fibonacci dan moving average, misalnya. Apapun, sepanjang itu telah cukup menghasilkan bagi Anda, peganglah metodologi itu. Jangan terpengaruh oleh komentar orang lain atau ketakutan pribadi.
Trading yang rugi karena kita melawan metodologi kita sendiri (padahal terbukti kemudian metode itu benar, namun kita sendiri yang plin-plan) itu akan terasa lebih sakit.
Pelajaran 4: Ambil Waktu dalam Menentukan Trading Terbaik, Jangan Tergesa-gesa
Salah satu aktivitas trading yang baik adalah membuat catatan atau diary dari transaksi perdagangan Anda. Catatan tersebut akan membuat Anda dapat me-review proses dan hasil perdagangan dengan sebaiknya serta menemukan metode trading yang terbaik, yang relatif telah memberikan profit terbaik.
Namun demikian, aktivitas tersebut sering diabaikan investor. Alasannya bisa karena itu memakan waktu, malas, terlalu pede, atau mungkin ingin cepat-cepat melakukan trading. Hal inilah yang kerap membuat investor tersandung dalam trading-nya. Kita seperti ingin cepat-cepat trading, misalnya, begitu buka note-book dan platform. Yang terjadi selanjutnya adalah ketika mengalami kekalahan, kita hanya bisa menyesal karena pernah mengalami kesalahan yang sama sebelumnya.
Jangan lupa juga untuk terus melihat akan data kalender ekonomi menjelang masuk ke pasar. Jadi, yang penting adalah jangan tergesa-gesa masuk pasar. Amati sitiuasi dahulu, lalu bila Anda sudah merasa yakin, silakan masuk!
Pelajaran 5: Jangan Abaikan Signal dari Strategi Trading Lainnya yang Sukses
Penulis menilai bahwa kata kunci yang dapat diangkat di sini adalah ”belajar dan belajar”. Bahwa Anda memiliki strategi trading, itu baik. Namun demikian, hal tersebut jangan menghalangi Anda untuk melihat kepada strategi trading lainnya apalagi bila itu terbukti berhasil juga.
Misalnya Anda adalah investor yang dalam trading sangat mengandalkan pendekatan indikator teknikal seperti RSI, Stochastic, dan MA, dengan chart yang digunakan adalah bar chart, seperti umumnya digunakan para investor dari Barat. Anda mungkin merasa cukup dengan itu. Ada baiknya Anda juga memperhatikan signal yang diberikan oleh trader lain yang menggunakan,misalnya, candlestick dalam investasinya. Mengapa tidak? Bila itu dapat memperbaiki posisi Anda, bukan?
Sayangnya, penuls temui banyak pemain yang hanya fokus kepada caranya sendiri, bersikap egois, dan enggan belajar yang lebih lagi.
Pelajaran 6: Sadari akan Gambaran Besarnya
Dalam melakukan praktek trading on-line, time frame chart yang Anda pilih yang mana? Kebanyakan trader memilih chart yang 1 jam-an (hourly). Penulis juga demikian, dan, seperti Anda juga, kadang memilih jangka waktu yang lebih pendek untuk menentukan entry atau exit pasar.
Namun, sharing pelajaran kali ini memberi tahu untuk kita harus memakai juga time frame yang lebih lama untuk suatu gambaran besar (bigger picture) kondisi pasar. Memang, untuk mengenal lebih luas pergerakan pasar, termasuk arah trend, kita harus menggunakan chart yang lebih luas, misalnya 8 jam, 1 hari, atau 1 minggu.
Fibonacci dengan jarak 20 atau 30 poin sudah berubah dari satu retracement ke garis berikutnya, membuat tingkat harga yang Anda pasang sebagai resistant atau support yang berikutnya menjadi kurang berarti karena selalu tertembus. Demikian yang terjadi kalau Anda memasang retracement pada time frame yang pendek. Untuk mendapatkan garis support atau resistant pasar yang pas, dalam arti mendukung prediksi pergerakan harga yang dapat diandalkan, lakukan itu dalam bigger picture.
Hal tersebut juga akan membantu Anda memiliki suatu keyakinan akan situasi trend pasar, sekalipun saat itu terdapat koreksi pasar. Tanpa itu, bukankah kita seringkali menjadi nervous ketika terjadi koreksi yang pendek sekalipun? Padahal adalah hal biasa pasar masuk ke phase konsolidasi sejenak, setelah suatu gelombang trend besar. Hal tersebut dapat terlihat misalnya dalam pola chart triangle, flag, penant, dll.
Pelajaran 7: Ketahui Kapan Cut Loss
Pelajaran kali ini memberi tahu bahwa kondisi pasar tidaklah selalu sesuai yang kita harapkan atau fokuskan. Pasar memang demikian, kerap berubah. Seringkali kita merasa sangat yakin dengan perkiraan trend pasar. Silakan saja selama signal pasar memang kuat serta dana Anda memadai.
Tetapi, bila pasar bergerak berlawanan dengan ekspektasi, jangan lambat, segera bertindak: cut loss! Benar, bahwa hal tersebut merugikan, tetapi kita dapat melihat dengan sudut pandang bahwa cut loss tersebut adalah untuk menghindari loss yang lebih besar bila kita tidak bertindak.
Pengalaman para ”great traders” menunjukkan bahwa kunci pertama keberhasilan trading mereka adalah cut loss, cut loss, cut loss. Artinya, jangan takut untuk pangkas kerugian bila ternyata salah posisi. Satu saat Anda akan mensyukuri aksi tersebut.
Pelajaran 8: Pasar Bisa Salah untuk Waktu yang Lama
Kedengarannya mungkin aneh istilah tersebut di atas, tetapi bisa demikian adanya.. Untuk hampir selama satu semester pertama di tahun 2007 penulis biasa mengajarkan the Fed akan cenderung menahan atau menaikkan suku bunganya. Hal tersebut juga sejalan dengan kondisi pasar yang kelihatan agak stabil waktu itu.
Sampai kemudian kasus sub-prime mulai terkuak di tengah tahun ini, para analis dan pelaku investasi mulai terkejut. Ternyata pasar perumahan Amerika selama ini, tanpa disadari banyak pihak, telah berada pada kondisi yang salah. Maka the Fed pun mulai terus memangkas bunganya di periode semester kedua tahun ini. Bursa saham lalu bereaksi secara tajam, mulai dari Wall Street, Asia Timur sampai ke Jakarta. Euro pun melejit dengan terus mencetak level-level rekor tertinggi barunya dari waktu ke waktu. Sampai periode perpindahan tahun, dampak kasus ini masih terus bergulir.
Pelajaran 9: Pasar Kadang Menipu, Kelihatannya Jelas Ternyata Salah
Di sini para trader memberi pengalaman berupa contoh prediksi yang sempat ramai di pemberitaan media bahwa menuju tutup tahun harga minyak akan menyentuh $100 per barrel. Ternyata level itu tidak tercapai. Sepertinya benar tetapi ternyata salah. Hal yang sama adalah prediksi bahwa euro akan dapat menyentuh level $1.50.
Namun kami dari Vibiznews pada awal Agustus 2007 lalu telah mengeluarkan research dan dengan perhitungan technical pada beberapa pendekatan dirilis bahwa akhir tahun 2007 minyak belum menyentuh angka $100 karena ada resistant kuat di sekitar $96 - $97.
Pelajaran 10: Ketahui Kapan Keluar
Hal yang penting dalam trading adalah ketahui kapan masuk pasar. Namun, hal lebih penting lagi adalah mengetahui kapan untuk keluar pasar. Kalau sedang posisi untung, ketahui kapan keluar dalam kondisi profit yang, katakanlah, optimum. Kalau sedang posisi rugi, pelajari kapan harus keluar dalam keadaan loss yang sebisanya minimum.
Dari catatan trading Anda, dapat di-review kapan sebaiknya Anda keluar pasar. Lalu lakukan dengan next time better!Selain itu, perhatikan juga gejolak pergerakan pasar secara fundamental. Berita-berita yang ada seringkali merupakan petunjuk yang baik untuk aksi keluar pasar dengan segera.
(Pertama dari Tiga Tulisan)
Melewati tahun 2007 bagaimanakah hasil trading Anda? Sejumlah pembaca setia vibiznews.com menyatakan terimakasih mereka karena indikasi pergerakan pasar yang mereka dapatkan dari secara rutin mengikuti akan perkembangan pasar di dalam mana mereka berinvestasi. Tentunya akan cukup beragam kesimpulan dari trading investasi yang Anda lakukan selama tahun ini. Sebagian mengakhiri tahun ini dengan rasa puas dan syukur oleh karena hasil trading mereka yang memuaskan.
Sebagian lain, katakanlah cukup terpuaskan karena profit yang dihasilkan, namun sedikit menyesali keterlambatan dalam memutuskan momen masuk atau keluar pasarnya. Serasa belum optimum yang dihasilkan. Namun sebagian lagi, merasakan cukup sesak karena kegagalan trading mereka. Apapun pengalaman dan hasil perdagangan investasi Anda, sebaiknya kita harus selalu menarik pelajaran dari pengalaman dan peristiwa yang terjadi selama ini.
Di ujung tahun 2007, sebuah web perdagangan forex yang cukup terkenal Dailyfx.com menerbitkan tulisan mengenai “Top 10 Trading Lessons from 2007”. Itu merupakan rangkuman pelajaran (lessons) dari sejumlah analis dari web tersebut yang juga aktif trading di pasar forex.
Menurut penulis artikel tersebut menarik dan memberi inspirasi. Bukankah pengalaman adalah guru yang terbaik, termasuk pengalaman dari para trader lain? Tetapi untuk penyampaiannya penulis mengubahnya ke dalam tulisan bebas berdasarkan kombinasi pengalaman pribadi penulis dan kolega serta sejumlah peserta yang pernah mengikuti seminar atau training yang kami selenggarakan.
Mengingat panjangnya, tulisan akan disajikan dalam tiga (3) serie. Diharapkan tulisan ini akan bermanfaat bagi para investor secara umum dalam memasuki perdagangan produk investasi tahun 2008. Kita mulai!
Pelajaran 1: Jangan Abaikan Gejala Gelombang
Negara kita pernah mengalami parahnya tsunami. Bahkan kita merupakan korban terbesar dari gelombang tsunami yang menghantam pada tiga tahun lalu. Tsunami itu tidak datang dengan tiba-tiba begitu saja. Ada gejala-gejala awalnya, seperti gempa bumi, tepi pantai yang menyusut lalu kemudian gelombang tinggi yang datang dari tengah-tengah laut serta bergerak kembali ke tepi pantai. Belajar dari itu, rakyat kita, terutama yang tinggal dekat dengan garis pantai kerap mengambil langkah segera berlari naik ke tempat yang lebih tinggi ketika terjadi gempa bumi.
Bila gejala-gejala demikian diabaikan, seseorang bisa sangat terlambat untuk menyelamatkan diri dari gelombang pasang yang datang dan menghantam apa saja yang dilaluinya. Penting, karenanya, untuk kita mempelajari gejala awal bencana dan mengambil langkah-langkah antisipasinya.
