Jumat, 02 Oktober 2009

Duet Maut Pembobol Brankas Nasabah


Minggu, 23 Agustus 2009 01:00 WIB
Posting by : ardawibowo

Safe deposit box Bank International Indonesia MH Thamrin dibobol maling. Butuh enam bulan polisi mengungkap kasus ini. Sampai akhirnya dikuak pelakunya seorang eks pekerja bank yang kemudian menyamar menjadi nasabah BII.

Safe deposit box itu berada di ruang khusus. Di ujung lorong yang dibatasi dua pintu jeruji baja. Pintu ruang khusus itu berbahan baja setebal setengah meter. Bukan tandingan bor besi apalagi tekanan panas api las.

Siang itu, pertengahan Desember 2008, Edi tampak necis. Kemeja rapi dan berbau wangi. Rambut pemuda berkulit putih, tambun, dan bermata sipit ditata klimis. Membuat penampilannya yang tenang dan percaya diri mirip pengusaha muda. Ada rencana besar di kepala Edi. Tapi dia tidak ingin ambil risiko sendiri. Dia mengajak Ferry, temannya yang juga berpenampilan bersih dan rapi. Penampilan yang kemudian berhasil mengelabui.

Hari semakin terik, membakar kulit. Tapi tidak untuk Edi dan Ferry. Mereka punya rencana besar yang bakal mendinginkan hati.
“Bawa tas yang agak besar. Bakal banyak yang bisa kita ambil,” ujar Edy dengan nada yakin.
Ferry mengangguk. Dia bergegas menuju lemari dan memilih tas. Berbahan kulit mengilap yang tampak mahal dan paling besar di antara yang lain menjadi pilihannya. Edy kemudian menyiapkan “senjata”. Dua bilah obeng baja berukuran sejengkal tangan. Yang kemudian dia selipkan di tas yang dipilih Ferry tadi.
“Lets go!” ujar Edy. Mereka pun melangkah keluar dari rumah kontrakan Edy di daerah Jelambar, Jakarta Barat.

Lalu lintas siang itu tidak terlalu padat. Jakarta seperti mengamini aksi mereka. Tak terasa waktu telah mengirim mereka tepat berada di depan pintu BII Cabang MH Thamrin.
“Selamat siang pak. Silahkan,” ujar petugas keamanan BII menyambut mereka sambil sedikit membungkuk.
Edy hanya melirik dan membalas dengan sedikit senyum. Nasabah BII sejak Juni 2008 ini tak ingin terlalu berbasa-basi. Apalagi dengan hal teknis yang bisa merusak konsentrasi.


Edy bergegas menuju meja customer service. Di sana dia disambut seorang petugas.
“Halo Pak Edy. Ada yang bisa kami bantu?” sambut petugas itu sambil menjabat tangan Edy dan Ferry.
“Saya ingin melihat safe deposit box saya,” ujar Edy
“Bisa lihat kartu Anda,” balas petugas.
Dengan tenang, Edy menyodorkan member card kotak penyimpanan hartanya itu.
“Sebentar ya Pak”
Petugas itu meninggalkan Edy dan Ferry. Tidak sampai 3 menit, dia kembali sambil menenteng sebuah kunci.
“Mari Pak,” ujar dia menuntun langkah nasabah.

Safe deposit box itu berada di ruang khusus. Di ujung lorong yang dibatasi dua pintu jeruji baja. Pintu ruang khusus itu berbahan baja setebal setengah meter. Bukan tandingan bor besi apalagi tekanan panas api las.

Ada enam ruang khusus safe deposit box di BII MH Thamrin. Setiap ruang diberi tanda abjad dari A hingga F. Ada 500 laci harta di setiap ruangnya. Masing-masing laci ada yang berukuran kecil, sedang, dan besar. di laci itu terdapat kotak besi harta nasabah. Laci Edy berada di ruang D.

Kini, mereka sudah di dalam ruang penyimpanan. Petugas membuka laci Edy. Senyap suasana di sana. Hanya tarikan napas yang menggema. Kunci lain yang ditenteng petugas diserahkan ke Edy. Kunci itu untuk membuka gembok kotak nasabah. Privasi harta yang disimpan nasabah merupakan keistimewaan safe deposit box yang ditawarkan bank ini. Soal apa yang disimpan, hanya nasabah yang tahu. CCTV pun haram dipasang di sini.

Petugas lalu meninggalkan Edy dan Ferry di ruang itu.
“Silahkan Pak, 15 menit ya waktu Anda,” ujar petugas melangkah menuju mulut pintu.
Deg…bunyi pintu baja penyimpanan tertutup.

Edy dan Ferry tidak membuang waktu. Mereka membagi tugas. Ferry merapatkan badannya ke pintu besi. Tugasnya memantau bila petugas kembali. Sedangkan Edy mengambil obengnya dan kemudian memilih laci.

Acak dia pilih. “Ini sajalah,” batin dia sambil melihat laci nomor DL 1579.
Tangannya pun mulai bekerja. Kotak besi itu dihujaminya dengan obeng. Congkel kanan, congkel kiri. Lihai dan tenang dia beraksi.
Kreekk…tidak sampai lima detik, laci itu menganga.
“Semoga banyak hartanya,” gumam Edy lagi. Dia lalu membuka penutup kotak.