Sejumlah indikasi penting gelombang pasar sebenarnya sudah dibahas dalam web vibiznews. Masih di semester pertama tahun ini, beberapa tulisan telah memberikan signal adanya masalah KPR subprime di Amerika. Kondisi tersebut telah mendorong dollar yang berlanjut melemah, dengan euro mencapai level rekor tertinggi dalam sejarahnya. Tetapi sejumlah investor mengabaikan signal tersebut dengan pendapat bahwa pound dan euro harganya sudah “terlalu tinggi”. Mereka terlalu dini memasang posisi sell dan kemudian tersangkut floating loss.
Lalu, dengan gejala pelambatan ekonomi Amerika, telah pula dibahas di sini mengenai the Fed yang akan memangkas suku bunganya. Hal tersebut, seharusnya dapat diduga akan berpengaruh posisif bagi bursa saham Amerika dan global. Namun demikian, beberapa investor lebih antisipasi terhadap penurunan bursa karena, lagi, anggapan bahwa indeks saham terlalu tinggi. Akibatnya, sejumlah pemain telambat anitisipasi terhadap kenaikan harga-harga saham –dan ketika mereka masuk, harga-harga justru sudah mulai berjatuhan.
Pelajaran 2: Jangan Cuma Benar di Analisis, tetapi Kehilangan Kesempatan Trading
Banyak orang, dengan semakin berpengalaman dalam menganalisis pasar, memiliki kepiawaian yang bertambah dan lebih tajam dalam melakukan analisis pasar. Tebakan-tebakannya terbukti banyak yang tepat. Tapi, buat apa pandai menebak namun tidak dituangkan ke dalam praktek trading yang sebenarnya?
Kita mungkin pernah mengalami hal ini. Kadang kita menganalisis bahwa bullish pasar masih akan berlanjut, misalnya. Namun, dengan cepat kita keluar pasar karena takut salah atau rugi. Akibatnya, keuntungan yang kita peroleh jauh dari optimum, jauh dari level perkiraan kita sebelumnya. Kita pun terperangah melihat tingkat harga produk investasi kita naik terus dan hanya dapat berkata ”Ah, seandainya saja ...” Bagaimana, kedengarannya ’familiar’?
Pelajaran 3: Percaya pada Metodologi Anda
Berapa lama Anda sudah melakukan trading, apapun bentuk investasi Anda? Mungkin Anda memiliki metode sendiri yang cukup berhasil selama ini. Metode itu barangkali mengandalkan berita-berita fundamental, atau sesuai analisis teknikal, atau bisa jadi kombinasi keduanya. Penulis menggunakan pendekatan analisis yang terakhir.
Mungkin ada juga yang melakukan analisis dengan mengandalkan fibonacci dan moving average, misalnya. Apapun, sepanjang itu telah cukup menghasilkan bagi Anda, peganglah metodologi itu. Jangan terpengaruh oleh komentar orang lain atau ketakutan pribadi.
Trading yang rugi karena kita melawan metodologi kita sendiri (padahal terbukti kemudian metode itu benar, namun kita sendiri yang plin-plan) itu akan terasa lebih sakit.
Pelajaran 4: Ambil Waktu dalam Menentukan Trading Terbaik, Jangan Tergesa-gesa
Salah satu aktivitas trading yang baik adalah membuat catatan atau diary dari transaksi perdagangan Anda. Catatan tersebut akan membuat Anda dapat me-review proses dan hasil perdagangan dengan sebaiknya serta menemukan metode trading yang terbaik, yang relatif telah memberikan profit terbaik.
Namun demikian, aktivitas tersebut sering diabaikan investor. Alasannya bisa karena itu memakan waktu, malas, terlalu pede, atau mungkin ingin cepat-cepat melakukan trading. Hal inilah yang kerap membuat investor tersandung dalam trading-nya. Kita seperti ingin cepat-cepat trading, misalnya, begitu buka note-book dan platform. Yang terjadi selanjutnya adalah ketika mengalami kekalahan, kita hanya bisa menyesal karena pernah mengalami kesalahan yang sama sebelumnya.
Jangan lupa juga untuk terus melihat akan data kalender ekonomi menjelang masuk ke pasar. Jadi, yang penting adalah jangan tergesa-gesa masuk pasar. Amati sitiuasi dahulu, lalu bila Anda sudah merasa yakin, silakan masuk!
Pelajaran 5: Jangan Abaikan Signal dari Strategi Trading Lainnya yang Sukses
Penulis menilai bahwa kata kunci yang dapat diangkat di sini adalah ”belajar dan belajar”. Bahwa Anda memiliki strategi trading, itu baik. Namun demikian, hal tersebut jangan menghalangi Anda untuk melihat kepada strategi trading lainnya apalagi bila itu terbukti berhasil juga.
Misalnya Anda adalah investor yang dalam trading sangat mengandalkan pendekatan indikator teknikal seperti RSI, Stochastic, dan MA, dengan chart yang digunakan adalah bar chart, seperti umumnya digunakan para investor dari Barat. Anda mungkin merasa cukup dengan itu. Ada baiknya Anda juga memperhatikan signal yang diberikan oleh trader lain yang menggunakan,misalnya, candlestick dalam investasinya. Mengapa tidak? Bila itu dapat memperbaiki posisi Anda, bukan?
Sayangnya, penuls temui banyak pemain yang hanya fokus kepada caranya sendiri, bersikap egois, dan enggan belajar yang lebih lagi.
Pelajaran 6: Sadari akan Gambaran Besarnya
Dalam melakukan praktek trading on-line, time frame chart yang Anda pilih yang mana? Kebanyakan trader memilih chart yang 1 jam-an (hourly). Penulis juga demikian, dan, seperti Anda juga, kadang memilih jangka waktu yang lebih pendek untuk menentukan entry atau exit pasar.
Namun, sharing pelajaran kali ini memberi tahu untuk kita harus memakai juga time frame yang lebih lama untuk suatu gambaran besar (bigger picture) kondisi pasar. Memang, untuk mengenal lebih luas pergerakan pasar, termasuk arah trend, kita harus menggunakan chart yang lebih luas, misalnya 8 jam, 1 hari, atau 1 minggu.
Fibonacci dengan jarak 20 atau 30 poin sudah berubah dari satu retracement ke garis berikutnya, membuat tingkat harga yang Anda pasang sebagai resistant atau support yang berikutnya menjadi kurang berarti karena selalu tertembus. Demikian yang terjadi kalau Anda memasang retracement pada time frame yang pendek. Untuk mendapatkan garis support atau resistant pasar yang pas, dalam arti mendukung prediksi pergerakan harga yang dapat diandalkan, lakukan itu dalam bigger picture.
Hal tersebut juga akan membantu Anda memiliki suatu keyakinan akan situasi trend pasar, sekalipun saat itu terdapat koreksi pasar. Tanpa itu, bukankah kita seringkali menjadi nervous ketika terjadi koreksi yang pendek sekalipun? Padahal adalah hal biasa pasar masuk ke phase konsolidasi sejenak, setelah suatu gelombang trend besar. Hal tersebut dapat terlihat misalnya dalam pola chart triangle, flag, penant, dll.
Pelajaran 7: Ketahui Kapan Cut Loss
Pelajaran kali ini memberi tahu bahwa kondisi pasar tidaklah selalu sesuai yang kita harapkan atau fokuskan. Pasar memang demikian, kerap berubah. Seringkali kita merasa sangat yakin dengan perkiraan trend pasar. Silakan saja selama signal pasar memang kuat serta dana Anda memadai.
Tetapi, bila pasar bergerak berlawanan dengan ekspektasi, jangan lambat, segera bertindak: cut loss! Benar, bahwa hal tersebut merugikan, tetapi kita dapat melihat dengan sudut pandang bahwa cut loss tersebut adalah untuk menghindari loss yang lebih besar bila kita tidak bertindak.
Pengalaman para ”great traders” menunjukkan bahwa kunci pertama keberhasilan trading mereka adalah cut loss, cut loss, cut loss. Artinya, jangan takut untuk pangkas kerugian bila ternyata salah posisi. Satu saat Anda akan mensyukuri aksi tersebut.
Pelajaran 8: Pasar Bisa Salah untuk Waktu yang Lama
Kedengarannya mungkin aneh istilah tersebut di atas, tetapi bisa demikian adanya.. Untuk hampir selama satu semester pertama di tahun 2007 penulis biasa mengajarkan the Fed akan cenderung menahan atau menaikkan suku bunganya. Hal tersebut juga sejalan dengan kondisi pasar yang kelihatan agak stabil waktu itu.
Sampai kemudian kasus sub-prime mulai terkuak di tengah tahun ini, para analis dan pelaku investasi mulai terkejut. Ternyata pasar perumahan Amerika selama ini, tanpa disadari banyak pihak, telah berada pada kondisi yang salah. Maka the Fed pun mulai terus memangkas bunganya di periode semester kedua tahun ini. Bursa saham lalu bereaksi secara tajam, mulai dari Wall Street, Asia Timur sampai ke Jakarta. Euro pun melejit dengan terus mencetak level-level rekor tertinggi barunya dari waktu ke waktu. Sampai periode perpindahan tahun, dampak kasus ini masih terus bergulir.
Pelajaran 9: Pasar Kadang Menipu, Kelihatannya Jelas Ternyata Salah
Di sini para trader memberi pengalaman berupa contoh prediksi yang sempat ramai di pemberitaan media bahwa menuju tutup tahun harga minyak akan menyentuh $100 per barrel. Ternyata level itu tidak tercapai. Sepertinya benar tetapi ternyata salah. Hal yang sama adalah prediksi bahwa euro akan dapat menyentuh level $1.50.
Namun kami dari Vibiznews pada awal Agustus 2007 lalu telah mengeluarkan research dan dengan perhitungan technical pada beberapa pendekatan dirilis bahwa akhir tahun 2007 minyak belum menyentuh angka $100 karena ada resistant kuat di sekitar $96 - $97.
Pelajaran 10: Ketahui Kapan Keluar
Hal yang penting dalam trading adalah ketahui kapan masuk pasar. Namun, hal lebih penting lagi adalah mengetahui kapan untuk keluar pasar. Kalau sedang posisi untung, ketahui kapan keluar dalam kondisi profit yang, katakanlah, optimum. Kalau sedang posisi rugi, pelajari kapan harus keluar dalam keadaan loss yang sebisanya minimum.
Dari catatan trading Anda, dapat di-review kapan sebaiknya Anda keluar pasar. Lalu lakukan dengan next time better!Selain itu, perhatikan juga gejolak pergerakan pasar secara fundamental. Berita-berita yang ada seringkali merupakan petunjuk yang baik untuk aksi keluar pasar dengan segera.
Dari perhitungan konversi huruf2 silahkan disimak
Dari perhitungan konversi huruf2 silahkan disimak
Bagi yg pernah baca dan belajar 7 habit :
Jika, nilai huruf-huruf ini kita anggap sbb:
- A - B - C - D - E - F - G - H - I - J - K - L - M
1 - 2- 3 - 4 -5 - 6 - 7 - 8 - 9- 10- 11- 12 - 13
- N - O - P - Q - R -- S - T- U - V - W - X - Y - Z
14 - 15- 16- 17- 18 - 19 - 20- 21- 22- 23 -24 - 25- 26
Hitung bareng-bareng:
Bahasa Inggris (dipercaya oleh orang Amerika )
Kalau kita bekerja dengan modal angka tersebut dibawah, maka hasilnya adalah...
- H - A - R - D - W - O - R - K ( kerjakeras )
8 1 18 4 23 15 18 11 = 98% Only
- K - N - O - W - L - E - D - G - E ( pengetahuan )
11 14 15 23 12 5 4 7 5 = 96% Only
- L - O - B - B - Y - I - N - G ( pendekatan )
12 15 2 2 25 9 14 7 = 86% Only
- L - U - C - K ( keberuntungan )
12 21 3 11 = 47% Only
Ternyata ... semua nilai dari usaha-usaha kita diatas nggak bisa mengalahkan yang satu ini:
- A - T - T - I - T - U - D - E ( sikap/tingkah laku )
1 20 20 9 20 21 4 5 = 100%
tapi ini rumus yang berlaku di luar negeri he..he..he.. .
Di Indonesia, itung-itungannya menjadi begini:
- G - I - G - I - H (HARDWORK)
7 9 7 9 8 = 40% Saja
- I - L - M - U (Knowledge)
9 12 13 21 = 55% Saja
- L - O - B - I (Lobbying)
12 15 2 9 = 38% Saja
- M - U - J - U - R (Luck)
13 21 10 21 18 = 83% Saja
- S - I - K - A - P (Attitude)
19 9 11 1 16 = 46% Saja
- K - O - R - U - P - S - I
11 15 18 21 16 19 9 = 109 %
Ternyata yg ditekuni orang-orang INDONESIA yaitu "KORUPSI" mempunyai kadar mencapai keberhasilan 109%.
Lebih baik dr "ATTITUDE"- nya ORANG BARAT yg hanya 100%.
Bagi yg pernah baca dan belajar 7 habit :
Jika, nilai huruf-huruf ini kita anggap sbb:
- A - B - C - D - E - F - G - H - I - J - K - L - M
1 - 2- 3 - 4 -5 - 6 - 7 - 8 - 9- 10- 11- 12 - 13
- N - O - P - Q - R -- S - T- U - V - W - X - Y - Z
14 - 15- 16- 17- 18 - 19 - 20- 21- 22- 23 -24 - 25- 26
Hitung bareng-bareng:
Bahasa Inggris (dipercaya oleh orang Amerika )
Kalau kita bekerja dengan modal angka tersebut dibawah, maka hasilnya adalah...
- H - A - R - D - W - O - R - K ( kerjakeras )
8 1 18 4 23 15 18 11 = 98% Only
- K - N - O - W - L - E - D - G - E ( pengetahuan )
11 14 15 23 12 5 4 7 5 = 96% Only
- L - O - B - B - Y - I - N - G ( pendekatan )
12 15 2 2 25 9 14 7 = 86% Only
- L - U - C - K ( keberuntungan )
12 21 3 11 = 47% Only
Ternyata ... semua nilai dari usaha-usaha kita diatas nggak bisa mengalahkan yang satu ini:
- A - T - T - I - T - U - D - E ( sikap/tingkah laku )
1 20 20 9 20 21 4 5 = 100%
tapi ini rumus yang berlaku di luar negeri he..he..he.. .
Di Indonesia, itung-itungannya menjadi begini:
- G - I - G - I - H (HARDWORK)
7 9 7 9 8 = 40% Saja
- I - L - M - U (Knowledge)
9 12 13 21 = 55% Saja
- L - O - B - I (Lobbying)
12 15 2 9 = 38% Saja
- M - U - J - U - R (Luck)
13 21 10 21 18 = 83% Saja
- S - I - K - A - P (Attitude)
19 9 11 1 16 = 46% Saja
- K - O - R - U - P - S - I
11 15 18 21 16 19 9 = 109 %
Ternyata yg ditekuni orang-orang INDONESIA yaitu "KORUPSI" mempunyai kadar mencapai keberhasilan 109%.
Lebih baik dr "ATTITUDE"- nya ORANG BARAT yg hanya 100%.
Grow with Character! (96/100) Series by Hermawan Kartajaya
[ Minggu, 25 April 2010 ]
Grow with Character! (96/100) Series by Hermawan Kartajaya
Bali Mengungguli Kinabalu dengan New Wave Marketing
PROFESOR Sang Lee adalah seorang Korean American yang luar biasa. Dua saudaranya yang tinggal di Korea adalah pejabat tinggi negara, pernah jadi menteri segala. Sedangkan Sang Lee memilih tinggal di Amerika dan menjadi profesor bidang operational research yang disegani.
Kali pertama saya diperkenalkan oleh Prof Hooi Den Huan pada 2008, Sang Lee sudah menyelenggarakan Pan Pacific Management Conference 25 kali berturut-turut tiap tahun! Berpindah-pindah tempat, dari satu kota ke kota lain. Tiap tahun, ada sekitar 300-500 peserta -kebanyakan profesor- menyempatkan datang untuk berkumpul.
Membicarakan topik di bidang manajemen yang lagi in, baik di sesi pleno maupun sesi-sesi paralel. Setiap tahun ada ratusan riset akademis yang dipresentasikan oleh para profesor muda dan kandidat doktor.
Den Huan mengatakan kepada saya bahwa dirinya sudah ikut "keliling" Sang Lee lebih dari sepuluh tahun. "Very very good for networking, Hermawan."
"I am thinking to propose to him to organize it in Indonesia!" Wah, mendengar hal tersebut, saya terpanggil untuk menjadikan Indonesia tuan rumah. Why not?
Kita kan perlu mengekspos lebih banyak akademisi dan peneliti Indonesia ke panggung internasional. Sambil menjual MICE atau meeting, incentive, conference, and exhibition. Sudah beberapa tahun, para pengajar Sekolah Bisnis dan Manajemen atau SBM ITB ikut aktif di Asia Pacific Management Conference.
Sejak didirikan dulu, saya memang diajak aktif oleh Pak Kuntoro Mangkusubroto, yang sekarang menjadi ketua Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) dan Prof Ir Surna Tjahja Djajadiningrat MSc PhD.
Saya memperkenalkan Den Huan untuk juga ikut duduk sebagai international advisor di SBM ITB. Den Huan juga yang memperkenalkan Sang Lee ke SBM ITB. Bahkan, Sang Lee pernah datang ke Bandung sebagai tamu SBM ITB.
Jadi, dia pernah melihat Indonesia on the spot, tapi belum berpikir menyelenggarakan konferensi tahunannya di Indonesia. Terlalu banyak yang menawari Sang Lee untuk jadi host tiap tahun.
Waktu itu kota penyelenggara untuk konferensi ke-27 pada 2010 belum ditentukan. Tapi, Sang Lee sudah "biasa" memilih Malaysia. Sebagai alternatif, saya menawarkan Bali kepada Sang Lee lewat Den Huan. Maklum, saya belum pernah bertemu muka dengan Sang Lee pada 2007.
Kami baru berkomunikasi lewat e-mail. Mendengar kata Bali, dia langsung tertarik untuk mempertimbangkannya. Dia bilang akan meninjau dan membandingkan Kota Kinabalu atau KK dengan Bali. Wah, itu tantangan buat saya! Saya langsung menghubungi Menbudpar Jero Wacik untuk minta dukungan. Pak Jero Wacik sangat mendukung dan langsung menghubungkan saya dengan Dirjen Pemasaran Dr Sapta Nirwandar.
Pak Sapta meminta Direktur MICE Nia Niscaya untuk mendalami masalah itu. Ibu Nia kebetulan adalah arek Suroboyo yang juga Bonek. Kami berdua lantas mengatur strategi untuk memenangkan persaingan dengan KK.
Sebelum meninjau Bali, Sang Lee dijamu habis-habisan di KK. Saya mendapatkan info dari Den Huan bahwa di situ Sang Lee diajak makan malam oleh keluarga sultan. Sang Lee sebenarnya sudah sangat tertarik untuk memilih KK sebelum terbang ke Bali.
Saya tidak mau menyerah, tentunya! Saya, Den Huan, dan Nia menunggu Sang Lee di Bandara Ngurah Rai malam hari. Kami langsung bawa dia untuk makan malam di Warisan, Seminyak.
Saya sengaja mengundang Rachel Lovelock, adik Prof Christopher Lovelock, yang sudah lama tinggal di Bali. Maksudnya? Dia bisa menceritakan betapa amannya Bali walaupun pernah dibom dua kali!
Ibu Nia juga bercerita bahwa Warisan adalah kepunyaan orang bule yang menikah dengan orang Indonesia. Yang makan malam waktu itu hampir semuanya bule!
Itulah moment of truth pertama untuk menetralkan negative feeling Sang Lee sebagai customer. Malam itu, secara terus terang dia bilang lebih safe menyelenggarakan even tersebut di Malaysia karena dua alasan. Pertama, iklan Truly Asia sangat gencar. Maka, para peserta tahunannya lebih tahu Malaysia ketimbang Indonesia.
Kedua, orang tahu nama Bali, tapi takut karena ada dua kali bom, terutama orang Amerika! Itulah yang dalam marketing disebut sebagai anxiety and desire, yang belum tentu mau diucapkan, demi sopan santun.Anda pernah nonton The Invention of Lying? Orang jadi sering melakukan white lie demi sopan santun dan kelihatan gentleman. Tapi, bagi orang marketing, justru itulah yang harus dicari!
Saya juga dengar dari Den Huan bahwa Sang Lee gila golf. Di KK, Sang Lee sudah diajak melihat beberapa lapangan golf. Karena itu, besoknya, dari tempat menginapnya di Grand Hyatt Nusa Dua, saya ajak dia melihat golf course yang pas berada di sebelahnya.
Di Nusa Dua, dia juga meninjau dua tempat konferensi, yaitu Grand Hyatt dan Sheraton. Saya lihat wajah Sang Lee mulai berubah. Mungkin dia tidak pernah menyangka bahwa Bali bukan hanya tempat main-main, tapi juga bisa digunakan untuk koferensi.
Setelah peninjauan, kami mengajak dia ke Ubud. Perkenalan dengan keluarga Puri Ubud sangat mengesankan! Terus terang, itu bertujuan mengimbangi pertemuannya dengan keluarga sultan di KK. Saya berani memastikan bahwa Ubud punya kesakralanyang lebih berkelas dunia. Yang lebih mengesankan buat Sang Lee, dia kami minta berbicara di depan pejabat Pemda Gianyar, anak buah Dr Tjokorda Oka Sukawati yang juga bupati di sana.