Dewi Fortuna bersama Edy hari itu. Ada sertifikat, ijazah, tujuh emas batangan, dan perhiasan di hadapannya. Ia pun raup harta-harta itu dengan sigap. Hanya sertifikat dan ijazah dia sisakan. Sebagai mantan karyawan bank, dia paham benar seluk beluk safe deposit box. Aksi itu tidak menyisakan cacat sedikit pun.



Gembok Rusak
Adalah Ivonne Susanto, yang sebulan sebelumnya, 10 November 2008, memutuskan menambah hartanya di safe deposit box BII MH Thamrin tersebut. Harta itu berupa beberapa perhiasan emas dan berlian. Sebelumnya, ia sudah mengamankan beberapa lembar sertifikat, ijazah, dan kilau emas-emas batangannya.

Sebulan kemudian, ibu setengah baya ini mendapat undangan resepsi pernikahan. Di benaknya terlintas ingin tampil beda di acara itu.
“Ambil perhiasan ah biar tambah pede,” gumam dia sambil tersenyum.

Sampailah dia di BII. Disambut petugas customer service dan diantar menuju ruang penyimpanan. Laci dibuka, Ivonne diberikan kunci, dan petugas meninggalkannya sendiri di ruang penyimpanan.

Mata Ivonne berbinar. Tak sabar melihat hartanya. Ditariknya laci penyimpanan. Kotak besi mulai menyembul. Tapi degup napas Ivonne berubah kencang. Tungkai kakinya tiba-tiba lemas. Wajahnya pun memucat. Kotak penyimpanannya bernomor DL 1579 itu cacat. Penuh bekas congkelan. Gemboknya menggantung, tapi rusak.

Memori Ivonne tiba-tiba melayang ke peristiwa sembilan tahun silam. Ketika pertama kali dia memutuskan menjadi nasabah safe deposit box BII setelah membaca sebuah brosur. Selembar iklan yang bertulis : Anda ingin enak tidur, terhindar dari bahaya perampokan, bahaya pencuri. Maka simpanlah barang berharga anda di SDB BII. Dan semua itu sekarang, seperti omong kosong belaka.

Ivonne berlari memanggil petugas sambil teriak histeris, “Simpanan saya hilang”. Petugas terkejut melihat reaksi Ivonne menunjukkan gembok rusak dan kotak besi yang tinggal berisi sertifikat dan ijazah.

Tapi petugas itu tidak berani berkomentar banyak. “Tenang ya Bu,” ujar petugas mencoba menenangkan. Ivonne kemudian disodorkan formulir pengaduan. Pasca itu, BII tidak banyak bertindak. Mereka meminta waktu untuk memprosesnya.

Kesal dengan perlakuan itu, Ivonne melapor ke Polres Jakarta Pusat. Kemudian, safe deposit box BII MH Thamrin juga pernah dibobol pada 25 Agustus 2008. Harta nasabah bernama Rina menjadi tumbalnya ketika itu.

Pasca Rina dan Ivonne, hal serupa juga kembali terjadi. Kali ini tidak tanggung-tanggung. Tercatat, sejak Desember 2008 hingga April 2009, tiga nasabah safe deposit box BII Thamrin ; Ishar Manawi, Liannawati, dan Susana dibobol maling.

Toko Emas
Hari beranjak tua. Detik waktu berubah. Dipimpin Kanit Resmob AKP. Iman Setiawan, personel Polres Jakarta Pusat bergerak. Hasil penyelidikan, polisi sempat mencurigai Ferry dan Edi yang sering datang ke SDB. Hal itu terekam dari sorotan CCTV dan catatan daftar kunjungan nasabah BII. Edy memang telah menjadi nasabah BII MH Thamrin sejak Juni 2008.
“Tapi bukti belum kuat. Jangan sampai gegabah meringkusnya,” batin Iman.

Sebulan berlalu, awal Mei 2009. Petunjuk pelaku belum juga mendekati titik terang. Polisi terus berburu. Ruang penyelidikan pun dipersempit. Yakni memfokuskan pada gerak-gerik Edy dan Ferry. Termasuk mengendus tempat-tempat yang berpotensi terkait pencurian. Siapa lagi kalau bukan pedagang emas. Langkah tidak salah. Emas-emas batangan itu ternyata sudah dilego di pasar. Akhirnya, semua petunjuk mengarah ke Edy dan Ferry.

Pertengahan Mei, akhirnya Ferry dibekuk setelah ia terendus menjual perhiasan di sebuah toko emas di daerah Jelambar. Di rumah kontrakannya juga ditemukan beberapa perhiasan glamor “Itu punya saya, bukan hasil curian,” sangkal Ferry ketika itu.
Namun kesaksian Ivonne, membalikkan semua alibinya. Ivonne ingat betul sebuah tulisan di salah satu plastik penyimpan perhiasan itu adalah tulisan tangannya.

Mendengar Ferry ditangkap, Edy angkat kaki ke Medan. Sayang, langkahnya dihadang polisi di sana. Kemudian diketahui, dari sembilan kasus pembobolan safe deposit box BII, empat di antaranya diotaki duet Edy dan Ferry. nala dipa/rangga prakoso

sumber koran-jakarta.com

Tidak ada komentar:

Masih Kosong Nih