Wah, dia lantas merasa menjadi orang penting, kan? Malamnya, kami ajak dia dinner di Restoran Mozaic. Tempat itu juga dipunyai bule yang beristri wanita Indonesia. Mozaic memang masuk dalam daftar restoran kelas dunia.
Malam kedua, dia kami atur untuk tidur di Royal House atau vila VVIP di Royal Pita Maha, hotel milik keluarga Ubud. Paginya, saya ajak dia beryoga di tepi Sungai Ayung yang memang mengalir di dalam hotel. Dia juga kami ajak makan pagi di tepi Sungai Ayung sambil melihat orang-orang rafting, yang memang melewati Royal Pita Maha.
"Wow, it is amazing. I never had an experience like this!" ucap dia. Saya melihat, "angin" mulai berbalik. Ibu Nia waktu itu langsung menyambar kesempatan tersebut dengan menawarkan diri untuk mensponsori Indonesia Cultural Nite di farewell party konferensi ke-27 di Sen Zhen!
The timing is very right!
Kalau ditawarkan pada hari pertama, percuma karena feeling Sang Lee masih di KK. Yang lebih meyakinkan Sang Lee, dirinya melihat saya makan babi guling Ibu Oka berdampingan dengan Ibu Nia yang makan nasi ayam kadewatan!
Di situ saya punya kesempatan untuk menunjukkan bahwa Indonesia bukan negara berdasar agama, melainkan Pancasila. Itulah keunikan Indonesia jika dibandingkan dengan Malaysia. Kayaknya, penjelasan itulah yang ditunggu-tunggu Sang Lee. Tapi, dia tidak berani bertanya karena sensitivitas.
Sekali lagi, orang marketing harus bisa membaca pikiran pelanggan. Sebab, sering orang menolak membeli bukan dengan alasan sesungguhnya. Melainkan, dia belum melihat jawaban atas pertanyaan yang disimpannya dalam hati.
Dalam perjalanan ke Bandara Ngurah Rai, saya mengajak Sang Lee mampir ke Ritz-Carlton Jimbaran yang juga the best Ritz in the world. Di situ Sang Lee enjoy dengan fasilitas hidroterapi yang terbesar di dunia! Ibu Nia pun ikut terjun ke kolam! Sebuah pengorbanan dari direktur MICE yang mau turun ke lapangan sampai segitunya. Apalagi, kan hal itu sangat langka untuk seorang wanita muslim. Tapi, itulah yang membuat Sang Lee sangat bahagia sekaligus terharu.
Melihat betapa ngototnya kami mempromosikan Bali. Dia sudah tidak mempersoalkan bom lagi ketika mengatakan yes sebelum meninggalkan Bali. Itulah the real country marketing story yang saya lakukan demi merebut 500 profesor datang ke Bali pada 30 Mei sampai 3 Juni 2010!
It is a low budget, high impact marketing.
Sepulang dari Bali, mereka semua adalah profesor yang akan jadi promotor untuk semua mahasiswa yang berjumlah ribuan!
And very new wave too. Tidak pakai iklan, melainkan pendekatan komunitas. Bahkan, pasti lebih ampuh daripada iklan! Susah dan capai karena harus kreatif, tapi menyenangkan.
Saya sekarang punya banyak teman di bidang kebudayaan dan pariwisata karena Pak Sapta selaku Dirjen Pemasaran suka melakukan new wave marketing!
Pada 27 Mei 2009, tepat HUT ke-78 Philip Kotler, saya dan Kotler dilantik sebagai special ambassador for Indonesia Tourism oleh Menbudpar Jero Wacik di Galeri Nasional Jakarta. Kami adalah duta kedua dan ketiga sesudah Bill Gates! (*)
Grow with Character! (96/100) Series by Hermawan Kartajaya
Bali Mengungguli Kinabalu dengan New Wave Marketing
PROFESOR Sang Lee adalah seorang Korean American yang luar biasa. Dua saudaranya yang tinggal di Korea adalah pejabat tinggi negara, pernah jadi menteri segala. Sedangkan Sang Lee memilih tinggal di Amerika dan menjadi profesor bidang operational research yang disegani.
Kali pertama saya diperkenalkan oleh Prof Hooi Den Huan pada 2008, Sang Lee sudah menyelenggarakan Pan Pacific Management Conference 25 kali berturut-turut tiap tahun! Berpindah-pindah tempat, dari satu kota ke kota lain. Tiap tahun, ada sekitar 300-500 peserta -kebanyakan profesor- menyempatkan datang untuk berkumpul.
Membicarakan topik di bidang manajemen yang lagi in, baik di sesi pleno maupun sesi-sesi paralel. Setiap tahun ada ratusan riset akademis yang dipresentasikan oleh para profesor muda dan kandidat doktor.
Den Huan mengatakan kepada saya bahwa dirinya sudah ikut "keliling" Sang Lee lebih dari sepuluh tahun. "Very very good for networking, Hermawan."
"I am thinking to propose to him to organize it in Indonesia!" Wah, mendengar hal tersebut, saya terpanggil untuk menjadikan Indonesia tuan rumah. Why not?
Kita kan perlu mengekspos lebih banyak akademisi dan peneliti Indonesia ke panggung internasional. Sambil menjual MICE atau meeting, incentive, conference, and exhibition. Sudah beberapa tahun, para pengajar Sekolah Bisnis dan Manajemen atau SBM ITB ikut aktif di Asia Pacific Management Conference.
Sejak didirikan dulu, saya memang diajak aktif oleh Pak Kuntoro Mangkusubroto, yang sekarang menjadi ketua Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4) dan Prof Ir Surna Tjahja Djajadiningrat MSc PhD.
Saya memperkenalkan Den Huan untuk juga ikut duduk sebagai international advisor di SBM ITB. Den Huan juga yang memperkenalkan Sang Lee ke SBM ITB. Bahkan, Sang Lee pernah datang ke Bandung sebagai tamu SBM ITB.
Jadi, dia pernah melihat Indonesia on the spot, tapi belum berpikir menyelenggarakan konferensi tahunannya di Indonesia. Terlalu banyak yang menawari Sang Lee untuk jadi host tiap tahun.
Waktu itu kota penyelenggara untuk konferensi ke-27 pada 2010 belum ditentukan. Tapi, Sang Lee sudah "biasa" memilih Malaysia. Sebagai alternatif, saya menawarkan Bali kepada Sang Lee lewat Den Huan. Maklum, saya belum pernah bertemu muka dengan Sang Lee pada 2007.
Kami baru berkomunikasi lewat e-mail. Mendengar kata Bali, dia langsung tertarik untuk mempertimbangkannya. Dia bilang akan meninjau dan membandingkan Kota Kinabalu atau KK dengan Bali. Wah, itu tantangan buat saya! Saya langsung menghubungi Menbudpar Jero Wacik untuk minta dukungan. Pak Jero Wacik sangat mendukung dan langsung menghubungkan saya dengan Dirjen Pemasaran Dr Sapta Nirwandar.
Pak Sapta meminta Direktur MICE Nia Niscaya untuk mendalami masalah itu. Ibu Nia kebetulan adalah arek Suroboyo yang juga Bonek. Kami berdua lantas mengatur strategi untuk memenangkan persaingan dengan KK.
Sebelum meninjau Bali, Sang Lee dijamu habis-habisan di KK. Saya mendapatkan info dari Den Huan bahwa di situ Sang Lee diajak makan malam oleh keluarga sultan. Sang Lee sebenarnya sudah sangat tertarik untuk memilih KK sebelum terbang ke Bali.
Saya tidak mau menyerah, tentunya! Saya, Den Huan, dan Nia menunggu Sang Lee di Bandara Ngurah Rai malam hari. Kami langsung bawa dia untuk makan malam di Warisan, Seminyak.
Saya sengaja mengundang Rachel Lovelock, adik Prof Christopher Lovelock, yang sudah lama tinggal di Bali. Maksudnya? Dia bisa menceritakan betapa amannya Bali walaupun pernah dibom dua kali!
Ibu Nia juga bercerita bahwa Warisan adalah kepunyaan orang bule yang menikah dengan orang Indonesia. Yang makan malam waktu itu hampir semuanya bule!
Itulah moment of truth pertama untuk menetralkan negative feeling Sang Lee sebagai customer. Malam itu, secara terus terang dia bilang lebih safe menyelenggarakan even tersebut di Malaysia karena dua alasan. Pertama, iklan Truly Asia sangat gencar. Maka, para peserta tahunannya lebih tahu Malaysia ketimbang Indonesia.
Kedua, orang tahu nama Bali, tapi takut karena ada dua kali bom, terutama orang Amerika! Itulah yang dalam marketing disebut sebagai anxiety and desire, yang belum tentu mau diucapkan, demi sopan santun.Anda pernah nonton The Invention of Lying? Orang jadi sering melakukan white lie demi sopan santun dan kelihatan gentleman. Tapi, bagi orang marketing, justru itulah yang harus dicari!
Saya juga dengar dari Den Huan bahwa Sang Lee gila golf. Di KK, Sang Lee sudah diajak melihat beberapa lapangan golf. Karena itu, besoknya, dari tempat menginapnya di Grand Hyatt Nusa Dua, saya ajak dia melihat golf course yang pas berada di sebelahnya.
Di Nusa Dua, dia juga meninjau dua tempat konferensi, yaitu Grand Hyatt dan Sheraton. Saya lihat wajah Sang Lee mulai berubah. Mungkin dia tidak pernah menyangka bahwa Bali bukan hanya tempat main-main, tapi juga bisa digunakan untuk koferensi.
Setelah peninjauan, kami mengajak dia ke Ubud. Perkenalan dengan keluarga Puri Ubud sangat mengesankan! Terus terang, itu bertujuan mengimbangi pertemuannya dengan keluarga sultan di KK. Saya berani memastikan bahwa Ubud punya kesakralanyang lebih berkelas dunia. Yang lebih mengesankan buat Sang Lee, dia kami minta berbicara di depan pejabat Pemda Gianyar, anak buah Dr Tjokorda Oka Sukawati yang juga bupati di sana.
Wah, dia lantas merasa menjadi orang penting, kan? Malamnya, kami ajak dia dinner di Restoran Mozaic. Tempat itu juga dipunyai bule yang beristri wanita Indonesia. Mozaic memang masuk dalam daftar restoran kelas dunia.
Malam kedua, dia kami atur untuk tidur di Royal House atau vila VVIP di Royal Pita Maha, hotel milik keluarga Ubud. Paginya, saya ajak dia beryoga di tepi Sungai Ayung yang memang mengalir di dalam hotel. Dia juga kami ajak makan pagi di tepi Sungai Ayung sambil melihat orang-orang rafting, yang memang melewati Royal Pita Maha.
"Wow, it is amazing. I never had an experience like this!" ucap dia. Saya melihat, "angin" mulai berbalik. Ibu Nia waktu itu langsung menyambar kesempatan tersebut dengan menawarkan diri untuk mensponsori Indonesia Cultural Nite di farewell party konferensi ke-27 di Sen Zhen!
The timing is very right!
Kalau ditawarkan pada hari pertama, percuma karena feeling Sang Lee masih di KK. Yang lebih meyakinkan Sang Lee, dirinya melihat saya makan babi guling Ibu Oka berdampingan dengan Ibu Nia yang makan nasi ayam kadewatan!
Di situ saya punya kesempatan untuk menunjukkan bahwa Indonesia bukan negara berdasar agama, melainkan Pancasila. Itulah keunikan Indonesia jika dibandingkan dengan Malaysia. Kayaknya, penjelasan itulah yang ditunggu-tunggu Sang Lee. Tapi, dia tidak berani bertanya karena sensitivitas.
Sekali lagi, orang marketing harus bisa membaca pikiran pelanggan. Sebab, sering orang menolak membeli bukan dengan alasan sesungguhnya. Melainkan, dia belum melihat jawaban atas pertanyaan yang disimpannya dalam hati.
Dalam perjalanan ke Bandara Ngurah Rai, saya mengajak Sang Lee mampir ke Ritz-Carlton Jimbaran yang juga the best Ritz in the world. Di situ Sang Lee enjoy dengan fasilitas hidroterapi yang terbesar di dunia! Ibu Nia pun ikut terjun ke kolam! Sebuah pengorbanan dari direktur MICE yang mau turun ke lapangan sampai segitunya. Apalagi, kan hal itu sangat langka untuk seorang wanita muslim. Tapi, itulah yang membuat Sang Lee sangat bahagia sekaligus terharu.
Melihat betapa ngototnya kami mempromosikan Bali. Dia sudah tidak mempersoalkan bom lagi ketika mengatakan yes sebelum meninggalkan Bali. Itulah the real country marketing story yang saya lakukan demi merebut 500 profesor datang ke Bali pada 30 Mei sampai 3 Juni 2010!
It is a low budget, high impact marketing.
Sepulang dari Bali, mereka semua adalah profesor yang akan jadi promotor untuk semua mahasiswa yang berjumlah ribuan!
And very new wave too. Tidak pakai iklan, melainkan pendekatan komunitas. Bahkan, pasti lebih ampuh daripada iklan! Susah dan capai karena harus kreatif, tapi menyenangkan.
Saya sekarang punya banyak teman di bidang kebudayaan dan pariwisata karena Pak Sapta selaku Dirjen Pemasaran suka melakukan new wave marketing!
Pada 27 Mei 2009, tepat HUT ke-78 Philip Kotler, saya dan Kotler dilantik sebagai special ambassador for Indonesia Tourism oleh Menbudpar Jero Wacik di Galeri Nasional Jakarta. Kami adalah duta kedua dan ketiga sesudah Bill Gates! (*)
ISTRI TETANGGA & AGAMA
ISTRI TETANGGA & AGAMA
Di milis ini kerap kita jumpai posting berbau agama. Atau perdebatan yang
menjurus pada perdebatan soal agama. Kadang perdebatannya begitu panas.
Sindir-menyindir atau ejek mengejek. Buat saya itu menyedihkan.
Saya teringat waktu lebih dari 15 tahun yang lalu belajar di Jogja.
Waktu itu,
tiap Rabu malam, saya dan teman-teman memilih nglurug ke patang puluhan,
rumahnya Cak Nun, ini panggilan akrabnya penyair dan kiai mbeling Emha
Ainun Nadjib. Kita bikin forum melingkar di situ. Biasanya kita bicara soal
kesenian atau kebudayaan, tapi juga ngobrolin soal keagamaan.
Forum itu diprakarsai oleh Sanggar Shalahuddin. Komandannya anak Solo,
Nasution Wahyudi. Ini nama asli Jawa, nggak ada hubungannya dengan Nasution
yang dari Medan . Pesertanya juga tidak cuma mahasiswa atau pemuda yang beragama
Islam.
Pendek kata, pemeluk berbagai agama berkumpul melingkar disitu.
Suatu malam, Cak Nun tanya pada kami di forum itu.
"Apakah anda semua punya tetangga?"
Wah, saya sebenarnya belum punya. Tetapi saya anak kost, tentu saja kamar
sebelah saya bisa disamakan dengan tetangga. Tetangga kost. Jadi saya
ikut-ikutan saja menjawab : "Tentu saja punya".
Cak Nun melanjutkan bertanya : "Punya istri enggak tetangga Anda?"
Sebagian hadirin menjawab : "Ya, punya dong". Saya diam saja. Rasanya
tetangga kost saya bujangan semua. Kebanyakan jomblo. Maklum anak desa. Nggak
pede ngajak pacaran teman kampusnya.
Yang menarik adalah pertanyaan berikutnya : "Apakah anda pernah lihat
kaki istri tetangga Anda itu? Jari-jari kakinya lima atau tujuh? Mulus atau ada bekas
korengnya ?"
Saya mulai kebingungan. Nggak ngeh sama arah pembicaraan Cak Nun.
Kebanyakan menjawab : "Tidak pernah memperhatikan Cak. Ono opo Cak?"
Cak Nun ndak peduli. Dia tanya lagi : "Body-nya sexy enggak?"
Kami tak lagi bisa menahan tertawa. Geli deh. Apalagi saya yang
benar-benar tidak faham arah pembicaraan sang Kiai mbeling itu.
Cuma Cak Nun yang tersenyum tipis. Jawabannya bagus banget. Dan ini
senantiasai saya ingat sampai hari ini. Sebuah prinsip pergaulan untuk sebuah
negeri yang memilih Pancasila : "Jadi ya begitu. Jari kakinya lima atau tujuh.
Bodynya sexy atau tidak bukan urusan kita, kan ? Tidak usah kita perhatikan, tak usah
kita amati, tak usah kita dialogkan, diskusikan atau perdebatkan. Biarin saja".
"Kenapa cak?" salah satu teman bertanya, penasaran.
"Ya apa urusan kita ? Nah, keyakinan keagamaan orang lain itu ya
ibarat istri orang lain. Ndak usah diomong-omongkan, ndak usah dipersoalkan benar
salahnya, mana yang lebih unggul atau apapun. Tentu, masing-masing suami punya
penilaian bahwa istrinya begini begitu dibanding istri tetangganya, tapi cukuplah disimpan
didalam hati saja".
Saya pun menangkap apa yang dia maksudkan. Saya setuju dengan
pandangan Cak Nun.
Dia melanjutkan serius : "Bagi orang non-Islam, agama Islam itu salah. Dan
itulah sebabnya ia menjadi orang non-Islam. Kalau dia beranggapan atau
meyakini bahwa Islam itu benar ngapain dia jadi non-Islam? Demikian juga, bagi
orang Islam, agama lain itu salah, justru berdasar itulah maka ia menjadi
orang Islam.
Tapi, sebagaimana istri tetangga, itu disimpan saja didalam hati, jangan
diungkapkan, diperbandingkan, atau dijadikan bahan seminar atau
pertengkaran.
Biarlah setiap orang memilih istri sendiri-sendiri, dan jagalah
kemerdekaan masing-masing orang untuk menghormati dan mencintai istrinya
masing-masing, tak usah rewel bahwa istri kita lebih mancung hidungnya karena Bapaknya dulu
sunatnya pakai calak dan tidak pakai dokter, umpamanya. Dengan kata
yang lebih jelas, teologi agama-agama tak usah dipertengkarkan, biarkan
masing-masing pada keyakinannya. "
Mengasyikkan. Saya kagum dibuatnya.
Cak Nun terus berkata : "Itu prinsip kita dalam memandang berbagai agama.
Sementara itu orang muslim yang mau melahirkan padahal motornya
gembos, silakan pinjam motor tetangganya yang beragama Katolik untuk mengantar
istrinya ke rumah sakit. Atau, Pak Pastor yang sebelah sana karena baju misanya
kehujanan, padahal waktunya mendesak, dia boleh pinjam baju koko tetangganya yang NU
maupun yang Muhamadiyah. Atau ada orang Hindu kerjasama bikin warung soto dengan
tetangga Budha, kemudian bareng-bareng bawa colt bak ke pasar dengan tetangga
Protestan untuk kulakan bahan-bahan jualannya. Begitu. "
Kami semua terus menyimak paparannya.
"Jadi ndak usah meributkan teologi agama orang lain. Itu sama aja anda
ngajak gelut tetangga anda. Mana ada orang yang mau isterinya dibahas dan
diomongin tanpa ujung pangkal. Tetangga-tetangga berbagai pemeluk agama, warga
berbagai parpol, golongan, aliran, kelompok, atau apapun, silakan bekerja sama
di bidang usaha perekonomian, sosial, kebudayaan, sambil saling melindungi
koridor teologi masing-masing. "
"Kerjasama itu dilakukan bisa dengan memperbaiki pagar bersama-sama,
bisa gugur gunung membersihkan kampung, bisa pergi mancing bareng bisa main gaple
dan remi bersama. Tidak ada masalah lurahnya Muslim, cariknya Katolik,
kamituwonya Hindu, kebayannya Gatholoco, atau apapun. Itulah lingkaran tulus hati dangan
hati.
Itulah maiyah," ujarnya.
Ketika mengatakan itu nada Cak Nun datar, nyaris tanpa emosi. Tapi
serius dan dalam. Saya menyimaknya sungguh-sungguh. Dan saya catat baik-baik
dalam hati saya. Sayangnya dunia memang tidak ideal. Di Ambon dan Palu, misalnya
saya lihat terlalu banyak orang usil mengurusi isteri tetangganya. Begitu juga di
berbagai tempat di dunia. Di Bosnia. Atau yang paling baru di Irak dan Afghanistan .
Akibatnya ya perang dan hancur-hancuran. Menyedihkan.
Sangat menyedihkan.
Di milis ini kerap kita jumpai posting berbau agama. Atau perdebatan yang
menjurus pada perdebatan soal agama. Kadang perdebatannya begitu panas.
Sindir-menyindir atau ejek mengejek. Buat saya itu menyedihkan.
Saya teringat waktu lebih dari 15 tahun yang lalu belajar di Jogja.
Waktu itu,
tiap Rabu malam, saya dan teman-teman memilih nglurug ke patang puluhan,
rumahnya Cak Nun, ini panggilan akrabnya penyair dan kiai mbeling Emha
Ainun Nadjib. Kita bikin forum melingkar di situ. Biasanya kita bicara soal
kesenian atau kebudayaan, tapi juga ngobrolin soal keagamaan.
Forum itu diprakarsai oleh Sanggar Shalahuddin. Komandannya anak Solo,
Nasution Wahyudi. Ini nama asli Jawa, nggak ada hubungannya dengan Nasution
yang dari Medan . Pesertanya juga tidak cuma mahasiswa atau pemuda yang beragama
Islam.
Pendek kata, pemeluk berbagai agama berkumpul melingkar disitu.
Suatu malam, Cak Nun tanya pada kami di forum itu.
"Apakah anda semua punya tetangga?"
Wah, saya sebenarnya belum punya. Tetapi saya anak kost, tentu saja kamar
sebelah saya bisa disamakan dengan tetangga. Tetangga kost. Jadi saya
ikut-ikutan saja menjawab : "Tentu saja punya".
Cak Nun melanjutkan bertanya : "Punya istri enggak tetangga Anda?"
Sebagian hadirin menjawab : "Ya, punya dong". Saya diam saja. Rasanya
tetangga kost saya bujangan semua. Kebanyakan jomblo. Maklum anak desa. Nggak
pede ngajak pacaran teman kampusnya.
Yang menarik adalah pertanyaan berikutnya : "Apakah anda pernah lihat
kaki istri tetangga Anda itu? Jari-jari kakinya lima atau tujuh? Mulus atau ada bekas
korengnya ?"
Saya mulai kebingungan. Nggak ngeh sama arah pembicaraan Cak Nun.
Kebanyakan menjawab : "Tidak pernah memperhatikan Cak. Ono opo Cak?"
Cak Nun ndak peduli. Dia tanya lagi : "Body-nya sexy enggak?"
Kami tak lagi bisa menahan tertawa. Geli deh. Apalagi saya yang
benar-benar tidak faham arah pembicaraan sang Kiai mbeling itu.
Cuma Cak Nun yang tersenyum tipis. Jawabannya bagus banget. Dan ini
senantiasai saya ingat sampai hari ini. Sebuah prinsip pergaulan untuk sebuah
negeri yang memilih Pancasila : "Jadi ya begitu. Jari kakinya lima atau tujuh.
Bodynya sexy atau tidak bukan urusan kita, kan ? Tidak usah kita perhatikan, tak usah
kita amati, tak usah kita dialogkan, diskusikan atau perdebatkan. Biarin saja".
"Kenapa cak?" salah satu teman bertanya, penasaran.
"Ya apa urusan kita ? Nah, keyakinan keagamaan orang lain itu ya
ibarat istri orang lain. Ndak usah diomong-omongkan, ndak usah dipersoalkan benar
salahnya, mana yang lebih unggul atau apapun. Tentu, masing-masing suami punya
penilaian bahwa istrinya begini begitu dibanding istri tetangganya, tapi cukuplah disimpan
didalam hati saja".
Saya pun menangkap apa yang dia maksudkan. Saya setuju dengan
pandangan Cak Nun.
Dia melanjutkan serius : "Bagi orang non-Islam, agama Islam itu salah. Dan
itulah sebabnya ia menjadi orang non-Islam. Kalau dia beranggapan atau
meyakini bahwa Islam itu benar ngapain dia jadi non-Islam? Demikian juga, bagi
orang Islam, agama lain itu salah, justru berdasar itulah maka ia menjadi
orang Islam.
Tapi, sebagaimana istri tetangga, itu disimpan saja didalam hati, jangan
diungkapkan, diperbandingkan, atau dijadikan bahan seminar atau
pertengkaran.
Biarlah setiap orang memilih istri sendiri-sendiri, dan jagalah
kemerdekaan masing-masing orang untuk menghormati dan mencintai istrinya
masing-masing, tak usah rewel bahwa istri kita lebih mancung hidungnya karena Bapaknya dulu
sunatnya pakai calak dan tidak pakai dokter, umpamanya. Dengan kata
yang lebih jelas, teologi agama-agama tak usah dipertengkarkan, biarkan
masing-masing pada keyakinannya. "
Mengasyikkan. Saya kagum dibuatnya.
Cak Nun terus berkata : "Itu prinsip kita dalam memandang berbagai agama.
Sementara itu orang muslim yang mau melahirkan padahal motornya
gembos, silakan pinjam motor tetangganya yang beragama Katolik untuk mengantar
istrinya ke rumah sakit. Atau, Pak Pastor yang sebelah sana karena baju misanya
kehujanan, padahal waktunya mendesak, dia boleh pinjam baju koko tetangganya yang NU
maupun yang Muhamadiyah. Atau ada orang Hindu kerjasama bikin warung soto dengan
tetangga Budha, kemudian bareng-bareng bawa colt bak ke pasar dengan tetangga
Protestan untuk kulakan bahan-bahan jualannya. Begitu. "
Kami semua terus menyimak paparannya.
"Jadi ndak usah meributkan teologi agama orang lain. Itu sama aja anda
ngajak gelut tetangga anda. Mana ada orang yang mau isterinya dibahas dan
diomongin tanpa ujung pangkal. Tetangga-tetangga berbagai pemeluk agama, warga
berbagai parpol, golongan, aliran, kelompok, atau apapun, silakan bekerja sama
di bidang usaha perekonomian, sosial, kebudayaan, sambil saling melindungi
koridor teologi masing-masing. "
"Kerjasama itu dilakukan bisa dengan memperbaiki pagar bersama-sama,
bisa gugur gunung membersihkan kampung, bisa pergi mancing bareng bisa main gaple
dan remi bersama. Tidak ada masalah lurahnya Muslim, cariknya Katolik,
kamituwonya Hindu, kebayannya Gatholoco, atau apapun. Itulah lingkaran tulus hati dangan
hati.
Itulah maiyah," ujarnya.
Ketika mengatakan itu nada Cak Nun datar, nyaris tanpa emosi. Tapi
serius dan dalam. Saya menyimaknya sungguh-sungguh. Dan saya catat baik-baik
dalam hati saya. Sayangnya dunia memang tidak ideal. Di Ambon dan Palu, misalnya
saya lihat terlalu banyak orang usil mengurusi isteri tetangganya. Begitu juga di
berbagai tempat di dunia. Di Bosnia. Atau yang paling baru di Irak dan Afghanistan .
Akibatnya ya perang dan hancur-hancuran. Menyedihkan.
Sangat menyedihkan.
Jumat, 23 April 2010
Grow with Character! (95/100) Series by Hermawan Kartajaya
[ Sabtu, 24 April 2010 ]
Grow with Character! (95/100) Series by Hermawan Kartajaya
Dari Mayo Clinic ke University of Nebraska: New Life, New Wave!
AWAL 2008, saya diajak Stephanie, anak perempuan saya, untuk check-up di Mayo Clinic. Memasuki usia ke-60 pada 18 November 2007, dengan tema In Search of Meaning, kesehatan menjadi penting. Tanpa kondisi fisik yang memadai, pencarian makna hidup dengan terus-menerus mencari akan terhenti. Karena itu, saya selalu menambahkan PQ atau kecerdasan memelihara kondisi fisik sebelum IQ, EQ, dan SQ.
Sejak kena diabetes pada usia 37 tahun lalu, sebetulnya saya jadi makin sadar kesehatan. Dulu tidak pernah berolahraga dan kerjanya cuma makan ngawur. Tapi, setelah kena, malah hati-hati dalam memilih makanan. Tapi, karena saya sangat addicted untuk joging, jadi sekarang lutut saya agak terganggu. Sudah tidak joging, hanya jalan cepat sekali-sekali.
Hampir setiap hari saya tes darah puasa. Kalau ketinggian jadi mengurangi intake, kalau kerendahan menambah intake. Dari pengalaman saya, kalau saya stick pada bento White Lotus untuk lunch dan dinner, selalu aman. Semua sudah terukur untuk kondisi saya.
Di Rochester, tempat Mayo Clinic, saya dinyatakan sehat setelah diperiksa tiga hari dari rencana lima hari! Dari situ, saya terbang ke Lincoln, ke kampus University of Nebraska. Saya jadi guest-scholar dan diminta menjadi pembicara di forum Global Leadership Institute yang didirikan Profesor Sang Lee.
Sang Lee juga merupakan chair of management department di sana selama lebih dari 25 tahun! Dia merupakan profesor yang sangat disegani karena sudah menulis banyak jurnal dan buku di bidang Operational Research.
Dalam forum yang berjumlah sekitar 30 profesor dan mahasiswa doktoral itulah, saya diminta ''mempertahankan'' konsep New Wave Marketing saya! Jadi, selain sudah di-''tes'' di Singapura, Kuala Lumpur, Bangkok, dan Tokyo, New Wave Marketing juga dibicarakan di kalangan akademik di Amerika. Hebatnya, mereka tidak mau mendebat di metodologi risetnya, tapi langsung pada esensi ''horizontalisasi''-nya.
Dean of Business School yang merupakan bos Prof Sang Lee juga hadir. Di antara semua profesor yang hadir, ada satu yang sangat senior. Prof Fred Luthans! Dia spesialis di human resources, khususnya di organizational behaviour. Buku teksnya dipakai sekolah bisnis di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Waktu forum akan dimulai, Sang Lee mengasih tahu saya bahwa ada Fred di situ. Tapi, dia sengaja gak mau kasih tahu yang mana. Dia khawatir saya akan terpengaruh akan senioritas Fred Luthans.
Dasar arek Suroboyo kan ''bonek''. Saya tetap aja presentasi dengan semangat seperti biasa. Semua lancar karena topik yang dibicarakan ya konsep hasil riset saya sendiri. Ya pasti saya yang paling menguasai. Ketika acara masuk ke tanya jawab, para profesor marketing malah diam. Mungkin mereka pilih safe karena tahu saya sudah menulis empat menjelang lima buku dengan Philip Kotler.
Yang banyak mendebat justru para kandidat doktor atau mahasiswa S-3 dari Tiongkok! Di mana-mana, mereka memang agresif, seringkali lebih agresif dari mahasiswa India. Mereka sekarang sangat pede di mana-mana karena Tiongkok lagi jadi the new superpower dan negara yang paling ''ditakuti'' AS saat ini. Tidak susah untuk meladeni mereka. Sebab, bagaimanapun, mereka akan respect pada orang yang lebih senior. Ajaran Confucius kan?
Sebelum acara ditutup Prof Sang Lee, ada seorang profesor senior yang sebelumnya diam saja angkat bicara. Dia menyatakan yakin bahwa konsep New Wave Marketing ini akan jadi konsep masa depan! Begitu dia selesai bicara, semua bertepuk tangan dan pertemuan ditutup!
Setelah itu, saya baru tahu bahwa itulah Profesor Fred Luthans! Profesor management yang paling disegani di University of Nebraska selain Prof Sang Lee. Dia mendekati saya dan membawa saya ke kamar kerjanya. Di situ, dia menceritakan hasil karyanya tentang Psychological Capital atau ''HERO'' yang masih sangat akademik. ''I want you to work with me to write a book about my model for Marketing. But in a practical way!''
Jadi, dia sadar bahwa jurnal-jurnal yang hanya dibaca di kalangan akademik tidak bisa membawa konsep HERO-nya yang bagus itu ke dunia praktis! Saya bilang pasti saya akan suka bekerja sama dengan dia, tapi masih ''antre''. Kan, masih harus menerbitkan New Wave Marketing bersama Philip Kotler sebagai buku keenam!
Konsep HERO berarti hope, efficacy, resiliency, dan optimism yang sudah ada alat pengukurnya. Dia sudah membuktikan secara ilmiah bahwa siapa pun yang HERO-nya lebih tinggi akan lebih hebat juga produktivitas, kreativitas, bahkan kesehatannya.
Saya melihat bahwa HERO cocok untuk self motivational tool bagi para marketer di era horizontal yang semakin sulit ini. Jangan tunggu dimotivasi orang lain, tapi ukurlah derajat HERO Anda dan tingkatkan sendiri! Itulah idenya.
Beberapa bulan setelah acara di Nebraska itu, saya diundang Prof Sang Lee untuk menghadiri Pan Pacific Management Conference di Sen Zhen. Di situ, ternyata saya diberi Distinguished Global Leadership Award dari Pan Pacific Business Association, University of Nebraska. Penghargaan tertinggi mereka yang biasanya hanya diberikan pada para profesor! Karena itu, saya semakin yakin bahwa New Wave Marketing adalah konsep yang solid untuk masa depan.
Pada 18 November 2008, saya merayakan HUT ke-62. Temanya jadi New Life, New Wave! Saya sudah menemukan makna hidup yang dicari setahun lalu. Apa itu? Tidak boleh menempatkan diri di atas orang lain, tapi juga tidak perlu di bawah orang lain. Tahun depan, saya akan ke Mayo Clinic lagi! (*)
Grow with Character! (95/100) Series by Hermawan Kartajaya
Dari Mayo Clinic ke University of Nebraska: New Life, New Wave!
AWAL 2008, saya diajak Stephanie, anak perempuan saya, untuk check-up di Mayo Clinic. Memasuki usia ke-60 pada 18 November 2007, dengan tema In Search of Meaning, kesehatan menjadi penting. Tanpa kondisi fisik yang memadai, pencarian makna hidup dengan terus-menerus mencari akan terhenti. Karena itu, saya selalu menambahkan PQ atau kecerdasan memelihara kondisi fisik sebelum IQ, EQ, dan SQ.
Sejak kena diabetes pada usia 37 tahun lalu, sebetulnya saya jadi makin sadar kesehatan. Dulu tidak pernah berolahraga dan kerjanya cuma makan ngawur. Tapi, setelah kena, malah hati-hati dalam memilih makanan. Tapi, karena saya sangat addicted untuk joging, jadi sekarang lutut saya agak terganggu. Sudah tidak joging, hanya jalan cepat sekali-sekali.
Hampir setiap hari saya tes darah puasa. Kalau ketinggian jadi mengurangi intake, kalau kerendahan menambah intake. Dari pengalaman saya, kalau saya stick pada bento White Lotus untuk lunch dan dinner, selalu aman. Semua sudah terukur untuk kondisi saya.
Di Rochester, tempat Mayo Clinic, saya dinyatakan sehat setelah diperiksa tiga hari dari rencana lima hari! Dari situ, saya terbang ke Lincoln, ke kampus University of Nebraska. Saya jadi guest-scholar dan diminta menjadi pembicara di forum Global Leadership Institute yang didirikan Profesor Sang Lee.
Sang Lee juga merupakan chair of management department di sana selama lebih dari 25 tahun! Dia merupakan profesor yang sangat disegani karena sudah menulis banyak jurnal dan buku di bidang Operational Research.
Dalam forum yang berjumlah sekitar 30 profesor dan mahasiswa doktoral itulah, saya diminta ''mempertahankan'' konsep New Wave Marketing saya! Jadi, selain sudah di-''tes'' di Singapura, Kuala Lumpur, Bangkok, dan Tokyo, New Wave Marketing juga dibicarakan di kalangan akademik di Amerika. Hebatnya, mereka tidak mau mendebat di metodologi risetnya, tapi langsung pada esensi ''horizontalisasi''-nya.
Dean of Business School yang merupakan bos Prof Sang Lee juga hadir. Di antara semua profesor yang hadir, ada satu yang sangat senior. Prof Fred Luthans! Dia spesialis di human resources, khususnya di organizational behaviour. Buku teksnya dipakai sekolah bisnis di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Waktu forum akan dimulai, Sang Lee mengasih tahu saya bahwa ada Fred di situ. Tapi, dia sengaja gak mau kasih tahu yang mana. Dia khawatir saya akan terpengaruh akan senioritas Fred Luthans.
Dasar arek Suroboyo kan ''bonek''. Saya tetap aja presentasi dengan semangat seperti biasa. Semua lancar karena topik yang dibicarakan ya konsep hasil riset saya sendiri. Ya pasti saya yang paling menguasai. Ketika acara masuk ke tanya jawab, para profesor marketing malah diam. Mungkin mereka pilih safe karena tahu saya sudah menulis empat menjelang lima buku dengan Philip Kotler.
Yang banyak mendebat justru para kandidat doktor atau mahasiswa S-3 dari Tiongkok! Di mana-mana, mereka memang agresif, seringkali lebih agresif dari mahasiswa India. Mereka sekarang sangat pede di mana-mana karena Tiongkok lagi jadi the new superpower dan negara yang paling ''ditakuti'' AS saat ini. Tidak susah untuk meladeni mereka. Sebab, bagaimanapun, mereka akan respect pada orang yang lebih senior. Ajaran Confucius kan?
Sebelum acara ditutup Prof Sang Lee, ada seorang profesor senior yang sebelumnya diam saja angkat bicara. Dia menyatakan yakin bahwa konsep New Wave Marketing ini akan jadi konsep masa depan! Begitu dia selesai bicara, semua bertepuk tangan dan pertemuan ditutup!
Setelah itu, saya baru tahu bahwa itulah Profesor Fred Luthans! Profesor management yang paling disegani di University of Nebraska selain Prof Sang Lee. Dia mendekati saya dan membawa saya ke kamar kerjanya. Di situ, dia menceritakan hasil karyanya tentang Psychological Capital atau ''HERO'' yang masih sangat akademik. ''I want you to work with me to write a book about my model for Marketing. But in a practical way!''
Jadi, dia sadar bahwa jurnal-jurnal yang hanya dibaca di kalangan akademik tidak bisa membawa konsep HERO-nya yang bagus itu ke dunia praktis! Saya bilang pasti saya akan suka bekerja sama dengan dia, tapi masih ''antre''. Kan, masih harus menerbitkan New Wave Marketing bersama Philip Kotler sebagai buku keenam!
Konsep HERO berarti hope, efficacy, resiliency, dan optimism yang sudah ada alat pengukurnya. Dia sudah membuktikan secara ilmiah bahwa siapa pun yang HERO-nya lebih tinggi akan lebih hebat juga produktivitas, kreativitas, bahkan kesehatannya.
Saya melihat bahwa HERO cocok untuk self motivational tool bagi para marketer di era horizontal yang semakin sulit ini. Jangan tunggu dimotivasi orang lain, tapi ukurlah derajat HERO Anda dan tingkatkan sendiri! Itulah idenya.
Beberapa bulan setelah acara di Nebraska itu, saya diundang Prof Sang Lee untuk menghadiri Pan Pacific Management Conference di Sen Zhen. Di situ, ternyata saya diberi Distinguished Global Leadership Award dari Pan Pacific Business Association, University of Nebraska. Penghargaan tertinggi mereka yang biasanya hanya diberikan pada para profesor! Karena itu, saya semakin yakin bahwa New Wave Marketing adalah konsep yang solid untuk masa depan.
Pada 18 November 2008, saya merayakan HUT ke-62. Temanya jadi New Life, New Wave! Saya sudah menemukan makna hidup yang dicari setahun lalu. Apa itu? Tidak boleh menempatkan diri di atas orang lain, tapi juga tidak perlu di bawah orang lain. Tahun depan, saya akan ke Mayo Clinic lagi! (*)
Grow with Character! (94/100) Series by Hermawan Kartajaya
[ Jum'at, 23 April 2010 ]
Grow with Character! (94/100) Series by Hermawan Kartajaya
Made in Indonesia, Tested in Asia, Published in US!
SUDAH menjadi kebiasaan saya untuk memulai suatu konsep marketing di Indonesia, mengujinya di Asia, dan menerbitkannya menjadi buku di Amerika bersama Philip Kotler. Setelah di-launch pada 2008, konsep New Wave Marketing mendapat banyak tanggapan.
Masalahnya saya mulai menggunakan istilah 12-C untuk mentransformasi 9-E (elemen) yang vertikal. Keyakinan saya sangat kuat bahwa pada 2020 nanti key words yang berasal dari legacy marketing akan terdengar "menjijikkan".
Pada saat ini saja, sudah banyak yang menjalankan Community Based Marketing walaupun hanya "berganti nama". Masa mensponsori suatu even sudah dinamai menjalankan marketing berdasarkan komunitas? Kalau hanya begitu, ya namanya baru below the line (BTL).
Di era Legacy yang vertikal, ada istilah Above The Line (ATL) untuk komunikasi via media massa dan Below The Line (BTL) untuk yang bisa menghasilkan penjualan "lebih langsung" atau sponsorship.
Di New Wave Marketing yang horizontal, membentuk atau memilih komunitas bukan ATL atau BTL. It is totally different! Sebuah komunitas mempunyai Purpose, Identity dan Value (PIV) tersendiri. Anda mesti mengerti, menerima dan meng-adopt supaya bisa di-confirm jadi anggota, kalau tidak Anda tetap dianggap alien!
Kalau Anda membentuk komunitas sendiri, Anda bisa menetapkan PIV-nya. Dan, menyeleksi siapa yang mau di-confirm! Step Community-Confirmation yang merupakan 2C pertama "pengganti" Segmentation-Targeting ini merupakan "pintu masuk" untuk aktivitas selanjutnya.
Bagaimana dengan PDB yang merupakan anchor-nya sembilan elemen? Di New Wave Marketing, PDB jadi "Triple C" yaitu Clarification-Cofication-Character! Nah, kalau Anda sudah ada "di dalam" suatu komunitas, Anda bisa berinteraksi dengan semua anggota komunitas. Lakukan kegiatan branding ada di sini, tapi dengan tidak "menembak secara vertikal". Di zaman New Wave, tidak ada yang mau jadi "sasaran tembak".
Gone are the Days that Marketers are Snipers! Marketers are "Story Tellers","Script Writers" even "Directors" now!
Saya membayangkan di Disney, ada karakter Mickey Mouse, Mini Mouse, Donald Duck, dan lain-lain. Masing masing authentic diferensiasinya! Dan, dari sikap dan perilakunya, orang sudah clear akan DNA masing-masing.
Jadi, Triple C-nya Mickey Mouse memang berbeda dengan Triple C-nya Donald Duck. Ini saatnya para marketer belajar dari para novelis untuk meng-"hidup"-kan berbagai karakter dalam satu cerita. Wow! Tidak pernah terbayangkan sebelumnya kan?
Sedangkan marketing mix yang biasanya disebut 4P sekarang disebut 4C: Co-creation, Currency, Communal Activation, dan Conversation! Sekali Anda ada "di dalam" komunitas, Anda bisa mengembangkan produk bareng-bareng dengan komunitas. Dengan demikian, kemungkinan gagal waktu di-launch lebih kecil.
Harga akan berbeda-beda menurut dimensi time and space, bahkan individual. Bagaikan Currency yang nilainya floating bergantung pada berbagai aspek. Supply, Ddemand, intervensi, politik ,dan sebagainya. Karena itu, currency bisa menghasilkan harga yang no-price alias free sampai price-less atau tak ternilai! Bukan sekadar menaikkan harga atau memberikan diskon seperti di era legacy marketing.
Place harus dipakai untuk A place, virtual or real one, should activate the community. Makin sering tempat Anda mengadakan aktivitas, semakin bagus. Sedang promotion jelas akan ditolak pada 2020 dan harus diganti dengan A fair conversation! Selling harus juga berubah jadi A fair commercialisation yang win-win untuk kedua belah pihak.
Selanjutnya service jadi care sering disalahartikan. Banyak orang yang mengubah kata customer cervice menjadi customer care, padahal kelakuannya sama saja. Peduli berarti menempatkan customer bukan "di atas" marketer, tapi menempatkan customer sebagai seorang kawan, bahkan soulmate kalau bisa. Bukan memberikan yang "terhebat", tapi yang "terbaik" untuk pelanggan. Bukan memberikan "variasi", tapi membantu pelanggan untuk "memilih" yang terbaik.
Terakhir, process berubah menjadi collaboration yang bisa dilakukan bukan dengan pelanggan saja, tapi "wajib" dilakukan dengan pihak lain, termasuk dengan pesaing bila perlu.
Nah, jumlahnya 12 C kan yang berbeda sama sekali dari 9 elemen, bukan sekadar "istilah baru". Akhir tahun lalu pada 10 Desember 2009, juga di MarkPlus Conference di Pacific Place Jakarta, saya menyempurnakan lagi 12 C itu dengan CONNECT!
Connect ini juga merupakan nama buku yang saya tulis bersama dengan Waizly Darwin dan para pembaca Kompas. Di situ saya mengatakan bahwa Connect merupakan prasyarat awal sebelum menjalankan 12 C! Letaknya ada di tengah model Landscape 4C (Change, Competitor, Customer, Company ).
Artinya? Sebelum berpikir komunitas, Anda harus punya sebuah Always On Paradigm! Ada tiga tingkat Connect! Pertama saya sebut mobile-connect. Ini syarat awal, artinya ke mana pun Anda pergi harus siap connect dengan tiga C lainnya yaitu: Customer, Change Agent, bahkan Competitor! Kalau enggak? Anda pasti akan outdated! Anda juga harus well-connected dan siap 24/7!
Kedua, yang saya sebut sebagai experiential connect atau deep connection. Anda wajib pernah punya experience bersama, baik online, kalau bisa offline dengan beberapa orang yang Anda anggap penting untuk "masuk lebih dalam".
Dan, yang terakhir saya sebut sebagai social connect atau strong connectivity! Untuk beberapa orang pilihan, Anda perlu "masuk" ke komunitas mereka.
Nah, di sinilah "sambungan" untuk masuk 12 C lewat C pertama, yaitu Community! Pada New Wave Marketing, sudah tidak ada ATL dan BTL lagi. Yang ada ON-LINE dan OFF-LINE ! Online untuk meng-create excitement, sedangkan offline untuk intimacy.
Jadi, New Wave Marketing sama sekali bukan hanya ONLINE, tapi juga OFFLINE. Bukan juga digital marketing, tapi sebuah pemikiran baru untuk memosisikan pelanggan sejajar dengan marketer. Tidak "di bawah", tapi juga tidak perlu "di atas"! Semua ini dijelaskan secara detail di buku New Wave Marketing dan Connect terbitan Gramedia Pustaka Utama.
Inilah yang saya sebut sebagai "diracik" di Indonesia. Tapi juga sudah "dites" untuk dapat feedback di berbagai kota Asia di berbagai kesempatan. Hasilnya sangat positif. Langkah terakhir? Diterbitkan di Amerika bersama Philip Kotler lagi sebagai buku saya keenam! (*)
Grow with Character! (94/100) Series by Hermawan Kartajaya
Made in Indonesia, Tested in Asia, Published in US!
SUDAH menjadi kebiasaan saya untuk memulai suatu konsep marketing di Indonesia, mengujinya di Asia, dan menerbitkannya menjadi buku di Amerika bersama Philip Kotler. Setelah di-launch pada 2008, konsep New Wave Marketing mendapat banyak tanggapan.
Masalahnya saya mulai menggunakan istilah 12-C untuk mentransformasi 9-E (elemen) yang vertikal. Keyakinan saya sangat kuat bahwa pada 2020 nanti key words yang berasal dari legacy marketing akan terdengar "menjijikkan".
Pada saat ini saja, sudah banyak yang menjalankan Community Based Marketing walaupun hanya "berganti nama". Masa mensponsori suatu even sudah dinamai menjalankan marketing berdasarkan komunitas? Kalau hanya begitu, ya namanya baru below the line (BTL).
Di era Legacy yang vertikal, ada istilah Above The Line (ATL) untuk komunikasi via media massa dan Below The Line (BTL) untuk yang bisa menghasilkan penjualan "lebih langsung" atau sponsorship.
Di New Wave Marketing yang horizontal, membentuk atau memilih komunitas bukan ATL atau BTL. It is totally different! Sebuah komunitas mempunyai Purpose, Identity dan Value (PIV) tersendiri. Anda mesti mengerti, menerima dan meng-adopt supaya bisa di-confirm jadi anggota, kalau tidak Anda tetap dianggap alien!
Kalau Anda membentuk komunitas sendiri, Anda bisa menetapkan PIV-nya. Dan, menyeleksi siapa yang mau di-confirm! Step Community-Confirmation yang merupakan 2C pertama "pengganti" Segmentation-Targeting ini merupakan "pintu masuk" untuk aktivitas selanjutnya.
Bagaimana dengan PDB yang merupakan anchor-nya sembilan elemen? Di New Wave Marketing, PDB jadi "Triple C" yaitu Clarification-Cofication-Character! Nah, kalau Anda sudah ada "di dalam" suatu komunitas, Anda bisa berinteraksi dengan semua anggota komunitas. Lakukan kegiatan branding ada di sini, tapi dengan tidak "menembak secara vertikal". Di zaman New Wave, tidak ada yang mau jadi "sasaran tembak".
Gone are the Days that Marketers are Snipers! Marketers are "Story Tellers","Script Writers" even "Directors" now!
Saya membayangkan di Disney, ada karakter Mickey Mouse, Mini Mouse, Donald Duck, dan lain-lain. Masing masing authentic diferensiasinya! Dan, dari sikap dan perilakunya, orang sudah clear akan DNA masing-masing.
Jadi, Triple C-nya Mickey Mouse memang berbeda dengan Triple C-nya Donald Duck. Ini saatnya para marketer belajar dari para novelis untuk meng-"hidup"-kan berbagai karakter dalam satu cerita. Wow! Tidak pernah terbayangkan sebelumnya kan?
Sedangkan marketing mix yang biasanya disebut 4P sekarang disebut 4C: Co-creation, Currency, Communal Activation, dan Conversation! Sekali Anda ada "di dalam" komunitas, Anda bisa mengembangkan produk bareng-bareng dengan komunitas. Dengan demikian, kemungkinan gagal waktu di-launch lebih kecil.
Harga akan berbeda-beda menurut dimensi time and space, bahkan individual. Bagaikan Currency yang nilainya floating bergantung pada berbagai aspek. Supply, Ddemand, intervensi, politik ,dan sebagainya. Karena itu, currency bisa menghasilkan harga yang no-price alias free sampai price-less atau tak ternilai! Bukan sekadar menaikkan harga atau memberikan diskon seperti di era legacy marketing.
Place harus dipakai untuk A place, virtual or real one, should activate the community. Makin sering tempat Anda mengadakan aktivitas, semakin bagus. Sedang promotion jelas akan ditolak pada 2020 dan harus diganti dengan A fair conversation! Selling harus juga berubah jadi A fair commercialisation yang win-win untuk kedua belah pihak.
Selanjutnya service jadi care sering disalahartikan. Banyak orang yang mengubah kata customer cervice menjadi customer care, padahal kelakuannya sama saja. Peduli berarti menempatkan customer bukan "di atas" marketer, tapi menempatkan customer sebagai seorang kawan, bahkan soulmate kalau bisa. Bukan memberikan yang "terhebat", tapi yang "terbaik" untuk pelanggan. Bukan memberikan "variasi", tapi membantu pelanggan untuk "memilih" yang terbaik.
Terakhir, process berubah menjadi collaboration yang bisa dilakukan bukan dengan pelanggan saja, tapi "wajib" dilakukan dengan pihak lain, termasuk dengan pesaing bila perlu.
Nah, jumlahnya 12 C kan yang berbeda sama sekali dari 9 elemen, bukan sekadar "istilah baru". Akhir tahun lalu pada 10 Desember 2009, juga di MarkPlus Conference di Pacific Place Jakarta, saya menyempurnakan lagi 12 C itu dengan CONNECT!
Connect ini juga merupakan nama buku yang saya tulis bersama dengan Waizly Darwin dan para pembaca Kompas. Di situ saya mengatakan bahwa Connect merupakan prasyarat awal sebelum menjalankan 12 C! Letaknya ada di tengah model Landscape 4C (Change, Competitor, Customer, Company ).
Artinya? Sebelum berpikir komunitas, Anda harus punya sebuah Always On Paradigm! Ada tiga tingkat Connect! Pertama saya sebut mobile-connect. Ini syarat awal, artinya ke mana pun Anda pergi harus siap connect dengan tiga C lainnya yaitu: Customer, Change Agent, bahkan Competitor! Kalau enggak? Anda pasti akan outdated! Anda juga harus well-connected dan siap 24/7!
Kedua, yang saya sebut sebagai experiential connect atau deep connection. Anda wajib pernah punya experience bersama, baik online, kalau bisa offline dengan beberapa orang yang Anda anggap penting untuk "masuk lebih dalam".
Dan, yang terakhir saya sebut sebagai social connect atau strong connectivity! Untuk beberapa orang pilihan, Anda perlu "masuk" ke komunitas mereka.
Nah, di sinilah "sambungan" untuk masuk 12 C lewat C pertama, yaitu Community! Pada New Wave Marketing, sudah tidak ada ATL dan BTL lagi. Yang ada ON-LINE dan OFF-LINE ! Online untuk meng-create excitement, sedangkan offline untuk intimacy.
Jadi, New Wave Marketing sama sekali bukan hanya ONLINE, tapi juga OFFLINE. Bukan juga digital marketing, tapi sebuah pemikiran baru untuk memosisikan pelanggan sejajar dengan marketer. Tidak "di bawah", tapi juga tidak perlu "di atas"! Semua ini dijelaskan secara detail di buku New Wave Marketing dan Connect terbitan Gramedia Pustaka Utama.
Inilah yang saya sebut sebagai "diracik" di Indonesia. Tapi juga sudah "dites" untuk dapat feedback di berbagai kota Asia di berbagai kesempatan. Hasilnya sangat positif. Langkah terakhir? Diterbitkan di Amerika bersama Philip Kotler lagi sebagai buku saya keenam! (*)
Langganan:
Postingan (Atom)